Bab 4 - Kelompok Belajar

460 40 0
                                    

Bab 4

Kelompok Belajar

Author's PoV

Dengan gugup, Dion berjalan memasuki Ruang Guru. Bola matanya berlarian mencari sosok yang harus ditemuinya saat ini juga. Kali pertama masuk ke ruangan ini membuat otaknya dipaksa mengingat setiap sudut tempat ini.

Disana, arah jam 2 dari posisi Dion saat ini. Segera melangkahkan kakinya menuju Bu Ulfie, Guru Sejarahnya. Sayangnya Bu Ulfie sedang asyik berbicara dengan guru lainnya. Memaksa Dion untuk bersabar menunggu percakapan kedua partner kerja itu berakhir.

1 menit terlewati, Dion masih berdiri dengan sabar. "Eh Dion!" kehadirannya akhirnya disadari oleh Bu Ulfie yang memang sengaja memanggilnya. Segera Bu Ulfie menyelesaikan percakapannya yang sudah mencapai kesimpulan. "Duduk nak," ujar perempuan yang sudah mencapai kepala 4 itu.

Setelah mengangguk sopan, Ia segera duduk di depan meja gurunya. Tangannya berkeringat, hawa dingin terasa di sekujur tubuhnya. Pandangannya tetap lurus menatap Bu Ulfie menunggu beliau berbicara. Detak jantungnya terasa lebih cepat kali ini.

"Begini Dion, saya mau berbicara tenang nilai kamu," setelah diam beberapa saat, kata-kata yang dirasa sudah pas segera dikeluarkan. Reaksi Dion yang tegang sangat terlihat. "Tenang, saya tidak akan memarahi kamu. Jangan menganggap ini sebagai penghambat ya?" Tanya Bu Ulfie sabar.

Dion mengangguk kaku. Lagi pula, Ia tidak bisa melakukan hal lain.

"Saya mengerti keadaan kamu, tapi bukan berarti kamu tidak akan pernah bisa," Beliau tersenyum lembut. "Maksud saya memanggil kamu adalah untuk memberi bantuan untuk kamu nak."

Segala pikiran buruk mengenai nasibnya yang sudah memenuhi otaknya segera hilang. Muncul secercah harapan dari mata Dion.

Bu Ulfie tersenyum melihat respon Dion. "Saya mengadakan kelompok belajar untuk mata pelajaran Sejarah. Saya tau kamu murid IPA, tapi pelajaran ini tetap penting untuk kamu." Ujar Bu Ulfie memberi penjelasan.

Dion segera mengangguk kelewat semangat. Semua ilmu yang didapat itu penting. Jangan pernah meremehkan pengetahuan sekecil apapun. Karena dibutuhkan pengetahuan kecil atau dasar untuk memecahkan pengetahuan besar. Tidak ada pengetahuan yang sia-sia. Itu yang diajarkan oleh ibunya.

Senyuman muncul di wajah Bu Ulfie melihat muridnya kelewat semangat, baru kali ini ia mendapat siswa yang semangat saat akan dimasukkan kelas bantuan. "Kamu bersedia Dion? Kelas akan dilaksanakan setiap Rabu sepulang sekolah. Ada kegiatan saat itu?"

Dion menggeleng. Hari itu dia bebas.

"Bagus! Besok sepulang sekolah langsung ke Perpustakaan. Semua temanmu akan berkumpul di sana." Ujar Bu Ulfie ceria.

"Baik Bu," Dion tersenyum tulus.

"Jangan lupa membawa buku sejarah besok. Ada lagi yang perlu ditanyakan?"

Sekali lagi Dion menggeleng.

"Ya sudah, kalau begitu kamu bisa pulang."

"Permisi, Bu," setelah bersalaman dengan guru sejarahnya, Dion segera keluar dari Ruang guru. Pak Harto, supir pribadinya, pasti sudah menunggu.

­­~~~~~~

Rabu, sepulang sekolah.

Dion melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia tidak mau terlambat untuk kali peertama di kelompok belajar ini. Beberapa adik kelas terpukau menatapnya. Wajah tampan cukup untuk membuatnya dikenal oleh warga sekolah. Mereka tidak tau, sulit bagi Dion untuk mengatur wajahnya agar tidak terlihat bodoh.

Idiot in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang