3

75 10 0
                                    

Dicuaca dingin menyusuri jalanan kota Seoul. Tidak buruk memang. Tapi jika dengan suasana hati yang kacau, tentu berbeda hal. “Argh! Kenapa kalian melakukan ini, huh? Apakah kita kekurangan sehingga kalian membuat kekacauan yang sangat fatal ini?” Park Chanyeol, dengan wajah yang teramat kecewa dengan amarah yang memuncak. Mengapa ia seperti itu? Bagaimana tidak, kejadian satu bulan lalu, yang sebenarnya tidak membawa dampak apapun untuknya, ternyata berasal dari orang-orang yang sangat dekat dengannya

-//-
“Aku tidak menyangka apa yang kita inginkan sekarang benar-benar kita dapatkan. Kini aku telah diangkat menjadi CEO di salah satu cabang perusahaan bagian furniture. Kecelakaan itu, memang telah kita rencanakan. Tapi...” Seseorang yang usianya sudah muda lagi terlihat tengah berbincang bersama istrinya. “Yeobo, sudahlah, kita memang salah, tapi siapa yang menyangka kapalnya akan benar-benar terbalik?”
BRAK!
Terdengar suara pintu ruangan tempat suami-istri itu berbincang didobrak oleh seseorang. “Apa? Apa yang barusan kudengar? Ha? Bagaimana bisa?” Seseorang yang mendobrak pintu yang tidak lain adalah anak mereka, terlihat muncul dengan raut wajah yang penuh dengan amarah. “Chanyeol-a, itu.. Itu tidak seperti itu, tidak seperti apa yang kau pikirkan, sayang.” Ibunya lalu bangkit dari duduknya berusaha menenangkan anaknya itu. “Kalian, arghhh!” Tanpa berkata apapun lagi Chanyeol segera meninggalkan kedua orangtuanya.
-//-

Masih terbayang di benaknya fakta yang baru saja ia dapatkan. Sekarang yang ia simpulkan, orangtuanya adalah pembunuh. Tersurat di wajahnya kepedihan yang amat mendalam. Dilihatnya sebuah kaleng di hadapannya, dilampiaskannya kemarahannya pada kaleng itu dengan menendangnya. Namun tiba-tiba pandangannya mendapati seseorang yang seperti ia kenal. Dengan tatapan sendu, ia bergumam sendiri, “mianhae.”
Lagi, dengan langkah yang sangat yakin ia, Baekhyun, kembali melangkahkan kakinya menuju tempat yang menurutnya sangat bagus untuk disinggahinya. Namun ia merasa ada yang mengikutinya. “Ah, ini siang hari. Tentu akan banyak orang-orang berjalan kaki menuju arah sama denganku.” Menurutnya yang selalu berpikiran positif.
Sampailah Baekhyun di tepi air mancur yang berada di tengah per tokoan. Akhirnya ia memutuskan untuk berhenti di sana. Dilihatnya sebuah kursi yang berada di pinggiran air mancur itu, ia pun menempati salah satu kursi itu. Langkahnya namun terhenti ketika ia merasa ada seseorang menyapanya dari arah belakang. “Annyeong.”
Seketika Baekhyun menoleh ke belakang. “Ah, ne? Nuguseyo?” Merasa asing dengan orang yang menyapanya, ia pun bertanya demikian. “Ah, mian. Aku, Park Chanyeol. Kita satu sekolah, tapi kurasa kau tidak mengenaliku karena memang kita di kelas berbeda.” Ya, ternyata itu adalah Park Chanyeol. “Ah, begitu. Ne, aku Byun Baekhyun. Lalu, bagaimana akhirnya kau bertemu dan tiba-tiba menyapaku?” Merasa heran, Baekhyun pun kembali bertanya. “Ah, maaf. Aku tadi mengikutimu. Hanya, aku sedang berjalan-jalan, lalu aku melihatmu dan penasaran dengan apa yang akan kau lakukan. Hehe.” Terlihat Chanyeol yang salah tingkah menjawab pertanyaan Baekhyun.
Dalam hatinya, Chanyeol berkata, “Baekhyun, sungguh, aku benar-benar minta maaf.”

Siang berganti malam. Langit malam terlihat sangat begitu gelap tanpa adanya bintang yang menghiasi. Hujan tadi pagi sepertinya melanjutkan penjelahannya di permukaan bumi. Cuaca yang begitu dingin malam itu dimanfaatkan seorang wanita, yang tidak lain adalah Kim Taeyeon untuk segera terlelap menuju alam mimpinya. Berharap dapat tidur dengan nyenyak, namun kembali ia meneteskan cairan bening dari matanya. Apa yang sebenarnya selalu ia pikirkan? Tidakkah ada hal lain yang membuatnya selalu menangis terutama dikala hujan?
Tidak. Kembali lagi, seperti biasanya ia mengingat kenangannya bersama kekasihnya itu, Leeteuk.

-//-
“Oppa, apa kau gila? Ini hujan. Bagaimana kau kesini di tengah cuaca seperti ini terutama ini malam hari. Ah dasar.” Terlihat dari jendela kamarnya, Taeyeon tengah mengomeli seseorang. Bagaimana tidak, seseorang tiba-tiba mengetuk jendela kamarnya dari luar. Setelah dibuka, tampaklah sosok kekasihnya dengan keadaan yang benar-benar basah. Dengan segera Taeyeon menuju pintu rumahnya dan disilahkannya Leeteuk untuk masuk. Taeyeon pun memberikannya handuk dan menyuruh Leeteuk untuk duduk. “Ais benar-benar. Apakah kau ingin mati konyol hanya karena terlalu kedinginan? Untung saja aku belum tidur. Bagaimana jika aku tidak menyadari ada yang mengetuk pintu kamarku dan kau tetap kehujanan sampai pagi? Huh? Kau lihat ini pukul berapa? 11:11. Ahhh dasar kau benar-benar menyebalkan.” Tanpa menghentikan omelannya pada Leeteuk, Taeyeob menyiapkan teh hangat, memberinya selimut, dan menyodorkan pakaian Taehyun pada Leeteuk.
“Hei nona Kim, bisakah kau menghentikan omelanmu itu? Aku baru saja pulang dari bekerja dan kebetulan mobilku berhenti tiba-tiba. Karena ini di daerah rumahmu makanya aku kesini dan aku lupa membawa payung. Jangan mengomeliku lagi karena aku sudah tidak apa-apa sayang.” Leeteuk membelai lembut rambut kekasihnya itu. Namun aktivitas mereka terhenti saat tiba-tiba eomma Taeyeon keluar dari kamarnya, “kalian kenapa ribut malam-malam begini? Ah dasar anak muda.”

-//-
Terlalu banyak, kenangan itu. Bayang-bayang kekasihnya, selalu dirasakannya. Malam ini, ia kembali merindukan Leeteuk. Air matanya tak henti menetes untuk turut mengenangnya dalam hati. Kenangan yang muncul bersamaan dengan hujan, menyebarkan rasa sakit karena terlalu merindukannya. Seakan tak bisa berhenti, kembali dilihatnya foto ia dan Leeteuk yang masih terpajang pada bingkai foto di meja kamarnya.

“Chanyeol-a, bukankah ini sudah terlalu larut? Apakah ayah dan ibumu tidak mencemaskanmu? Untung saja aku mengajakmu ke rumahku dulu, jika tidak kau mungkin akan mati menggigil di luar sana.” Mereka, Baekhyun dan Chanyeol kini berada di rumah Baekhyun. Tidak sampai dua puluh empat jam, Chanyeol terlihat sudah dekat dengan Baekhyun. Bahkan, hari ini Chanyeol menemani Baekhyun menjalani profesinya sebagai penyanyi jalanan.
“Lagi pula, aku sedang tidak ingin pulang. Hehe. Bisakah kau membiarkan aku di sini untuk malam ini? Aku mohon.” Dengan wajah imut, ah lebih tepatnya diimut-imutkan Chanyeol terlihat memohon pada Baekhyun. “Benarkah? Kau akan di sini? Malam ini? Bersamaku? Ah, tentu saja.” Tidak disangka, Baekhyun terlihat sangat senang, lalu tiba-tiba memeluk Chanyeol. “Yak, kau. Kurasa ini terlihat aneh.” Chanyeol yang terlihat terkejut melihat kelakuan Baekhyun hanya berkata dengan wajah datarnya. “Ah, mian. Aku, tidak bermaksud.” Baekhyun salah tingkah lalu memperbaiki posisinya dan memalingkan wajahnya dari Chanyeol. “Ah, ini memalukan.”
Kini mereka berdua hanya saling diam. Terlihat canggung sama lain. Sungguh, suasana yang tidak harus dirasakan saat bersama, antara laki-laki dengan laki-laki.

Rain, BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang