Part Three [END]

37 8 2
                                    

Setelah mengobrol ngobrol panjang di kursi taman yang dulu adalah tempat kesukaanku, Jojo pun mengajakku makan siang bersama ayah ibunya yang secara tidak langsung juga ayah ibuku. Aku sudah lama tidak makan bersama seperti ini. Kalau di masa depan, siang siang seperti ini ayah pasti sedang sibuk sekali diladang, karena ladang ayah di masa depan sudah 3 kali lebih luas dari ladangnya sekarang. Sedangkan ibu biasanya kalau di masa depan pasti sedang sibuk bertugas di pabrik minyak kelapa milik keluarga, memang pabrik itu baru beroprasi selama 3 tahun, maka dari itu di masa tempatku berada sekarang ibu masih menganggur.

"Ayo, diambil lagi satai ayamnya." Tawar ibu kepadaku yang membuat aku tidak sanggup menolaknya karena sudah teramat rindu dengan satai ayam spesial racikan ibuku

"Iya tante, terima kasih." Jawabku sambil terus mengambil tusuk demi tusuk satai

"Kamu teman sekolahnya Jojo ?" Tanya ayah kepadaku yang tengah sibuk melahap makanan

"Oh, enggak om. Saya teman lamanya Jojo yang... baru pulang dari luar negeri." Kataku lalu tersenyum lebar

"Kalian mirip juga ya. Kayak kembar" Kata ayah lalu tersenyum menatap kami berdua yang duduk bersebelahan

Setelah selesai makan siang bersama, aku pun diajak oleh Jojo ke kamarnya. Aneh rasanya masuk ke dalam kamar sendiri tapi harus bersikap seperti orang asing. Dan juga, ruangan yang masih ditempati Jojo sekarang tampak sangat kotor dan jelek, berbeda dengan kamarku sekarang yang sudah direnovasi dan dilengkapi dengan tempelan poster poster film box office Hollywood yang aku gemari. Dijaman yang menurutku kuno ini, pada umumnya di kamar kamar anak muda bukan diisi dengan poster poster film populer seperti yang kumiliki, karena jaman seperti ini penjualan film di desaku ini masih sangat jarang ditemui, bahkan bioskop saja baru dibangun saat aku berumur 21 tahun. Tapi anak anak jaman kuno seperti ini pasti juga tidak mau kalah, dijaman seperti ini anak muda biasanya menempel gambar terbaik buatannya sendiri atau bagi yang sudah mendapatkan pacar pasti akan menempel surat cinta yang diterimanya dari sang pacar. Sama seperti yang aku bilang, Jojo pun menempelkan surat yang menurutnya adalah surat cinta, kiriman dari Anne.

"Ini kan bukan surat cinta." Kataku sambil membaca surat warna warni yang tertempel di balik pintu

"Itu memang bukan surat cinta, tapi yang mengirimnya itu adalah cintaku. Cinta kita." Katanya sambil menghampiriku "Kamu sudah menikah sama Anne ?" Tanyanya kepadaku

"Belum." Jawabku singkat

"Kenapa belum ?. Aku gak mau diumurku yang ke 29, aku masih jomblo." Katanya dengan ekspresi yang sedikit membuatku kesal

"Ini semua salahmu. Aku juga gak mau di umurku sekarang masih jomblo." Balasku kesal

"Terus ?. Aku sekarang harusnya ngapain ?. Kok bisa jadi salahku ?" Tanyanya lagi

"Kamu membiarkan Anne pergi begitu aja ke USA, lalu kamu kehilangan kontak, gak bisa move on, dan tetap mengharapkan keajaiban akan membawa Anne kembali kepadamu. Itu yang akan kamu rasakan nanti !" Kataku

"Waduh, serem banget." Jawabnya histeris "Eh, tapi tadi pagi kan kamu udah ngasi nomornya Anne ke aku." Lanjutnya lalu tersenyum lebar

Lalu aku pun teringat sesuatu. "Eh, bukannya kalau Anne tinggal di USA, dia bakal ganti nomor sesuai dengan nomor telpon di USA, ya ?"

"Oiya, kok kamu gak bilang dari tadi ?" Tanyanya lebih histeris "Kalau gitu sekarang aku ke bandara dulu ya. Ini baru jam setengah 2 kan ?. Untunglah, pesawatnya Anne baru berangkat jam 2." Lanjutnya lalu mengelap sedikit keringat

"Jojo, ini udah jam 2 kurang 10 menit." Kataku datar

Lalu dia pun melesat dengan cepat membawa motor model lama yang sangat berisik menuju kearah bandara. Entah disana dia akan bertemu Anne dan berpisah dengan sangat romantis seperti di Ada Apa Dengan Cinta atau akan berakhir dengan sangat mengaharukan karena Anne sudah berangkat ke USA. Tapi ya sudahlah, yang penting aku sudah mencoba, lagian ini juga cuma kebetulan aku bisa disini.

Setelah beberapa menit berdiam diri di dalam kamar, aku lalu keluar menuju lemari ajaib yang membawaku kemari. Saat aku masuk, aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku lalu hanya duduk dengan kaki yang ditekuk dan berharap sesuatu terjadi. Dan benar saja, lemari ini pun berguncang kembali lalu menabrak batu keras yang akhirnya aku ketahui kalau itu adalah tembok. Saat aku keluar, aku pun merasa tidak ada yang berubah. Sampai saat aku keluar dari dalam gudang itu, seorang perempuan cantik dengan rambut yang dijalin miring pun menghampiriku dari belakang. "Sayang, kita makan siang dulu yuk !"

***

It is the end of the story. Keep voting and leave your comment in this story. Thanks !

12 Tahun Yang LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang