Part 3 - Closer

60 8 8
                                    

3
Tok! Tok!

Devon menoleh ke arah pintu yang di ketuk itu. Menatap Felly yang berdiri di sana. "Masuk."

Namun Felly tetap diam di tempat. Memperhatikan pria itu yang sedang tiduran santai diatas kasur sambil memainkan ponselnya.

Menyadari Felly yang masih diam di sana, membuat Devon akhirnya bangkit dari tidurannya dan menatap Felly. "Ada apa?"

Felly tersenyum tipis. "Ayo turun. Kita makan malam dulu." Ia kemudian berbalik dan berjalan menuju dapur.

Devon sedikit terenyuh melihat Felly yang tersenyum padanya. Walaupun hanya senyum tipis, namun mampu membuatnya ikut tersenyum. Ia kemudian mengikuti langkah Felly yang menuntunnya menuju dapur.

---

"Yo! Kalian lama sekali. Sedang apa saja disana?"

Felly langsung melemparkan tatapan horor pada Kakaknya yang bermulut ember itu. Namun Kakaknya malah tertawa yang membuat kedua orang tuanya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah jahil Kakak Felly itu.

"Sudah sudah. Devon, silahkan duduk."

Devon tersenyum ramah pada Papa Felly yang baru saja mengatakan itu padanya. Dengan canggung, ia menarik kursi kosong disebelah Felly dan duduk diatasnya.

"Maaf ya, Devon. Tante hanya memasak ini saja." Ucap Mama Felly sambil mengisi piring dengan nasi lalu meletakkannya didepan Devon seraya tersenyum.

Devon tersenyum kikuk. "Tidak kok, Tante. Saya suka makanannya." Melihat Mama Felly yang tersenyum lembut padanya, membuatnya jadi merindukan Mamanya juga.

Entah apa yang dilakukan Devon sampai membuat Mamanya itu tersenyum sumringah begitu. Felly memakan makanannya dengan malas sembari melirik semua orang yang ada dimeja makan. Mengobrol dengan tanpa dirinya.

Felly mendengus. Kalau ada Devon, ia justru jadi mati kutu. Ingin mengobrol saja rasanya sulit sekali. Ia akhirnya memutuskan untuk mendengarkan obrolan mereka saja daripada ikut nimbrung mengobrol.

Setelah beberapa lama, mereka kemudian sudah selesai makan malam bersama. Kini hanya tinggal Felly dan Mamanya saja yang masih bebenah didapur.

Felly yang melihat Mamanya sedang merapikan piring kotor kemudian segera menghampirinya. "Ma, biar Felly saja yang rapikan."

Mamanya menoleh dan menatapnya dengan bingung. "Eh? Kok tumben? Kenapa?"

Felly hanya mendengus mendengar sindiran Mamanya. Padahal setiap hari juga ia membantu Mamanya. Sebenarnya, sekarang ia hanya ingin berada jauh dari Devon. Mengingat Devon yang kini sedang bersama Kakak dan Papanya diruang keluarga.

"Sudah biar Mama saja. Sebaiknya kau kedepan saja sana, temani Devon." Felly mengerucutkan bibirnya. Padahal alasannya kesini 'kan memang untuk menghindari Devon. "Ma... biar Felly saja. Ya... ya..."

Akhirnya dengan segala perdebatan singkat yang terjadi. Felly akhirnya boleh membantu Mamanya. Eh, atau bukan. Karena sebenarnya, Felly meminta Mamanya untuk tidak membantunya.

Dan ya, sekarang ia sendirian disini. Di dapur, bersama dengan piring-piring dan gelas-gelas kotor. Mencucinya dengan lembut, membayangkan seperti sedang memandikan kucingnya yang mati 2 bulan lalu. Ow... betapa sedihnya.

Vanquished His HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang