CHAPTER 1

107 3 2
                                    

SMA Harapan Nusa, 08.00

Rizki berlari masuk ke gerbang sekolahnya. Hampir saja ia terlambat. Namun beruntung, karena hari ini hari pertama masuk sekolah, jadi masih ada toleransi bagi yamg terlambat.

Ia berjalan menyusuri koridor sekolah, ia melihat ke arah lapangan upacara yang dipenuhi siswa siswa baru kelas 10. Kemudian, ia melihat keramaian di ujung koridor. Ternyata, siswa kelas 11 sedang berebut melihat daftar nama dan kelas. Dengan segera, Rizki juga melihat daftar nama itu, dan mencari namanya.

"masuk kelas berapa yaa.."  batin Rizki. Dirinya sangan penasaran, siapakah yang akan jadi teman sekelasnya nanti. Setelah menemukan namanya masuk kelas mana, ia begegas menuju ruang kelas.

XI MIA 4

Rizki melihat papan nama kelas tergantung di dinding dekat pintu.

"ah! ini dia kelas gue" batin Rizki dan langsung masuk ke ruang kelas tersebut. Ketika Rizki masuk, suasana kelas sudah cukup ramai.

"Rizki! Masuk kelas sini juga lu?" Seseorang menepuk pundak Rizki dari belakang.

Ketika menoleh, Rizki mendapatkan Daffa -teman sekelas nya dulu- tersenyum kearahnya.

"Woe iya! Lu duduk dimana? Join dong gue."

"Yah, Ki, gue udah duduk sama Kocay tuh." Daffa menunjuk tempat duduk di pojok belakang.

"Waduh, okedeh, Bro. Gue cari tempat duduk lain."

Setelah Daffa pergi meninggalkannya, Rizki mengedarkan pandangannya untuk mencari tempat duduk. Matanya pun bertemu pandang dengan Dimas, teman satu angkatan yang sebenarnya belum dia kenal secara formal.

Rizki berjalan kearah Dimas karena bangku disebelah Dimas masih kosong sedangkan bangku lain sudah mulai terisi. Ya, sebenarnya juga karena muka Dimas doang, sih yang familiar.

"Eh, boleh duduk bareng ga?"

Dimas yang tadinya duduk, mendongak menghadap Rizki. Dia sekilas menatap Rizki sebelum akhirnya membiarkan Rizki duduk disebelahnya.

"Makasih. Btw, nama gue Rizki. Lu... Dimas kan?" Rizki menyodorkan tangannya.

Dimas menyambut tangan Rizki, "Iya, Dimas. Kitakan udah follow-followan di instagram" Katanya cuek.

Astaga, Rizky rasanya ingin menenggelamkan dirinya di air panas. Dia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya, kehilangan percaya diri.

Tepat setelah tautan tangan mereka terlepas, Wali Kelas baru memasuki kelas dan memulai pembicaraan basi tentang selamat-datang-dikelas-baru atau bagaimana-liburan-kalian dan semacamnya.

-----

*KRIIING KRIIING*

Bel istirahat berbunyi lima menit yang lalu, tetapi Rizki masih belum mengangkat dirinya dari bangku untuk pergi ke kantin atau semacamnya. Yah, sebenarnya dia sedang gak niat sih.

"Gak ke kantin, Dim?" Rizki memecah keheningan antara dirinya dengan Dimas.

"Ngga. Males." jawab Dimas cuek.

"Okedeh. Hehe." Rizki cengengesan, berharap agar suasana cair sedikit.

Rizki memperhatikan Dimas yang sedang memainkan HP sambil sesekali menyantap bekalnya. Ahh, Rizki kangen juga dengan kebiasaan ini, memperhatikan Dimas.

Sebenarnya, dari kelas 10 dulu, Rizki sudah sering memperhatikan Dimas. Bagaimana caranya berjalan, siapa teman-temannya, sifat dia seperti apa, kurang lebih Rizki sudah paham tentang Dimas. Tapi, sepertinya Dimas tidak terlalu peduli dengannya.

UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang