Bagian 1

186 74 115
                                    

Bagaimana bila aku terus berjuang sampai kamu sadar perasaanku padamu.

------------------------------------------------------

"Evan!! " seru seorang perempuan yang tergesa gesa sambil memanggil sesosok pria yang berada jauh didepannya.

Merasa namanya dipanggil pria bernama Evan itu segera membalikkan tubuhnya dan menatap siapa orang yang memanggil namanya itu.

"Ratih, ada apa?? " tanya Evan sesudah perempuan yang dipanggil Ratih itu berada di depannya.

"begini Van. Mobil gue lagi di bengkel jadi gue pulang bisa nebeng ga sama lo? " ucap Ratih sambil memandang Evan.

"tapi Rah gua ma-"

"plissss Van" ucap Ratih memotong perkataan Evan.
"lagian jam segini angkot udah gak ada lagi yang lewat, masa lo tega ninggalin gw" lanjut Ratih sambil menatap Evan dengan wajah memelas.

Evan diam, dilihatnya jam tangan hitam yang melingkar di tanganya dan jam menunjukkan pukul 6 lewat 30 menit "huhh... angkot pasti sudah tidak ada lagi yang lewat depan sekolahnya." ucap Evan dalam hati.

Ditatapnya Ratih dengan pandangan datar seperti biasanya.

"baiklah lo gua anter sampe rumah" ucap Evan sambil berjalan mendahului Ratih.

"Van tunggu gw."

Ratih segera berlari mengejar Evan yang berjalan lebih dulu di depannya. Ditatapnya punggung Evan oleh Ratih dengan pandangan sendu.

"Van bisakah gue berusaha berjuang, walau gw udah tau bahwa perjuangan gue bakal sia-sia. Setidaknya gue berusaha Van, berusaha membuat lu bisa melihat cinta gue" ucap Ratih dalam hati.

***

Sesampainya di parkiran sekolah Ratih langsung masuk kedalam mobil Evan. Ditatapnya wajah Evan yang sudah duduk disampingnya sekali lagi, menyadari sedari tadi ditatap Ratih, Evan sontak langsung menoleh kearah Ratih dan itu sukses membuat Ratih gelagapan karna ketahuan jika sedang menatap pria disampingnya ini.

"apa ada yang salah dengan wajah gue? " tanya Evan kepada ratih yang sekarang telah mengalihkan pandangannya kearah jalan yang gelap diluar sana.

Melihat Ratih tidak menjawab pertanyaannya membuat Evan mengernyit bingung dengan perubahan sikap Ratih. Evan mengangkat bahu acuh, dia menyalakan mesin mobilnya dan mulai mengendarai ke arah rumah Ratih untuk segera mengantar perempuan ini pulang agar Evan bisa cepat bertemu dengan Bunga. Ya Evan memang sudah mempunyai janji dengan Bungan untuk makan malam bersama atau bisa dibilang dinner.

"Tih." panggil Evan memecah keheningan diantara mereka.

"ya." jawab Ratih singkat tanpa memandang wajah Evan.

Evan sedikit ragu menyakan ini kepada Ratih, tapi bagaimana pun dia butuh pandangan sahabatnya itu tentang Bunga.

"menurut lo Bunga orangnya seperti apa? "

Seperti disambar petir Ratih dengan cepat menatap Evan. Dia tau siapa itu Bunga, hari gini gak ada yang mengenal cewek cantik pentolan SMA Dharma Bangsa. Selain cantik dan mempunya tubuh langsing bak model Bunga juga seorang Waketos atau Wakil ketua osis di SMA Dharma Bangsa.

"hummm menurut gue kak Bunga tuh cantik, baik, pintar berorganisasi, waketos juga, dan yang gue tau dia juga pinter banget dalam semua mata pelajaran." jawab Ratih jujur kepada Even, jujur Ratih tau kalo sahabatnya ini menyukai Bunga. "siapa sih yang gak suka ma Bunga" ucap Ratih membatin .

Ratih menatap Evan dengan pandangan yang sulit dijelaskan.

"memangnya kenapa sih kok lo nanyain itu ke gue." lanjut Ratih yang sekarang sudah mengalihkan pandangannya ke arah depan.

"humm begini. Gw suka sama Bunga, gimana kalo gue nembak dia Tih."

Seperti ditusuk pisau yang sangat tajam, hati Ratih begitu sakit mendengar perkataan Evan tadi. Apa katanya nembak Bunga, yang benar saja. Dengan menggigit bibirnya Ratih berusaha menahan air matanya yang hampir keluar, dia tidak mau menangis di depan Evan saat ini.

"gue rasa lu harus mencobanya dulu Van." ucap ratih dengan nada bergetar.

Jujur dia benar benar tidak tahu harus mengatakan apa pada Evan sekarang, hatinya sakit sungguh sakit seperti ditusuk jarum yang sangat banyak.
Evan tidak membalas lagi sekarang dia telah tenggelam ke dalam pikirannya sendiri.

Tanpa Ratih sadari mereka sudah sampai di depan rumah Ratih, Ratih menghada Evan dan tersenyum simpul.

"Van thanks ya lo mau nganterin gue sampe rumah" ucap ratih pada Evan yang juga tersenyum, senyum seperti biasa senyum manis yang entah mengapa membuat hati Ratih sakit.

"sama sama dah gih masuk sana"

Ratih mengangguk dan keluar dari mobil Evan. Ratih menunggu Evan pergi sebelum dia masuk ke dalam rumah, sesampainya dia di depan pintu rumahnya dia langsung merosot lemas dan menjadikan pintu rumahnya sebagai sandarannya.

"masih bisakah aku memperjuangkanmu Evan??" batin Ratih pilu.

Tbc

Fuahhhhhhh selesai bagian satu. Yuyu tau ini masih kurang memuaskan. Maaf atas keasalahan atas tata bahasa di cerita yuyu :(. Semoga readers semua senang. Btw jangan lupa kasih VOMMENTS buat cerita yuyu ^^

Tunggu cerita selanjutnyaa...

[AYS 1] Can You Love Me?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang