Chapter 6

330 12 4
                                    

"Malam, Kak!" Sapaku dengan keras. Kak Zeffrey hanya duduk dengan santai, ia bahkan belum menyadari kalau adiknya yang paling cantik—ya iyalah kan satu-satunya—sudah di sampingnya.

"Kak!"

Kak Zeffrey langsung mengalihkan kepalanya dan menatap ke arahku. Reaksi mukanya kurang lebih sama seperti saat ia melihat setan.

"Ehh kamu udah nggak marah sama kakak?"

"Tumben banget lo pake aku-kamu. Gigu tahu dengernya," ucapku sambil merebut paksa remote yang sedang dipegangnya.

"Ya udah deh, gue juga gigu ngomongnya. Btw, lo habis dapat durian runtuh apa? Kok marahnya cepet banget reda?" Memangnya hujan?

"Ya udah gue marah aja kalau gitu," godaku dan dia langsung menggeleng kencang-kencang.

Semua channel yang ada kok jelek semua ya? Lokal semua... giliran luar negeri, isinya drama Korea sama sinetron India. Kan nggak banget...

"Lo marahnya nggak seru, kali ini lah baru seru. Biasanya mah sampe berminggu-minggu diem. Lo jawab pertanyaan gue dong... keburu penasaran tingkat maksimal nih."

"Mau tahu aja deh lo..." ucapku sambil melempar remote ke arahnya dan pergi ke arah kamar.

"Apaan koh?!" Teriaknya. Nih anak nggak kenal usia, sukanya mbentak terus... jadi nenek-nenek lah sukurin.

"Gue jadi asisten CEO Skylie." Jawabku dengan senang. Setiap kali aku mengucapkannya rasanya hatiku senang bukan kepalang.

"Hah?! Beneran?!!!" Tuh kan lebaynya kumat.

"Kalau nggak percaya ya udah..." jawabku lalu menutup pintu kamar.

***

"Pagi Kak." Sapaku pada sekretaris ketat kemarin yang hari ini juga masih ketat.

"Loh? Kamu ngapain ke sini?"

"Belum tahu ya? Saya itu diangkat jadi asisten pak Kalvian." Ucapku dengan bangga.

"Ohh." Balasnya singkat lalu kembali mengurus berkas yang berserakan di atas mejanya.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk." Wah! CEO teladan nih, berangkatnya lebih gasik daripada karyawannya. Atau aku yang terlalu telat? Ahh masih jam delapan juga.

Ini kali kedua aku memasuki ruang yang wow ini. Aku yakin kantor ini hasil desainer luar negeri, beda banget sama desainer orang lokal yang biasanya segitu-gitu aja.

Semua perabotan disusun asimetris, membuat yang melihat jadi tidak bosan. Selain itu, di ruang ini ada TV-nya. Betah nih kalau aku seharian di sini.

"Kamu duduk dulu." Perintahnya dengan tegas.

Dengan muka udik yang tidak bisa berhenti membuka mulut, aku duduk di atas sofa yang sudah di sediakan.

Aku melihat ke segala penjuru ruangan, mendapati seorang pria berahang tegas yang pernah menyelamatkanku.

Dia sungguh sempurna dengan jas dan kemeja biru mudanya. Maklum tanggal muda... apa hubungannya coba?

Dia kemudian mengangkat kepalanya, saat yang sama juga aku mengalihkan pandanganku ke arah meja kaca yang didesain sedikit meliuk-liuk. Bentuknya terlalu elegan untuk disebut meja.

Dia berdiri dan melepaskan kacamata yang bertengger di hidungnya. Demi Tuhan dia sungguh sempurna.

Aku harus mengalihkan pandanganku sebelum aku benar-benar tak bisa melakukannya.

"Kamu tetap bekerja seperti biasa dan juga di tempat biasa, saya tidak punya waktu untuk membuat ruangan tambahan untuk kamu. Lalu, setiap saat kamu harus selalu sedia untuk membantuku. Hanya saja gajimu bertambah jadi dua kali lebih banyak. No more questions, kembali ke tempatmu!"

What?! Aku nggak yakin aku sudah mendengarnya.

Aku menundukkan kepalaku lalu pergi keluar dari ruangan itu. Aku bersyukur aku sudah dapat pekerjaan sebagus ini.

Tbc

Thanks for voting and comment

My lovely CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang