Part 12

5.2K 346 38
                                    

Makasih buat 46 Reads, 24 votes dan 19 komentar.. jangan bosen-bosen ya...

Sebenernya saya nulis di waktu-waktu yang tidak memungkinkan, godaan menulis lebih besar dibanding belajar:( mungkin ini pendek tapi minggu depan saya janji, Adhela sama Devo datang dengan part yang lebih panjang dari sini....

Enjoy♡♡♡♡

******

Ini serius, Devo tidak bisa tidur dengan tenang bahkan memeluk dan melakukan ritual tidur Adhela sekalipun. Tiap kali memejamkan mata, bayangan Adhela yang mengusap puncak kepalanya lalu memeluknya masih memenuhi ruang kosong di kepala Devo. Cepat atau lambat Adhela pasti bisa memenuhi kekosongan tersebut, atau mungkin bukan hanya ruang kosong di otaknya. Di hatinya juga? Entahlah, itu maaih jadi rahasia takdir. Mungkin hanya Devo dan Tuhan lah yang tau.

Adhela itu benar-benar copyannya Davina ya Nak, dia benar-benar lembut. Dia mungkin terlihat menyebalkan dan kasar, tapi sebenarnya jauh dari itu dia benar-benar penuh dengan kasih sayang disetiap sentuhan,senyuman bahkan tatapan. Mama yakin cepat atau lambat kamu bakal nerima dia, dia cocok buat kamu Dev. Mama nggak nyangka kamu bisa milih istri yang tepat, apapun kondisinya jangan pernah lepaskan dia Dev.

Devo tidak akan pernah lupa dengan ucapan Anggita, sebagian dari yang Anggita katakan terbukti. Dari cara Adhela menangani Arthur, caranya menengkan Arthur. Devo tersenyum menatap lekat-lekat Adhela, rupanya gadis ketus yang dia temui dimasa MPLS kemarin tidak seburuk itu.

Devo jadi teringat kenapa dia bisa memilih Adhela untuk dinikahinya, mungkin jika ditanya alasannya Devo akan gelagapan bingung. Karena Devo memilih Adhela tanpa menimbang-nimbang bisa dibilang dia asal pilih, karena Adhela lah yang Devo dekati saat itu.

Devo hanya tertarik dengan sikap cueknya Adhela terhadap dirinya. Disaat yang lain memujanya, Adhela malah seperti membencinya dan risih dengan apa yang Devo lakukan kepadanya. Devo bukan tipikal cowok yang gampang bergaul dia hanya cowok yang terlalu cuek terhadap sekitar, hanya orang-orang tertentu yang bisa merasakan hangatnya Devo.

Termasuk perilaku Devo yang dingin terhadap Adhela, karena dia hanya penasaran dengan Adhela. Tidak ada sedikitpun rasa tertarik, begitu pula ketika ia lebih memilih Adhela untuk dinikahi alasannya hanya karena sikap cuek gadis itu.

Besok pagi adalah hari pertama mereka sekolah setelah beberapa hari mereka izin, pasti banyak yang bertanya-tanya soal Adhela yang tidak masuk sama seperti Devo yang tidak masuk juga. Setelah berpikir cukup lama akhirnya Devo lebih memilih izin kembali dan membiarkan Adhela sekolah terlebih dahulu.

"Kak Dev?" Devo tersentak kaget lamunannya buyar seketika mendapati Adhela menatapnya lekat-lekat, Devo hanya tersenyum konyol menatap Adhela.

"Udah malem Kak, tidur ya nggak baik bergadang buat kesehatan," kata Adhela, Devo mengangguk kemudian membenarkan posisinya, hingga kepalanya sejajar dengan Adhela.

Adhela dan Devo saat ini berada diposisi yang berhadapan, keduanya tersenyum kikuk. Masih ada rasa canggung, mungkin karena belum terlalu terbiasa.

Devo mengusap jidat Adhela yang penuh dengan keringat, mereka itu memiliki kebiasaan yang berbeda. Devo yang tidak suka tidur dengan AC dan Adhela yang tidak suka tidur tanpa AC. Tapi, Adhela mengalah untuk Devo. Dia merelakan setiap tidur dahi dan lehernya penuh dengan keringat karena kegerahan, menurutnya alergi Devo lebih bahaya dibanding ketidak nyamanan Adhela.

"Tiap malem gini terus ya Dhel? Tidur sama keringat?" tanya Devo, tangannya saat ini berpindah kepuncak kepala Adhela. Mengusapnya dengan lembut hingga Adhela merasakan kenyamanan.

ForelsketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang