Ekstra Part

2.5K 99 9
                                    

Berhubunga aku kangen sama kisah mereka, jadi aku nulis lagi tentang mereka ini. Semoga kalian suka ya :D khususnya huat deyanayy.. semoga suka ^^

           Enjoy♡♡♡♡

Mungkin Adhela bisa menyebutnya bahwa ini adalah buah dari kesabarannya dulu, buktinya. Kali ini Devo benar-benar tidak bisa lepas dari Adhela, segalanya harus dilakukan oleh Adhela. Devo tidak bisa jauh-jauh dari Adhela, Devo menemukan pengganti Anggita. Yaitu Adhela istrinya sendiri, Devo bersyukur Tuhan masih memberikan kesadaran padanya.

Untungnya Adhela sabar dan setia, jika tidak mungkin Devo hanya bisa gigit jari karena menyesal. Rumah berukuran minimalis ini selalu ramai meskipun hanya dihuni oleh sepasang sejoli, setiap harinya selalu heboh dengan pertengkaran atau ledekan-ledekan kecil yang saling mereka lontarkan.

"Kak, ini kok malah diberantakin sih. Yang beresinnya nanti siapa? Aku lagi kan," teriak Adhela kesal, Devo hanya terkekeh gemas melihat tingkah istrinya. 3 tahun tinggal bersama membuat mereka tidak bisa dipisahkan jauh, Devo yang bahkan memiliki kesempatan untuk kuliah di luar negri menyia-nyiakannya hanya karena dia tidak bisa jauh dari Adhela. Devo rutin antar jemput Adhela ketika Adhela masih sekolah, jika dulu Devo adalah cowok cuek maka sekarang Devo adalah cowok yang paling cemburuan yang Adhela  kenal.

Tidak jarang Devo cemburu tehadap Arthur keponakannya sendiri, bocah kecil itu kini beranjak dewasa dan semakin tampan. Dia benar-benar tidak bisa jauh dari tante kesayangannya itu, bahkan Arthur memiliki rencana untuk merebut Adhela dari Devo. Dan itu membuat Devo semakin kesal dengan bocah kecilnya itu, Devo semakin gencar menjauhi Adhela dari Arthur. Devo takut Arthur benar-benar mewujudkan mimpinya, entah Devo yang takut kehilangan hingga tidak bisa berfikir jauh atau memang Devo melihat kesungguhan seorang Arthur.

"Adhel, ayo dong. Jangan terus beres-beres, kamu ini nanti kamu kelelahan," kata Devo terlihat kesal, Adhela menggeleng gemas melihat tingkah suaminya itu. Padahal Adhela beres-beres karena ulah Devo yang selalu saja membuat daput mereka berantakan, Devo dalam proses belajar memasak. Persiapan kalo Adhela hamil nanti katanya, padahal Adhela belum punya rencana untuk memiliki anak dalam waktu dekat ini.

"Ini yang bikin aku beres-beres terus Kakak loh," kata Adhela menatap kesal suaminya, Devo mengahmpiri Adhela memeluknya dengan erat.

"Biar aku yang beresin, kamu duduk manis aja di sana." Devo meraih lap yang Adhela pegang, lama-lama kesal juga liat Adhela yang tidak bisa diam. Selalu saja merapikan apapun yang menurutnya berantakan, dengan wajah cemberut Devo membersihkan semuanya. Adhela hanya menggelengkan kepalanya gemas, fokusnya teralihkan pada Arthur yang sibuk dengan prnya.

"Om ... tadikan Om janji mau bantu kerjain pr Arthur!" teriak Arthur kesal, pasalnya Devo berjanji untuk membantu Arthur mengerjakan prnya yang menurut bocah berusia enam tahun itu cukup sulit. Adhela bangkit menghampiri Arthur yang terlihat mulai kesal dengan prnya itu.

"Om!!!" teriak Arthur mulai kesal.

"Eh ... kok teriak?" Adhela sedikit menegur Arthur dengan, Arthur yang kesal hanya mencabikan bibirnya.

"Om yang udah janji buat bantu kerjain pr bukan Tante, Arthur gamau kerjain prnya sama Tanta!" rengek Arthur kesal.

"Kan sama aja, mau sama Om atau Tante. Yang penting prnya beres kan?" Adhela berusaha memberikan pemahan kepada keponakannya itu, Arthur yang terlihat semakin kesal melempar alat tulisnya kesembarang tempat.

"GAMAU! OM...," rengek Arthur lagi, Adhela hanya bisa menggelengkan kepalanya. Arthur ini benar-benar keras kepala, tidak bisa dibujuk sama sekali.

Devo yang mulai risih dengan teriakan Arthur akhirnya memilih menghampiri Arthur, matanya menatao tajam keponakannya itu. Tanpa banyak bicara Devo mengambil alat tulis yang sempat Arthur lempar ke sembarang tempat, terpaksa Devo harus meminta tolong Adhela lagi untuk menyelesaikan pekerjaanya tadi.

Arthur yang sedikit takut hanya bisa menunduk, dia takut Devo marah.

"Om nggak pernah ngajarin kamu buat teriak ke orang tua ya," kata Devo mulai tegas, Arthur yang merasa bersalah hanya menunduk takut. Wajahnya mulai memanas ingin menangis hanya saja ia tahan karena Devo paling tidak suka melihat Arthur menangis.

"Maaf...," ucap Arthur lirih.

"Mana yang sulit?" Devo mengalihkan perhatiannya ke soal-soal yang akan Arthur kerjakan, Arthur menunjuk soal matematika yang cukup sulit baginya.

Devo hanya berdecak kesal melihat soal yang menurutnya amat mudah tapi Arthur harus teriak-teriak minta bantuan mengerjakan pr, Adhela yang selesai dengan pekerjaannya memilih bergabung bersama Devo dan Arthur.

"Ini aja nggak bisa? Kamu di sekolah ngapain aja Arthur?" tanya Devo kesal, Arthur yang masih ketakutan semakin menunduk takut.

Mungkin bagi Devo itu mudah tapi bagi Arthur itu sulit, Arthur lebih suka soal cerita daripada diberikan soal berupa hitungan. Arthur mulai membenci mata pelajaran yang menurutnya itu tidak pernah lepas dari angka, Adhela mulai penasaran diraihnya buku tersebut.

"Ya ini sulit buat Arthur Kak, Arthur kan belum diajarin yang kayak gini di sekolahnya," kata Adhela berusaha meredakan Devo, Arthur yang merasa dirinya dibela mengangguk.

"Iya Om, Arthur gangerti," kata Arthur ikut angkat bicara, Devo hanya mencabikan bibirnya.

"Harus dibela Tante dulu baru mau ngomong? Terus tadi kenapa teriak nggak mau dibantu sama Tentenya?" Arthur menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sebenarnya Arthur tidak mau merepotkan Tante kesayangannya itu.

"Bukan Om, Arthur nggak mau buat Tante repot. Dari pagi kan Tante udah beres-beres, nyapu, jemput Arthur. Jadi sekrang Om yang Arthur repotkan." Adhela terkekeh gemas, dipeluknya keponakan kesayangannya itu dengan erat.

Adhela tidak akan pernah menyangka bahwa dia akan mendapatkan keluarga yang benar-benar menyayanginya, Arthur yang benar-benar perduli dengannya juga Devo yang semakin protektif terhadapnya.

*****

Tolong kasih tau aku kalo ada yg janggal di ceritanya ya :(

ForelsketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang