1

187 16 0
                                    

"Ada apa? Sesuatu terjadi? Eomma, wae?" Suasana di rumah Taeyeon terasa berbeda saat Taeyeon kembali dari tempat kerjanya. Mencoba mencari jawaban dari apa yang terjadi saat ini kepada ibunya, tetapi nihil. Semua terdiam, termasuk ayah dan kakak laki-lakinya. Kemudian Taeyeon teringat akan ponsel nya yang ia tinggalkan seharian ini. Ia bergegas menuju kamarnya. Sesampainya di dalam kamar, ia tak menemukan sesuatu yang ia cari.

"Taeng, ini. Sekitar sepuluh menit sebelum kau sampai di rumah, ayah Leeteuk memberitahu bahwa kapal yang Leeteuk kendarai terbalik. Berdoa saja semoga ia selamat."Kim Taehyun, kakak laki-laki Taeyeon mengembalikan ponsel Taeyeon seraya membawa kabar. Bak dihempas ombak di laut, pertahanan Taeyeon terombang-ambing. Lututnya serasa cedera, tak mampu menahan bobot tubuhnya sendiri. Taehyun segera memeluk Taeyeon. Menenangkan adik kesayangannya itu.

-//-

Kejadian hari itu, sekitar satu bulan yang lalu masih terngiang dipikiran Taeyeon. Ia menyembunyikan kesedihannya pada semua orang. Tetapi keluarga tidaklah bisa dibohongi. Namun mereka mencoba untuk tetap biasa saja pada Taeyeon, berharap Taeyeon lambat laun bisa melupakan calon pengantinnya itu.

"Hei, Kim Taeyeon! Bangunlah. Apa kau ingin kehilangan pekerjaanmu? Aigooo." Teriak eomma Taeyeon dari luar kamar anak gadisnya itu. Taeyeon tersentak mendengar teriakan eomma nya. Segera ia bangkit dari kasur empuknya seraya melihat jam yang berada di atas meja di samping tempat tidurnya. "Waaaa lima belas menit lagi! Aiss jinjja." Dengan kesal Taeyeon keluar kamarnya bergegas menuju kamar mandi. Taehyun yang ketika itu hendak masuk kamar mandi terlonjak ketika tiba-tiba adiknya dengan sangat cepat mendahuluinya masuk ke kamar mandi. "Yak, Kim Taeyeon! Tidakkah kau melihatku?"

Melihat anak-anaknya bertengkar di pagi hari, seutas senyuman terbentuk dari wajah Nyonya Kim. "Semoga Taeyeon akan segera membaik." Batin Ny. Kim.

Taeyeon bergegas menuju tempat kerjanya. Bus yang menuju tempat kerjanya terlihat sudah berhenti di halte. Dengan sekuat tenaga ia berlari agar tak tertinggal. Namun nihil. Hanya tinggal jarak sepuluh meter yang harus ia tempuh, bus perlahan beranjak menjauhi halte. "Yaakk, jangan tinggalkan aku!" Teriakan Taeyeon terdengar disertai dengan hembusan napasnya yang terengah-engah. Lelah.

Brukk

"Aw! Hei bisakah kau melihat jalan dengan baik? Huh benar-benar." Tiba-tiba dari arah belakang Taeyeon berdiri seseorang yang mengendarai sepeda menyenggol lengan kirinya. "Anak SMA. Hei kau, tidak bisakah meminta maaf?" Seseorang yang menabraknya pun menghentikan laju sepedanya dan menoleh ke belakang seraya turun dari sepedanya dan berlari kecil menuju seseorang yang ia tabrak. "Maaf, Noona. Aku terlalu asyik mendengar lagu dari earphone sampai akhirnya tidak memperhatikan jalan." Anak itu membungkuk, tanda permintaan maaf tulusnya pada Taeyeon. Tiba-tiba pikiran Taeyeon menyarankan sesuatu.

"Mm, kau. Bagaimana kau antarkan aku ke tempat kerjaku dengan sepedamu itu. Tidak jauh. Kalau menggunakan sepeda mungkin akan memakan waktu sekitar lima belas menit." Seseorang yang menabrak Taeyeon itu terlihat sangat terkejut. "Noona, yang benar saja? Aku harus ke sekolah." Terdengar seperti penolakan apa yang anak itu katakan. "Ais yasudah. Aku harus pergi." Taeyeon pun berlari menuju tempat kerjanya meninggalkan seseorang yang menabraknya itu.

"Ah aku benar-benar terlambat." Taeyeon mengeluh sambil terus berlari. Namun tiba-tiba seseorang menghadang jalannya. "Noona, kajja. Kau akan terlambat dan kelelahan nantinya." Ya, itu adalah anak SMA yang tadi menabrak Taeyeon. Tanpa berkata apa-apa Taeyeon langsung naik ke sepeda itu di bagian tempat duduk belakang. Entah apa yang merasuki pikirannya, padahal belum saling mengenal tapi Taeyeon bersikap sesukanya. "Kau lurus saja, nanti di persimpangan berbelok ke arah kanan." Taeyeon memberitahu arah tempatnya bekerja. Dengan cepat anak itu melajukan sepedanya. Merasa sedikit kehilangan keseimbangan, Taeyeon pun berpegangan pada bahu anak itu.

Sementara itu di rumah Taeyeon, Taehyun yang baru saja selesai mandi duduk di meja makan untuk memulai sarapan. Untung saja hari ini Taehyun tidak ada kelas, sehingga ia tidak harus datang terlambat dan dicap oleh mahasiswanya seperti dosen-dosen lain, yang hanya memikirkan urusan pribadinya tanpa memikirkan mahasiswanya yang sering menunggu hingga ber jam-jam. "Taehyun-a, kau tidak mengajar? Ah kau ini, jika begitu mengapa kau tidak mengantarkan adikmu saja tadi?" Eommanya yang terlihat sedang membereskan peralatan dapur menghentikan kegiatannya dan bergabung bersama Taehyun untuk memulai sarapan. "Biarkan saja dia eomma, mungkin sedikit olahraga di pagi hari dapat membuatnya tidak selalu murung, hehe." Kekehan kecil dari mulut Taehyun disambut dengan cubitan eommanya. "Yak kau ini, setidaknya pikirkan bagaimana nanti ia akan dimarahi bos nya. Dasar." Kata Ny. Kim pada anaknya itu.

"Kim Taeyeon, bisakah kau tidak berulah? Jika saja kau bukan karyawan yang bisa diandalkan sudah kupecat dari kemarin. Beruntung kau hanya terlambat sepuluh menit sehingga tidak terlalu mengganggu pekerjaanmu. Kembali bekerja dan jangan membuat ulah lagi." Celotehan Tuan Lee, yang tidak lain adalah Manajer di tempat Taeyeon bekerja, sudah biasa baginya. Sejak kehilangan Leeteuk, Taeyeon memang sering melakukan kesalahan saat bekerja. Bahkan Taeyeon pernah membolos selama tiga hari tanpa izin. Beruntung ia hanya diberi peringatan, tidak sampai dikeluarkan.

Taeyeon adalah seorang karyawan di salah satu cabang perusahaan swasta terkenal di bidang properti. Ia bekerja sebagai salah satu karyawan di bagian pemasaran. Meski hanya masih karyawan kontrak, namun Taeyeon cukup diandalkan. Ini adalah pekerjaan pertamanya setelah ia menyelesaikan kuliahnya yang hanya tiga tahun.

11:11 malam, terlalu larut untuk seorang wanita berjalan sendirian di jalanan Seoul yang sudah tidak terlalu ramai, bahkan dapat dikatakan sepi. Kembali, dengan keadaan sepi seperti ini memaksanya untuk mengingat kenangannya bersama kekasihnya, dulu.

-//-

"Oppa, aku lelah, bahkan sudah larut. Kau sudah di rumah? Aku baru saja pulang kerja. Bagaimana pelayaranmu hari ini? Menyenangkan?" Seorang yeoja tak hentinya berbicara melalui ponselnya dengan senyum sumringah di wajahnya. "Yak, Taeng-ah. Kau terus saja bertanya tanpa memberiku kesempatan menjawab. Dasar cerewet." Seseorang menggerutu dari seberang ponsel yeoja itu, Kim Taeyeon. Lawan bicaranya yang tidak lain adalah kekasihnya, Leeteuk. "Oppa ini dingin, sepi, dan sepertinya akan hujan. Akankah kau menjemputku tanpa kuminta?" Kekehan kecil terdengar dari lawan bicara Taeyeon. Bagaimana tidak, ia berkata akankah kekasihnya itu menjemputnya tanpa diminta, padahal yang ia ucapkan adalah sebuah permintaan.

-//-

Kembali, memori tentang kekasihnya terngiang di pikirannya. Tak terasa air matanya mengalir sedikit demi sedikit. Hangat. Ia terus melangkahkan kakinya menuju rumahnya. Kehidupannya, hanya sebatas kantor-rumah. Tidak pernah lagi ia bepergian hanya sekedar menghilangkan kejenuhannya. Entahlah, hidupnya hampa seakan tanpa tujuan yang jelas saat ini.

Lamunannya buyar, sesaat ketika ada seseorang yang berteriak seperti memanggilnya. Ia segera mencari sumber teriakan tersebut. "Ah mengagetkan, kau tahu ini sudah malam? Ais dasar." Taeyeon menggerutu ketika melihat siapa yang berteriak padanya.

Rain, BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang