It's Okay

1.7K 252 104
                                    

OUR

(It's Okay)


Yifan meletakan gelasnya dengan sedikit keras diatas meja. Bayangan pembicaraannya dengan Kyuhyun dua hari lalu membuat tidurnya makin tidak nyenyak. Dia bahkan tak berani menutup matanya setelah bermimpi bertemu Luhan. Adiknya itu muncul dalam keadaan yang pucat –seperti biasanya, tersenyum lebar sambil memeluknya. Yifan tahu dia bermimpi, tapi pelukan tangan dingin itu terasa nyata.

'Gege sehat kan?'

'Hm'

'Senang bisa melihat Kyu-ie lagi. Dia keren sekali kan, ge?' mata bulan Luhan berkilat, 'terlihat sangat sehat' katanya dengan suara melemah.

'Tak ada yang akan berpikir dia anak 'istimewa' kan?' Yifan menelan ludah kesulitan begitu suara Luhan kembali terdengar. Luhan melepaskan pelukannya, menatap tepat pada sepasang manik Yifan. 'Tapi kenapa membuatnya kesusahan, ge?'

'Dia juga membuatmu kesusahan. Ah bukan dia, tapi Jifan' Yifan berucap tegas, meski sejujurnya ada keraguan yang mulai muncul. 'Aku akan memastikan dia tak bisa menyentuh basket seperti kau, Lu'

'Tolong, jangan jadikan aku alasan' tatapan Luhan melemah, tangannya yang semula memegangi lengan Yifan terlepas. 'Pikirkan baik-baik ge, bukankah sebaiknya tak membuat orang lain merasakan yang gege rasakan? Bukankah Kyu-ie juga adik gege? Kenapa membuatnya kesusahan, ge?'

'Lu'

'Kalau dia 'pergi' juga, bagaimana perasaanmu? Perasaan Jifan? Paman dan Bibi Cho? Bagaimana kau akan muncul dihadapan Jifan dan mentertawakannya?' potong Luhan.

Yifan menggeleng. Bagaimana dia bisa membayangkan Kyuhyun 'pergi' ke tempat yang sama dengan Luhan? Bagaimana dia akan mentertawakan ini didepan Kibum?

'Ge, kau bilang sedang berusaha memaafkan kan? Tapi dari yang kulihat, kau tak benar-benar melakukannya. Kau hanya ingin aman, membuat mereka berharap namun kau tak beranjak melupakan yang lalu. Kau—masih ditempat yang sama' Luhan kembali meraih tangan Yifan. Sensasi dingin tangan pucat itu membuat mata Yifan berembun. Ini mungkin hanya ilusinasinya, namun kenapa terlihat sangat nyata?

'Kyu-ie tak salah, ge. Jifan juga tidak salah. Aku lah yang salah. Aku tak mau mereka memandangku berbeda hanya karena penyakit sialan ini. Akulah yang memintamu menutup mulut dari mereka' kepala Yifan seakan dipukul palu mendengar pengakuan Luhan. Benar, Luhan-lah yang melarangnya berbicara tentang penyakitnya pada si kembar.

'Itu takdirku. Akulah yang nakal karena tak mau mendengarkanmu. Kyu-ie dan Jifan hanya berada ditempat dan waktu yang salah'

.

"Kyuhyun dan Kibum hanya berada ditempat dan waktu yang salah?"

Yifan bergumam sambil memejamkan matanya. Ia ingat, Luhan memang sudah tak boleh beraktifitas berat, makanya dia melarang mati-matian Luhan yang bersikeras ingin bermain basket. Namun Luhan bukanlah anak yang mendengarkan perintah dengan baik, dia malah pergi menemui Kyuhyun dilapangan basket karena tahu tetangganya itu sering menghabiskan waktu disana. Dan tragedi itu terjadi disana, hari itu, saat Yifan berpamitan untuk bermain dirumah temannya yang tak jauh dari lapangan basket komplek.

Yifan mendengus, terlalu banyak berpikir dan dia baru menyadari kalau dia sudah menghabiskan hampir 15 menit dimeja makan yang sudah kosong. Dengan segera dia mengenakan jas sekolahnya kemudian meraih ranselnya yang diletakan sembarangan tadi sebelum berjalan keluar apartemennya.

Benar kata Luhan, mungkin beberapa hari ini dia tak sungguh-sungguh ingin memaafkan. Dia hanya mencoba mencari aman, dengan mengatakan dia akan berusaha memaafkan tanpa melakukan apapun. Luhan mungkin benar, Yifan selama ini hanya berdiri ditempat yang sama, bukan karena dia tak bisa berjalan maju namun karena dia tak berniat melangkah maju.

OURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang