Chapter 4

382 14 0
                                    

Aku terjebak di tempat yang membosankan bersama dengan wanita yang tak kalah membosankannya selama 7 jam.

Hello?!

Aku pun kalau disuruh untuk ke salon tidak akan selama ini. Jadi, kuputuskan untuk menghabiskan waktuku membaca trend mode fashion terbaru.

"Permisi!" bentak seorang pria yang nampaknya sok jual mahal. Aku langsung menggeser paksa tubuhku agar dia bisa lewat.

Pakaian sih boleh high class, tampang di atas kata pas, tapi percuma kalau nggak waras.

"Honey..." sapa seorang perempuan ke arah pria tadi. Bukannya aku kepo, tapi mataku tak bisa mengalihkan dari pria tadi.

What?!

Ckckck... pacar my super boss itu selingkuh?! Kurang keren dan baik apa coba bosku sampai dia berani mendua.

Kalau buat aku saja sih aku rela. Ehh... mikir apa sih kamu Ara...

"Nggak usah panggil aku honey!" Bentak pria itu sambil menghentakkan tangan si cewe.

Hah?!

Kok berasa nonton drama banget ya? Harusnya aku bawa popcorn nih sama soft drink, mesti lebih asyik.

"Kamu ngapain malah nonton?" Tanya si cewe itu sambil menunjuk ke arahku. Lah emang salahku apa kalau aku menonton?

Aku melangkah mendekat ke arahnya dan dia malah memandangku dengan tajam. Gelemmu opo to?

"Pergi sana!" Perintahnya sambil menunjuk ke arah pintu keluar. What the hell?

Aku melangkah saja keluar salon itu, daripada nanti si cewe aneh tambah gila kan bahaya.

***

"Ra!" Panggil Zeffrey dengan keras dari bawah. Aku langsung menutup pintu dengan rapat, mengkuncinya hingga dua kali.

"Ra kamu jangan marah dulu dong..." ucapnya sambil mengetuk pintu kamarku berkali-kali.

Salah sendiri tadi ninggalin aku di salon sama si cewe aneh. Dia langsung pulang pula. Kurang jahat apa coba kakakku yang satu ini.

Aku mengambil headset di dekat lampu tidur lalu memasangnya di kepalaku. Kunyalakan lagu Shape Of You dengan keras-keras.

"Ra! Aku minta maaf!" Kayaknya dia beneran tulus deh. Setahuku dia nggak bakalan mau menggunakan aku-kamu kalau misalnya dia memang tidak membutuhkannya untuk meluluhkan hati seseorang.

Peduli amat kalau pita suaranya pecah, salah sendiri jahat sama adik sendiri.

***

"Bos, kemarin itu bosnya bos ya? Kalau boleh tahu namanya siapa?" Tanyaku sambil memasang wajah super manis di hadapan bosku.

Bukannya menjawab dia malah melirikku dengan sinis. Mungkin dia curiga kalau aku akan melaporkan setiap satu kejahatan yang ia lakukan padaku.

"Ayolah bos... kalau bos nggak ngasih tau nanti aku laporin lho kalau misalnya bos itu..." aku sengaja menggantungkan kalimatku, kan aku sudah dapat trik mengancam dari kakakku.

"Ya, ya, ya namanya Kalvian. Puas?!" Bentaknya dengan keras ke arahku. Namanya sebagus orangnya.

"Belum, ruangannya dimana bos?" Dia mendengus kesal, biarlah. Memangnya kalau punya rasa ingin tahu itu salah?

"Ruangannya ada di lantai 18," jawab bosku, "tapi kau tidak bermaksud untuk melaporkanku kan?"

"Ya tentu saja tidak," dia langsung tersenyum manis, "tidak salah maksudku."
Aku langsung berlari keluar dari ruangannya. 

"Awas saja besok kau Ara!" Teriak pak Rudi dengan keras.

***

"Saya mau bertemu dengan pak Kalvian." Ucapku pada sekertaris yang ada di hadapannya. Aku tidak mau menjelaskan seperti apa bajunya, intinya ketat.

"Sudah membuat janji?" Kayaknya aku kebiasaan nggak membuat janji deh, kalau bisa langsung mbuktiin kenapa harus janji? Ehh...

"Belum, tapi ini penting." Dia langsung melanjutkan pekerjaannya. Bertambah list orang yang mau kubunuh kalau bisa.

Aku melangkahkan kakiku dengan cepat ke arah kantor Kalvian. Kubuka langsung pintu itu tanpa perlu aba-aba dan yang lainnya.

"Ehh kamu!" Bentak sekertaris tadi. Telat mba, aku sudah malu. Malu sekali.

Bayangkan saja dengan rambutku yang belum sempat kusisir rapi dan hanya dijepit asal-asalan, pakai flat shoes, dan nggak make up-an—aku menghadap para direktur yang berjas mahal.

Mereka semua memasang wajah kaget, yang malas untuk kujelaskan adalah Kalvian malah melirik ke arahku dengan tajam.

Apa yang sudah kulakukan?!

Tbc

My lovely CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang