[6] Beneran 'kan?

6.4K 712 31
                                    

700 VOTES AND 50 COMMENTS FOR CONTINUE!

HEHEHE


oOo

Sepanjang hidupnya, Shella tidak pernah dihadapkan oleh situasi dimana rumahnya akan didatangi oleh pentolan sekolah malam-malam begini dan sedang duduk di sofa ruang tamunya.

FOR GOD SAKE! SOFA RUANG TAMU RUMAHNYA!

Astaga!

Shella sampai lupa daratan karena terlalu larut dengan pikirannya sendiri tentang sosok Arkha Alfariel yang menjadi idaman Ratna di sekolah. Laki-laki yang setiap harinya diceritakan oleh Ratna sampai-sampai kuping Shella panas mendengarnya.

Ini gila! Shella benar-benar tidak habis pikir kalau ternyata rasa takutnya justru semakin memunculkan sikap nekatnya yang terpendam. Tadi Shella tidak sempat berpikir panjang untuk menerima tawaran Arkha tentang mengantarnya sampai rumah. Shella hanya takut dan merasa langit terlalu gelap untuk pulang sendiri. Toh rasanya kejam sekali kalau Shella menolak Arkha padahal laki-laki itu sudah rela turun dari busway hanya untuk mengantarnya pulang.

Haah! Shella gusar. Mengingat Ratna adalah salah satu dari pemuja Arkha di sekolah, Shella jadi berpikir apakah semua fans Arkha sama parahnya dengan Ratna? Kalau iya, habis sudah dirinya kalau ada yang melihat Arkha malam ini. Reputasinya sebagai murid baru yang masih polos dan ingin dikenal baik oleh seluruh siswa SMA Global, akan musnah dalam satu hari. Bibir manusia adalah hal yang paling menyeramkan. Shella hanya mampu berharap kalau besok dirinya masih bisa bersekolah dengan tenang berikut ocehan Ratna yang membuat kuping panas. Untuk kali ini, Shella mengharapkan itu.

Mengesampingkan pikiran yang tidak-tidak tentang nasibnya di sekolah, suara dentingan antara sendok besi dan gelas kaca, menyadarkan Shella kalau gula yang dia tambahkan tadi sudah larut dengan teh. Tanpa bergerak lama, Shella segera menyimpan sendok pada bak cucian dan membawa gelas tersebut untuk dia berikan pada Arkha. Setidaknya, Shella harus menyuguhkan sesuatu pada Arkha yang sudah berbaik hati mengantarnya sampai rumah.

Tapi, seingat Shella, laki-laki itu sedang duduk anteng di sofa single ruang tamu sebelum dia pamit ke dapur untuk membuat teh. Meletakan gelas pada meja, matanya tidak sengaja menangkap tas Arkha yang tergeletak di bawah kursi single. Yang kemudian telinganya tidak sengaja mendengar suara dari luar seperti sedang menerima telepon. Baiklah. Mungkin Arkha sedang mengabari orang tuanya yang sedang menunggu kepulangan anaknya. Mendadak Shella jadi merasa bersalah. Hanya menyuguhkan teh hangat, rasanya kurang tepat mengingat kebaikan Arkha malam ini begitu jarang dilakukan oleh kebanyakan laki-laki. Tapi mau bagaimana lagi. Shella hanya punya ini. Rumahnya jarang kedatangan tamu. Semoga kalau tidak hari ini, masih ada hari lain untuknya bisa berterima kasih pada Arkha.

Sementara cowok itu belum selesai berbicara di telepon, Shella menutuskan untuk masuk ke kamar dan membersihkan badan karena tubuhnya terasa lengket. Aroma asap kendaraan begitu melekat pada cardigan yang dipakainya. Belum lagi bau rokok yang Shella dapatkan dari bapak-bapak di halte ketika sedang menunggu busway. Shella tidak tahan. Jadi langsung saja dia mengambil kaos santai berlengan pendek berikut celana tidur berwarna abu-abu muda dan masuk kamar mandi.

oOo

Hanya butuh sepuluh menit untuk Shella menyelesaikan ritual mandinya sekaligus menyisir rambutnya. Dia tidak mau membuat Arkha menunggu lama di luar sana. Lalu setelah dirasa selesai, Shella segera keluar kamar sembari memegang handphone dan membalas pesan masuk dari Mamanya yang mengatakan kalau malam ini akan pulang larut dikarenakan macet.

"Sorry ya, tadi abis mandi dulu." Ujar Shella begitu keluar kamar dan mendapati Arkha sedang berdiri di depan bufet.

"Oh, iya. Nggak papa." Arkha memalingkan wajah pada Shella yang kini berjalan menghampiri. Lalu berhenti tepat di sebelahnya.

Over AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang