Part 22

4.3K 287 31
                                    

Makasih buat  110 Reads, 40 votes juga 14 komentar...

Nih, aku post khusus intanhaykal, maaf buat updatenya yang lama :D. Aku baru beres ujian, dan kuotaku baru ada:D. Makasih buat kalian yang masih nunggu cerita Adhela ini :D

Enjoy♡♡♡
*****

Langit sore sangat cerah cocok untuk  dinikmati di taman komplek bersama orang terkasih, Adhela hanya bisa tersenyum miris. Dia tidak bisa pergi ke taman dengan orang tersayang, dua hari ini Devo jarang sekali pulang jika tidak untuk berganti baju atau mengganti jadwal sekolahnya lagi.

Adhela pun tidak tahu apa sebab semuanya, dia benar-benar merasa tersiksa. Terutama ketika Adhela tertidur tidak ada lagi yang yang mengusap punggungnya hingga ia harus bergadang menahan tidur, lingkaran hitam dan kantung mata tercetak jelas di matanya.

Semenjak kejadian Devo dan Syafira memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka, Devo berubah. Benar-benar berubah, tidak ada lagi sapaan ramah atau senyum tulus untuk Adhela. Bahkan Devo seperti tidak perduli dengan istrinya itu, miris.

BilBil Nabil: Lo kemana Dhel? 3 hari nggak sekolah?

Adhela hanya tersenyum, tidak mungkin jika Adhela harus sekolah dalam keadaan lesu dan berantakan seperti itu. Suhu tubuhnya tidak stabil tiap malam selalu meninggi, untung Adhela selalu menyimpan paracetamol untuk berjaga-jaga jika dia sakit seperti sekarang.

Adhela menghembuskan napasnya kasar, benar-benar merasa hidup sebatang kara. Tanpa kedua orang tua dan keluarga, Adhela benar-benar tinggal sendiri. Dia kesepian, benar-benar merasa kesepian.

Inas: Dhel, lo nggap apa-apa kan?

Adhela tersenyum, setidaknya masih ada Nabila dan Inas yang masih memikirkan dirinya. Adhela membalas pesan dari sahabatnya itu, berkata bahwa dirinya baik-baik saja. Hanya perlu istirahat beberapa hari, mungkin memang Devo tidak pernah perduli dengan keadaanya tapi tidak dengan Andrian yang selalu menannyakan kabar Adhela. Walaupun hanya dari sebuah pesan.

Adhela masuk ke dalam, angin sore mulai terasa semakin menusuk. Tidak baik untuk kesehatannya, tidak lucu jika Adhela harus sakit parah dalam keadaan sendiri, dia harus selalu sehat.

Adhela merindukan keluarganya, dia merindukn Davina, Fahbian dan kakak-kakaknya. Tapi, dia tidak bisa seenaknya mengunjungi rumahnya, apalagi tanpa Devo. Apa kata orang tuanya nanti, Adhela tidak akan membuat masalahnya semakin rumit. Dia harus bisa bertahan beberapa saat lagi.

Soal orang yang ia temui di sekolah saat itu, hingga sekarang dia belum kembali menampakan diri di depan Adhela. Entahlah, semuanya seperti berencana untuk menjauhi Adhela dan membuat gadis itu menderita dalam kesepiam dan kesendirian.

Adhela benar-benar berada dalam fase yang sangat lelah, dia butuh tidur. Tapi, dia tidak bisa tidur semudah itu. Otaknya memerintahkan untuk menutup mata, tapi saraf matanya masih enggan untuk menutupkan kedua matanya. Karena belum ada sentuhan yang biasanya dia lakukan sebagai penyembuh, rasanya Adhela ingin menangis tersedu-sedu.

Adhela A.P: gue bener-bener butuh kalian:(

Adhela menyerah, dia benar-benar menyerah. Otak dan matanya lelah dia butuh istirahat.

Bilbil Nabil: lo butuh apa Dhel? Gue bantu kok.

Adhela A.P: Suntuk gue di rumah, gue ke rumah lo ya Bil? Gue nginep sehari ini aja.

Inas: Ke rumah gue aja Dhel, di sini sepi. Ada si Tri doang.

Adhela A.P: Terserah deh, asal gue bisa keluar dari rumah.

ForelsketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang