If I Can

4K 248 14
                                    

OUR

(If I Can)

Kyuhyun itu tidak tahu diri.

Kibum selalu berpikir seperti itu setiap kali melihat adik kembarnya itu pulang dengan keadaan yang tidak bisa dibilang baik-baik saja, misalnya wajah sangat pucat atau nafas yang tersenggal. Dulu, saat dirinya tak tahu kondisi Kyuhyun begitu parah, ia tak terlalu ambil pusing, toh setelah istirahat besoknya Kyuhyun sudah bisa berulah.

Tapi kini, sejak kejadian satu bulan yang lalu, dimana dia mengetahui rahasia Kyuhyun, ia tak bisa tak khawatir. Ia terlalu takut, takut kehilangan Kyuhyun. Ia tidak bisa kehilangan Kyuhyun.

Kibum menghela nafas, sekarang ia baru paham mengapa Kyuhyun tak pernah mau satu kamar dengannya. Bukan, bukan karena cara tidurnya yang katanya mengganggu Kyuhyun, atau karena Kyuhyun membencinya –seperti yang selalu bocah itu ucapkan tiap kali mereka bertengkar, tapi karena Kyuhyun tak mau ia tahu bocah itu sakit dan kemudian mengkhawatirkannya berlebihan.

Hei—bukankah Kyuhyun benar-benar adik yang menyebalkan? Mereka terlahir kembar bukan tanpa alasan. Kibum percaya itu. Mereka kembar untuk saling melindungi, saling melengkapi. Jadi—bukankah seharusnya Kyuhyun berkata jujur mengenai penyakitnya saja?

.

"Kyuhyun bilang dia yang shat saja kau begitu mencemaskan apapun yang dilakukannya. Bagaimana jika kau tahu dia sakit?"

.

Ucapan Ayahnya kembali berdengung ditelinganya, mengisi otak cerdasnya dengan berbagai argumentasi untuk menyanggah pemikiran Kyuhyun. Namun disatu sudut hatinya, dia membenarkan pemikiran Kyuhyun. Dia yang terlalu overprotektif pada Kyuhyun, dia yang selalu mencemaskan Kyuhyun melebihi orangtuanya, dia yang selalu berusaha menomorsatukan Kyuhyun dibanding dirinya, pasti Kyuhyun merasa tertekan karena itu. Jadi adiknya itu memilih menutupi penyakitnya darinya.

Tapi—kenapa begitu?

Bukankah mereka kakak-beradik meski mereka kembar? Bukankah Kyuhyun adalah adiknya? Jadi—bukankah yang dia lakukan itu benar? Dia menjaga Kyuhyun, menomorsatukan Kyuhyun, bukankah itu artinya dia begitu menyayangi Kyuhyun melebihi dirinya sendiri? Tapi mengapa Kyuhyun selalu tak mengerti?

"Kau darimana saja?"

Akhirnya Kibum bertanya juga. Bocah itu menurunkan buku Fisika yang sedang dibacanya untuk menatap bocah seusianya yang hanya berbeda 6 menit darinya yang baru saja masuk kedalam rumah. Seperti hari-hari sebelumnya, hari ini pun Kibum mendapati saudara kembarnya pulang dalam keadaan wajah pucat dan nafas tersenggal. Dan—selalu ada senyum diwajah pucat itu. Kibum benci itu.

"Latihan. Sebentar lagi akan ada turnamen besar" dan senyum itu semakin lebar. Membayangkan dirinya ikut turnamen besar itu membuat rasa lelah Kyuhyun menguap entah kemana. Kyuhyun mendudukan dirinya disamping Kibum. "Ambilkan aku minum, Bum" perintahnya tak sopan.

"Ambil saja sendiri" dan Kibum selalu menjawabnya dengan begitu.

"Huh, kau pelit sekali sih" Kyuhyun berdiri dengan gerakan cepat, membuatnya kehilangan keseimbangan. Pemuda itu memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri, ketika Kibum mendorongnya untuk kembali duduk. "Biar aku yang ambilkan. Jangan suka berdiri tiba-tiba" katanya lalu berjalan masuk kedalam dapur.

"Dasar aneh" lirih Kyuhyun. Tapi pemuda itu tersenyum senang setelah melihat Kibum membawakan segelas air minum untuknya. "Woa~ terimakasih, Bum. Kau memang kakak yang baik" katanya sambil mencoba mengacak rambut Kibum, namun Kibum keburu mendelik padanya.

"Kemana Ibu?"

"Ke Supermarket. Mungkin" jawab Kibum. Pemuda itu kembali mencoba menekuni buku fisika ditangannya, meski sejujurnya ia mencoba mendengar deru nafas Kyuhyun yang menjadi semakin teratur. Syukurlah.

OURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang