4

82 11 0
                                    

Minggu pagi yang cerah. Tidak seperti kemarin, hari ini terlihat sinaran sang surya begitu semangat untuk memancarkan cahayanya. Aktivitas orang-orang dimulai dengan berbagai kegiatan. Tidak seperti biasa, seorang Byun Baekhyun disibukkan dengan urusan dapur pada minggu paginya. Tidak ingin membuat teman barunya yang belum terjaga dari tidur lelap nya merasa kelaparan nantinya. "Ah sepertinya aku tidak bisa menikmati jalanan kota Seoul pagi ini. Yasudah hanya untuk pagi ini. Oh yeah!" Saat memasak pun, ia sangat bersemangat meski ia hanya berbicara pada dirinya sendiri. Namun ada sesuatu yang benar-benar membuatnya bersemangat pagi itu. Itu adalah, tentang mimpinya. Ya, mimpi yang ia ingat dengan samar-samar. Dalam ingatannya, yakin, itu adalah dia. "Kau datang, noona." Seutas senyum tersungging begitu saja di wajahnya.

Sementara itu, cahaya matahari terlihat menerobos masuk melalui lubang ventilasi kamar milik seseorang yang tadi malam, ah sepertinya hampir setiap malam mengenang masa lalunya dengan penuh kesedihan. Matanya dengan terpaksa terbuka karena pancaran sinar yang menyilaukan. Dengan malas ia mendudukkan tubuhnya di atas kasur. "Ah, lagi? Aku menangis? Entahlah, ini melelahkan." Terlihat wajahnya yang begitu kusut pagi itu. Segera ia bangkit dari kasurnya dan menuju ke depan cermin. "Taeyeon-a, eomma dan appa akan ke toko. Taehyun ada urusan di luar. Kau sendirian di rumah. Sarapan sudah disiapkan dan berhentilah bermalas-malasan." Terdengar teriakan ibunya dari luar kamarnya. "Ne, eomma. Arasso." Taeyeon pun menjawab dengan sedikit berteriak, juga. "Aku bosan, sebenarnya. Tapi mau bagaimana? Bahkan aku tidak tahu apa yang kuinginkan saat ini." Ia menangkupkan wajahnya dengan kedua tangannya.

"Yak, apa kau gila? Pagi-pagi begini kau senyum-senyum sendiri? Ah dasar. Bagaimana bisa aku akhirnya memutuskan untuk bertemu denganmu bahkan tidur satu atap denganmu?" Tiba-tiba seseorang mengagetkan Baekhyun. Segera ia mengalihkan pandangannya ke asal suara. "Yak, jika menurutmu begitu pergi saja kau sekarang. Ah dasar. Tidakkah kau tahu caranya berterimakasih dengan benar? Lagi pula kau yang tiba-tiba datang padaku!" Baekhyun terlihat jengkel dengan apa yang diucapkan Chanyeol memberikan tatapan mengerikan. "Woa, aku? Datang padamu? Tidakkah ada kalimat lain untuk menggambarkan apa yang kulakukan itu? Kau seperti..." Chanyeol memainkan imajisinya terhadap Baekhyun. Bagaimana tidak? Setelah tadi malam ia memeluk Chanyeol, lalu pagi ini mengatakan bahwa Chanyeol yang datang padanya. Lalu tiba-tiba Chanyeol berkata, "apa aku ini pacarmu?"

PLETAK!

Tiba-tiba sebuah sendok plastik mengenai kepala Chanyeol. "Kau sepertinya yang gila. Aku menyukai perempuan!. Kau tahu!?" Terlihat Baekhyun kesal dengan apa yang dipikirkan Chanyeol terhadapnya. Karena tidak terima dengan apa yang Baekhyun lakukan, sendok yang tadinya mengenai kepala Chanyeol kini berbalik ke Baekhyun. Terjadilah aksi pertengkaran rumah tangga antara Baekhyun dan Chanyeol.


Langkah kaki orang-orang yang tengah menyusuri jalanan kota Seoul menjelang siang hari terdengar berirama tak beraturan. Ada yang melangkah begitu cepat, lalu begitu pelan, ada yang berlari dan ada pula yang hanya berdiam diri. Kim Taeyeon, yang merupakan salah satu pengguna jalan saat itu, hanya melangkahkan kakinya dengan begitu malas. Berjalan dengan terus menatap jalanan dengan tatapan kosong. Tidak ada yang ingin dia lakukan. Hanya saja menurutnya ia butuh keluar untuk menangkan pikirannya. Namun usahanya nampak sia-sia. Jalanan yang ia telusuri, sepenuhnya berisi kenangan manisnya saat masih bersama kekasihnya dulu. Sesekali ia ingat bagaimana bahagianya mereka, Leeteuk dan Taeyeon, hanya sekedar berjalan dan melihat barang-barang yang dijual di toko dari luar. "Semuanya, masih tentang kau. Bagaimana?" Ia bergumam pada dirinya sendiri.

Disaat yang bersamaan, seseorang dengan sepedanya terlihat tengah menikmati jalanan kota saat itu. Setelah temannya yang bermalam dirumahnya pulang, ia dihantui rasa bosan. Namun ada yang berbeda, kali ini ia tidak membawa serta gitarnya. Ya, seharusnya hari ini dia melakoni perannya sebagai 'penyanyi', namun sepertinya ia akan absen pada hari ini. Entahlah, ketidakinginannya sangat kuat saat itu. Kali ini dengan headphone di kepalanya, ia terlihat menikmati hembusan angin dan sedikit terik matahari.Namun pandangannya tiba-tiba tertuju pada deretan pertokoan yang berada di seberang tempat ia berpijak sekarang. Tidak terlalu jauh, sehingga ia dapat melihat jelas apa yang menarik perhatiannya saat itu.

Sementara di tempat lain, Chanyeol memang telah kembali ke rumahnya. Namun tanpa berkata apapun pada orangtuanya, ia hanya langsung menuju kamarnya. Terlihat masih begitu marahnya ia pada kedua orang tuanya. Lalu dari luar kamarnya, terdengar suara eomma Chanyeol tengah berkata dengan begitu lembut. "Chanyeol-a, itu tidak seperti apa yang kau pikirkan, sayang. Aku tahu sekarang kau sangat marah. Tapi tolong dengarkan kami dulu, biarkan kami menjelaskannya dengan sangat rinci padamu sayang. Dan lalu, semalaman kau kemana? Kami sangat mencemaskanmu. Apa kau sudah makan?". Mendengar apa yang dikatakan ibunya, Chanyeol hanya merespon, "biarkan aku. Aku akan mendengar apa yang ingin kalian katakan setelah aku tenang. Tapi tunggu, sepertinya ini tidak akan sebentar." Mendengar apa yang anaknya katakan, terlihat sedikit perasaan lega dari eomma Chanyeol. Sementara di dalam kamarnya, Chanyeol terlihat menangkupkan wajahnya pada bantal. Dengan suasana hati yang tidak baik, ia mencoba untuk memejamkan matanya, berharap setelah itu kembali ia setidaknya sedikit membaik.


Kembali pada Baekhyun, dengan segera ia mendekati apa yang saat itu begitu menarik perhatiannya. "Woa, bagaimana bisa kau terlihat begitu menggiurkan? Aaaa biarkan aku memilikimu." Ia bersorak seperti anak kecil yang merengek ingin dibelikan sesuatu. Ya, memang saat itu ia sangag tertarik pada sebuah sepatu yang terpajang di salah satu toko yang hanya khusus menjual sepatu. "Bagaimana? Bagaimana caranya aku mendapatkannya? Argh ini begitu menjengkelkan. Apa aku harus menabung? Atau aku harus memiliki pekerjaan tambahan? Aiss kau membuatku gila." Benar-benar seperti seorang anak kecil, tingkah Baekhyun bahkan dilihat oleh orang-orang yag berada di sekitarnya. "Apa yang ia lakukan? Ch memalukan." Seorang wanita dengan jarak agak jauh dari Baekhyun terlihat memperhatikan apa yang Baekhyun lakukan sebentar.

Bagaimana mungkin seseorang yang seperti ia dapat hidup sendiri? Bukankah seharusnya ia akan gila jika ditinggal orang-orang tersayangnya? Bahkan ia tidak memiliki teman yang benar-benar dekat dengannya. Bukankah biasanya orang-orang yang mengalami kejadian sepertinya akan berubah menjadi pendiam, dan sedikit menutup diri? Ya, biasanya memang akan seperti itu. Tapi padanya berbeda. Ia merasa ia sudah mendapatkan kasih sayang yang luar biasa dari orang-orang tersayangnya. Waktu yang ia habiskan bersama orang-orang tersayangnya tidak ada yang harus ia sesalkan. Kesedihan, kesepian, bahkan kerinduan pasti akan menghampirinya. Tapi lihatlah bagaimana ia mengatasi itu semua. Menurutnya, tidak ada yang diinginkan orang-orang tersayangnya selain ia harus selalu menjalani hidupnya dengan baik. Lihatlah bagaimana seseorang yang bertingkah seperti anak-anak, namun ternyata memiliki pola pikir yang sangat dewasa, terutama setelah ditinggal kedua orangtuanya, sekitar satu bulan lalu, pada sebuah kecelakaan.

Rain, BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang