☄️Metamor 4|

4.7K 131 13
                                    

Nyaman itu karena terbiasa. Bertemu itu karena takdir.

-Kejora Vesilia-

KEJORA reflek menutup hidungnya sendiri saat masuk ke dalam gudang. Wisnu menyuruhnya untuk mengambil sebuah meja disana karena meja cowok itu banyak coretan. Jika saja bukan karena buku itu, Kejora sangat ogah disuruh beginian.

"Sialan, dia mau ngerjain gue apa ya!" Kejora menggerutu. Bagaimana tidak? Di dalam gudang sama sekali tidak ada meja ataupun kursi, hanya ada tumpukan kardus-kardus usang, buku berdebu dan sarang laba-laba memenuhi langit-langit ruangan.

Benda yang bergetar mengalihkan tatapan Kejora. Ia merogoh kantong, kemudian mengambil ponselnya. Sebuah pesan masuk dari nomor tak di kenal masuk dua kali.

0819xxxxxxxx
Beliin gue makan, cpt!

0819xxxxxxxx
Gue Wsnu, wktu lo 5 mnt

Mata Kejora terbelalak seakan ingin keluar dari tempatnya. Cowok itu apa mau mengerjainya lagi hah? Baru saja beberapa jam menjadi babu, Kejora lelah disuruh ini itu. Dan bagaimana cowok itu bisa mendapatkan nomornya, sedangkan yang tahu nomor Kejora hanya Siska dan Bani.

Jika saja Kejora tidak memiliki image kalem, jika saja Kejora itu famous, jika saja Kejora tidak seperti siswi terasingkan, sudah pasti dia akan senang hati menghampiri Wisnu. Memukulnya, menendangnya, menamparnya, mencakarnya, semua itu akan Kejora lakukan.

Kejora mengambil langkah menuju kantin. Ia menghampiri kedai mang Ujang, si penjual nasi goreng booming di sekolahnya karena rasa nasi gorengnya yang enak.

"Mang, nasi goreng satu ya!" teriak Kejora tak santai di belakang seorang siswi yang bisa ditebak itu adalah adik kelas. Si adik kelas sempat menoleh ke arah Kejora, melempar senyum dan Kejora membalas dengan tersenyum.

"Kakak, lagi buru-buru ya?" tanya si adik kelas itu dan Kejora hanya menjawabnya dengan gumaman. "Kalau gitu, kakak aja duluan." lanjutnya.

"Beneran?" tanya Kejora tak percaya. Tumben sekali ada adik kelas yang mau mengalah pada kakak kelas. Selama ini, boro-boro mau mengalah, adik kelas bahkan berani menantang kakak kelasnya sendiri.

"Iya, beneran."

"Makasih, ya." Setelah mendapan anggukan, Kejora mengambil langkah ke depan adik kelas tersebut, berdiri tepat di samping kedai mang Ujang. Sesaat, terbesit rasa jahil ingin balas dendam di otaknya. "Mang Ujang." panggil Kejora.

"Iya, neng?"

"Cabenya lima belas biji, ya. Diblender aja mang, biar gak keliatan."

Mang Ujang sedikit terkejut dengan permintaan itu. "Pedes loh neng, nanti sakit perut."

"Gak pa-pa mang, udah buat aja nasi gorengnya." Mang Ujang hanya mengangguk kemudian dengan cepat membuat nasi goreng pesanan Kejora.

Beberapa menit menunggu, ponselnya bergetar kembali, menampilkan satu pesan masuk dari nomor yang tadi mengirimnya pesan.

0819xxxxxxxx
Perpus!

"Ini neng." kata mang Ujang yang sudah selesai memasak nasi goreng Kejora. Kejora memasukkan ponselnya dan merogoh uang sepuluh ribu lalu memberikannya pada mang Ujang.

Belum berhenti sampai sana, Kejora melangkah ke sebuah meja kosong dan mengambil sebuah sambal kemudian menyendokkan sepuluh sendok sambal ke nasi goreng. Kejora tidak peduli sepedas apa nasi goreng itu, tapi jika Wisnu sampai sakit perut, Kejora akan menjadi orang pertama yang menertawakannya.

METAMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang