Chapter 3

547 15 2
                                    

Hari ini sungguh indah! Kalau perlu aku ingin setiap hari seperti hari ini.

"Aku pulang!!!" teriakku dengan keras. Terlalu lebay mungkin, karena mereka pasti tahu kedatanganku lewat bel yang kubunyikan. Meski rumah sendiri, rasanya asing kalau langsung main masuk begitu saja.

"Teriaknya lebay banget sih!" bentak kakakku dengan kesal. My only one brother, tapi yang paling ngeselin. Tapi, sayang juga...

"Ya lah biar lo nggak jadi budeg." jawabku lalu langsung melangkah ke kamarku.

"Yang ada malah gue jadi budeg tau! Awas aja besok kalau minta anterin atau traktirin! Nggak bakal gue kasih!" ancamnya.

Ini ancaman paling mengerikan yang pernah ia berikan padaku! Berbalik atau terus berjalan ya?...

"Ya maaflah." ucapku akhirnya lalu kembali ke tempat semula.

"Yang ikhlas!" ikhlas? Jadi ingat sama my super boss. Duh!

"Udah ikhlas banget ini mah, dari hati yang terdalam... sedalam-dalamnya kayak pas lo nyemplung ke empang." ucapku sambil menahan tawa.

"Nanti temenin ke mall yuk," ajaknya dengan nada manja.

Yang jadi kakak siapa yang manja siapa? Yang jadi cewe siapa yang hobi belanja siapa? Aneh!

"Ya udah sih boleh, tapi bayarin ya..." Kak Zefrey langsung mengangguk.

"Udah mandi sono! Habis ini kita langsung pergi," perintahnya sambil menunjuk ke arah kamarku.

"Kayak lo udah mandi aja." ledekku.

"Mandi sekarang atau batal traktir!" nih orang niat traktir nggak sih? Meski kesal, aku tetap menurutinya. Jarang-jarang kakakku mau nraktir.

***

Suasana mall hari ini lumayan ramai, tak seperti biasanya. Namanya juga weekend, ya ramai lahh.

"Lo mau kemana dulu?" Kak Zeffrey memutar pandangannya ke sekitar mall. Ia lalu menarik tanganku secara paksa ke arah butik.

What the hell is going on?!

Tumben banget Kak Zeffrey ngajak aku ke butik. Jangan-jangan dia itu mau beliin aku baju...

Kayaknya cuma di dalam mimpi deh kalau Kak Zeffrey mau beliin aku baju, buktinya dia sedang melihat jas-jas yang tersusun rapi.

Kuperhatikan jas-jas itu, harganya bukan main mahalnya. Bentuk dan warnanya juga kurang lebih sama, kenapa harganya beda jauh ya?

Aku memang nggak tahu soal fashion, bahkan bahan untuk baju yang kupakai sekarang pun aku tak tahu.

Aku cuma tahu katun, sutra, dan sudah segitu saja.

Tanganku bergerilya menyentuh satu persatu jas yang tergantung. Buat pengalaman kalau aku pernah memegang jas mahal. Hehehe...

"Gue yang pegang duluan!" bentak Kak Zeffrey kepada seseorang. Entah apa lagi masalah yang ingin ia ciptakan.

"Gue yang ngeliat duluan!" balas seseorang dengan suara melengkingnya. Iuh! Kok kakakku sukanya ribut sama cewe sih? Kayak banci banget.

"Tapi gue yang paling deket!"

"Gue bisa beli satu toko ini! Jadi mending lo ngalah deh!" aku mengalihkan perhatianku dari jas-jas itu ke arah kakakku.

"Udah deh sayang... kita pilih yang lain aja," bujuk seorang pria yang sedang membelakangiku. Suaranya lumayan berat, tapi aku menyukainya. Dia termasuk ke dalam tipe cowok yang aku suka.

Bagaimana tidak?

Bahunya yang tegap, ototnya yang tetap terlihat meskipun sudah disembunyikan oleh beberapa helai kain, rambutnya yang dipotong rapi, jam tangan yang keren, dan cincin polos yang sangat cocok dengan perawakannya.

Wait!

Cincin! OMG, jadi dia itu udah tunangan? Apa jangan-jangan yang lebih parah, udah jadi suami orang?

"Lo ngelamunin apa sih Ra? Jangan bilang lo naksir sama cowoknya." ucap Kak Zeffrey sambil menatap mataku penuh curiga. Bagaimana aku tidak suka? Modis dan keren gitu orangnya, walau dari belakang. Dari belakang aja udah keren apalagi dari depan?

"Kok lo tau?" balasku sambil terus memandangi pemandangan orang pacaran yang sedang ribut kecil-kecilan itu. Si cewek nggak mau ngalah dan si cowok merasa kalau si cewek nggak peduli sama pendapatnya.

"Gini-gini gue juga tahu selera lo kali... lo boleh gebet tuh cowok, tapi dengan syarat lo kudu bisa ndapetin jasnya." balas Kak Zeffrey dengan santai.

"Tinggal rebut sendiri kan bisa," Kak Zeffrey tersenyum licik. I know what is on his mind and I don't like it!

Aku melangkah mendekat ke arah si perempuan, memasang senyum semanis mungkin yang bisa aku beri.

"Gue tau mana tempat yang paling pas untuk nyalon, lo mau ikut?" ajakku. Ini adalah ide terburuk dan sialnya aku sudah sering melakukannya.

"SKSD banget sih lo, siapa juga?" ucap si perempuan sambil bergerak menjauh dari diriku. Aku melirik ke arah Kak Zeffrey dan sialnya ia malah menatap mataku dengan tajam, kenapa aku begitu mudah diancam?

"Lo beneran nggak mau ke salon? Kuku lo udah nangis minta disikat sama dimandiin terus didandanin tuh." bujukku. Perlahan perempuan itu mendekat.

"Awas aja kalau lo bohong! Nanti gue sikat muka lo pakai sikat WC!" bisiknya tepat di telingaku. Muka sih boleh manis, tapi perkataannya luar biasa sadis.

"Ya udah deh sayang... kamu aja yang milih jas ya, aku capek banget nih." ucapnya sambil tersenyum manis dan bermanja-manja pada lengan pacarnya.

"Ya udah hati-hati ya sayang..." balas si cowok tak kalah manis. Kok lama-lama aku muak ya lihat orang pacaran? Atau mungkin karena aku sudah terlalu lama menjomblo?

Aku jadi malas melihat wajah cowok itu, rasanya aku sudah tak tertarik. Sekekar apapun tubuhnya, tapi kalau sudah punya tunangan kan percuma. Meski janur kuning belum melengkung sekalipun...

"Yuh." ajak si cewe sambil memegang tanganku. Kok malahan sekarang yang SKSD dia sih?

Kak Zeffrey menularkan keanehannya padaku, kemudian menular pada cewek yang nggak jelas namanya.

Tbc

Semoga ceritanya menarik ya. Aku bakal post lagi kalau ada yang bilang next, kalau ada... hehehe...

Luvluv guys...

My lovely CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang