CHAPTER 6

64 3 4
                                    

"astagaaaaaa! senaaaanggg" teriak Dimas dengan wajahnya yang tertutup bantal. Baru kali ini ia merasakan kesenangan yang begitu besar. Tak henti henti ia memikirkan kejadian tadi, sampai akhirnya dia tertidur.

-----

SMA Harapan Nusa, 07.15

Pagi ini, Rizki sampai lebih awal ke sekolah. Entah apa yang membuatnya jadi lebih rajin seperti ini. Namun ia terlihat sangat senang.

"Ki? Dimas mana?" Anya yang baru saja tiba, langsung menghampiri Rizki dan menanyakan Dimas

"Gak tau gue juga, Nya"

"tumben belum dateng.."

Baru saja Anya selesai bicara, Rizki melihat Dimas berjalan masuk ke kelas... Tunggu, dengan wajah yang sangat tidak enak dipandang.

"Dimas?" ucap Rizki dengan ekspresi -ada-apa-dengan-wajah-mu?-

Namun Dimas hanya menatap Rizki dengan tatapan -gue-gamau-ngomong-

Anya yang melihat ini langsung ikut bertanya

"Dim? kenapa sihhh? tumben amat lu telat dateng gini"

Dimas hanya menatap Anya lalu menghela napas panjang

"hhhhhhhhhhhhh" lalu ia duduk kemudian diam, masih dengan raut wajah -bete-

Rizki dan Anya saling bertatapan, kemudian mengangkat bahu masing masing menandakan mereka tak tau harus apa

*KRIIING* *KRIIING*

Bel masuk berbunyi, menandakan jam pelajaran pertama mulai

"ehhh! ada tugas dari Bu Hani, buku paket halaman 24, kerjain di buku tulis ya!" Teriak Vano

Semua siswa langsung mengerjakan tugas. Kecuali Dimas. Ya, kali ini Dimas terlihat sangat malas, tak seperti biasanya.

"Dim? kenapa sihh? kok gak ngerjain? perasaan semalem lu masih ga kenapa kenapa.." Rizki mencoba bertanya kepada Dimas

"diem lu" jawab Dimas ketus

Melihat reaksi Dimas yang begitu, Rizki hanya diam lalu mengerjakan tugas.

-----

Rumah Dimas, 04.45

"Ma? Maaa?" Suara Dimas menggema ke hampir setiap sudut rumahnya.

Entah kenapa, pagi ini sebangunnya Dimas, ia tak merasakan kehadiran siapapun. Lampu rumahnya juga masih menyala semua, padahal biasanya lampu teras sudah dimatikan.

"Paa? pada kemana sihh???" Dimas yang kebingungan mencari kemana perginya orang orang.

Baru saja ia mau membuka pintu depan, Ia melihat secarik kertas di gagang pintu. Ternyata, kertas itu adalah surat yang ditulis orangtua Dimas.

"apaan nih? yaelah gaptek banget pake surat"

Dimas membaca surat itu, tak lama kemudian raut wajahnya berubah kesal.

"AAAAAAAAH! ELAH! KENAPA SIH! ADEEEK MULU YANG DI TURUTIN!"

Dimas berteriak kencang, meremukkan kertasnya, kemudian kembali ke rutinitas paginya. Dengan wajah -bete-

UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang