[5] Aku Antar?

5.8K 717 48
                                    

Seminggu ini, sore harinya setelah jam sekolah usai, anak-anak eskul Basket sering tampak di lapangan untuk melakukan latihan rutin. Arkha sebagai kapten basket, meminta teman-teman satu eskulnya itu untuk rajin mengikuti latihan selama guru pelatih belum kembali ke Jakarta. Jadi, sebelum memulai ke tahap inti, semua yang hadir wajib melakukan pemanasan yang kemudian di akhiri dengan lari mengelilingi lapangan sebanyak tiga kali.

Pemandangan seperti ini, harusnya tidak boleh dilewatkan. Seperti yang dilakukan beberapa murid yang masih berada di sekolah karena harus mengerjakan tugas atau memanfaatkan wifi gratis yang kalau sore-sore begini tidak lemot sama sekali. Mereka duduk anteng di pinggir luar lapangan sambil melihat sesi latihan anak-anak Basket yang tampak menggoda iman. Terlebih lagi ada si pentolan angkatan kelas XI, si ganteng blasteran yang bikin kaum hawa megap-megap melihat Arkha sedang beraksi di lapangan.

"Gue cuma mau ingetin, kalo bisa jangan kibas-kibas baju lo disini. Ini lapangan, bukan panggung buat pamer otot binaragawan!" Kata Regan ngos-ngosan lalu duduk selonjoran di pinggir Arkha yang juga sama ngos-ngosannya karena habis berlari mengelilingi lapangan.

Dengan napas tersenggal, Arkha membalas ucapab Regan sinis. "Bilang aja lo syirik!"

"Tolong jangan rusak orientasi gue, Ar. Gue masih pengen jadi cowok normal yang ngerasain malem pertama sama istri gue nanti." Balas Regan ngaco. "Bukan main pedang-pedangan."

"Semprul!" Arkha menggeplak pelan kepala Regan. "Ngeri gue lama-lama temenan sama lo."
Regan tertawa. Lalu menunjuk ke arah pinggir lapangan. "Cewek-cewek disana ngeliatin lo mulu dari tadi."

"Gue ganteng, wajar!"

"Narsis jijik!" Regan menggedikan bahu.

"Udah ayo ah! Lanjut latihan keburu sore." Arkha menepuk sekilas bahu Regan yang masih naik turun. Kemudian mengkomando teman-temannya yang lain untuk segera membuat barisan dan memulai latihan inti karena hari sudah semakin sore.

Regan masih terkapar di tempat. Memandang Arkha yang sudah sibuk mengurus anak-anak basket lainnya dan mengatur barisan di depan supaya sesi latihan bisa segera dimulai. Hah! Badan Regan rasanya mau copot. Baru tidak latihan seminggu, otot-otot tubuhnya langung lemas begini. Payah!

"Re!" Suara Arkha memanggil dari tengah lapang. "Buruan baris!"

"Bentar, Setan! Kaki gue lemes!" Dengan sekuat tenaga Regan berusaha berdiri meski bokongnya masih ingin duduk lebih lama. Sampai kemudian matanya tidak sengaja menangkap kehadiran seseorang yang sedang berjalan melintasi koridor kelas XII dan terlihat jelas oleh Regan yang sedang berada di lapangan.

"SHELLA!"

Sontak, langkah kaki yang terburu-buru itu berhenti ketika mendengar seruan seseorang. Momen tersebut digunakan Regan untuk berjalan ke pinggir lapang dan menghampiri Shella yang menatapnya kebingungan.

"Hai! Inget gue 'kan?" Tanya Regan sumringah dari balik kawat yang memagari setiap sisi lapangan.

Shella tampak berpikir. Terlihat dari kerutan di antara kedua alisnya. "Temennya Arkha 'kan?"

Raut sumringah di wajah Regan luntur seketika. "Arkha doang yang diinget. Mentang-mentang ganteng."

"Sorry, tapi aku lagi buru-buru. Jadi nggak sempet buat mikir." Lalu entah dapat hidayah darimana, Shella akhirnya mengingat nama laki-laki yang sedang mengobrol dengannya ini. "Regan 'kan?"

"Alhamdulillah, akhirnya nama gue diinget cewek cantik." Regan mengusap wajahnya dengan telapak tangan sebagai ekspresi rasa syukur. "Mau kemana? Kok buru-buru?"

"Mau ke kopsis. Ada sesuatu." Jawab Shella tergesa-gesa.

"Lo anggota kopsis?"

Shella mengangguk. "Tadi siang aku jaga disana. Ketemu Arkha juga malah."

Over AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang