[17] Penawar Gusar

5.4K 676 99
                                    

Shella tahu, ketika dirinya menerima Arkha untuk memulai semuanya, maka dunianya perlahan akan berubah.

Cowok itu adalah satu dari sekian keajaiban dunia yang mungkin ingin dimiliki setiap orang, khususnya cewek-cewek remaja sepertinya. Shella sungguh tidak melebih-lebihkan. Tapi Arkha sungguh bagaikan mimpi di siang bolong. Yang Shella pikirkan ketika pindah ke Jakarta dan mengenyam pendidikan di SMA Global hanyalah mencari suasana baru. Bisa mendapatkan teman baik seperti Ratna dan menjadi bagian dari kelas XI IPA 6 yang bagaikan keluarga baru untuknya, sudah lebih dari ekspektasi. Tidak terbesit sedikitpun di kepalanya untuk mendapat tambatan hati. Sama sekali tidak.

Hela napas diraihnya seraya mengetuk-ngetukan ujung pulpen di dagu. Sementara Shella  memikirkan jawaban tugas Kimia di nomer selanjutnya, pikirannya justru mengajak cewek itu kembali berkelana pada momen sepulang sekolah tadi. Saat Arkha mengajaknya ke restoran Bundanya, saat Shella mendapatkan es krim favoritnya sekaligus sebuah tawaran yang sama sekali tidak pernah terpikir akan keluar dari mulut Arkha. Mengingatnya, entah kenapa membuat Shella menarik sudut bibirnya ke atas. Rasa panas menjalar di sekitar pipi. Lalu berakhir hingga ke belakang telinga.

Kenapa rasanya begini? Apa ini yang namanya glance at the first sight? Shella tidak bisa mengatakan kalau dirinya jatuh cinta. Terlalu klise untuk menarik kesimpulan seperti itu, di waktu yang menurutnya terlalu cepat.

"Shella?"

Tanpa mendengar suara ketukan, pintu kamar terbuka bersamaan dengan munculnya wanita yang selama ini hanya hidup berdua dengan Shella, Mama.

"Lagi nugas?"

Shella mengangguk. Memutar badannya ke samping, menghadap ke arah pintu. "Iya. Kenapa, Ma?"

Mamanya, Eva, tidak lantas menjawab. Bergerak masuk ke dalam setelah melepas genggaman tangannya pada knop pintu. Memangkas jarak yang ada lalu berhenti tepat di pinggir meja belajar. Shella masih duduk di kursinya. Sementara Eva yang berdiri menjulang di depannya, membuat Shella mau tak mau harus mengangkat dagunya ke atas, sambil memasang wajah penasaran.

"Tadi Papamu telepon Mama." Eva menatap Shella. "Katanya, kamu mau nggak weekend ini nginep ke Bandung? Udah lama kamu nggak nginep disana. Pasti Papamu kangen."

"Papa?" Rasanya tidak percaya, setelah sekian lama Shella tidak mendengar kabar darinya, lalu hari ini mendapatkannya langsung dari Eva. Kejutan sekali. "Beneran Papa yang nanya?"

Sejujurnya, Shella lupa kapan terakhir kali dirinya menginap di rumah Papanya. Mungkin waktu Shella masih SMP, atau SD? Shella lupa. Yang pasti, Shella selalu tidak betah dan akan berakhir dengan drama menangis hebat sepulang dirinya ke rumah. Mengadu pada Mamanya tentang istri baru sang Papa yang selalu gagal membuat Shella nyaman. Shella masih terlalu belia, belum terlalu paham bagaimana menyesuaikan diri di lingkungan baru.

Eva mengangguk. "Mau 'kan? Nanti Mama yang anter kesana, sekalian ada urusan juga di Bandung."

"Kenapa nggak Papa yang jemput?" Kedua alis Shella bertaut.

"Papamu sibuk, sayang."

"Kalo Shella minta Papa yang jemput, Papa bakalan mau?"

"Kenapa nggak kamu aja yang bilang sendiri?" Eva membalikan pertanyaan Shella. "Masih ada 'kan nomernya?"
Masih ada 'kan nomernya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Over AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang