Tidak!!!

23 0 0
                                    

   Malam itu ketika aku dan Witi hendak pergi mencari makanan. Kami lewat di depan rumah lelaki itu. Entah kenapa selalu terbayang dalam benakku. Sebelum kami pergi, aku termenung memikirkan hal apa yang sebenarnya terjadi padaku. Hidupku seolah dipenuhi lelaki itu.
"Kak, kenal yang punya bengkel desa kampung sebelah gak?", tanyaku tanpa dosa pada kakakku.
"Itu mah punya sodara kita dik, kamu ini bagaimana sih." jawab kak Risma memojokkan.
  Mendengar jawaban kakakku rasanya pupus sudah harapan ini. Ahh Tidak!!! Aku terlalu berharap. Berharap apa sih? Sudahlah itu perasaanku.
  Ketika sampai di depan rumah lelaki itu kukendarai sepeda motor amat pelan. Aku menatap tepat di matanya. Dengan jantung deg-degan aku tetap menatapnya hingga kejauhan berlalu. Di sepanjang perjalanan aku pun terus memikirkannya.
   "Ini mbak basonya..."
  "Iya mas, terimakasih.", sahut Witi cepat. "Hey Frin jangan melamun. Bagaimana besok jadi kan latihan dramanya?"
  "Eh-Eh iya ja-di." jawabku gugup karena tersentak.

Ya ampun aku melupakan drama itu. Drama yang diadakan remaja masjid di kampungku. Hilang semua ingatanku tentang drama itu. Besok aku harus latihan, aku tidak boleh mengecewakan seluruh warga kampung. Ini acara perpisahan KKN, aku harus tampil memuaskan.
   Bagaimana ini? Aku ingin segera pulang. Tapi aku dan Witi harus membagikan undangan untuk acara itu.
   Brmmmmm.....
   "Frina, jgn ngebut pelan aja dong, dingin nih!!!" bentak Witi. Rupanya dia kesal denganku malam itu.
Saat itu juga aku langsung mengendarai sepeda motorku dengan pelan. Menyusuri jalanan kampung nan sunyi. Namun kesunyian itu telah usai, ketika aku melihat dua lelaki yang mengendarai sepeda motor berlawan arah denganku. Lelaki itu, dia yang membuatku seperti ini. Senang sekali rasanya. Lambat-lambat kuperhatikannya, ternyata dia meresponku dengan membunyikan klakson motornya. Tanpa menunggu lama aku pun membalasnya.
   "Witi lihat dia." ucapku pada Witi dengan gembira.
  "Heuu, biasa aja kali Frin."
  "Itu dia siapa ya, ehh coba deh kamu lihat ke belakang. Kayaknya dia putar balik."
   "Wakss benar Frin dia ngikutin kita." jawab Witi kacau.
Memang benar. Mereka mengikuti kami. Aku sengaja melambankan kendaraku, berharap dia mencapaiku dan Witi. Tak lama kemudian dia sampai di sampingku.

   "Dari mana kamu malam-malam seperti ini kluyuran." tanya salah satu lelaki yang selama ini membuat jantungku tak karuan.
   "Emmm, itu aku dari emm foto copy, memangnya kamu mau kemana?" jawabku gugup.
   "Aku mau nganterin undangan sama temenku. Kamu mau langung pulang atau main dulu?"
   "Sebenarnya sih kami mau mengantarkan undangan juga."

   Tak terasa kami pun sampai di kampungku. Lalu aku memutuskan untuk berhenti di sebuah tempat. Di sana kami sekedar mengobrol dan bertukar pin BBM.

   "Kamu Bayu anak mbak Atik kan, kita saudara loh." ucapku nyeplos.
   "Iya kok kamu tau?" jawab Bayu bingung.
   "Ya tau lah, apa sih yang aku gak tau. Boleh minta pinnya?"
   "Pin kamu aja deh, nanti biar aku invite."
   "Yasudah ini, di batang aja."
   "Aku gak bawa hp." dia sambil garuk kepala karena bingung.
   "Tulis aja di kertas, nih!!!"
   "Gak ada bolpoin mbaknya"
Seketika itu aku sebel sama dia. Benar-benar tidak ada usahanya. Aku menyuruhnya untuk menghapal pinku. Untung saja temannya mau membantu menghapal jadinya dia bisa. Setelah kami bertukar pin. Selang beberapa menit ada yang meng-invite pinku. Ahmad. Itu namanya. Hemmm, asing.

Aku dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang