Bagian 3

8.6K 758 55
                                    

"Miss Chaster?"

Kembali terdengar ketukan dari pintu kamarnya. Loretta mengangkat wajahnya dan memandang ke sekeliling kamarnya yang gelap. Korden tertutup, lilin dimatikan, dan entah sudah berapa lama ia menghabiskan waktu untuk bergelung menyembunyikan diri di balik selimut.

Axel menolaknya. Axel... mengatakan Loretta hanyalah cinta masa kecilnya, cinta monyetnya... Axel tidak menginginkan masa depan bersama seorang Loretta.

Loretta menghela nafas dan menutup mata, merasakan matanya terasa panas dan perih. Mungkin ia terlalu lama menangis dan menyembunyikan diri di kamar. Panggilan atas namanya kembali terdengar, disusul sebuah ketukan.

"Miss Chaster? Ada tamu untuk Anda..."

Well, itu adalah... sebuah hal yang mustahil. Loretta menyembunyikan identitasnya di sini, dan nyaris tidak ada yan dikenalnya selain semua petugas rumah kediaman Marquis de Lister. Loretta melirik pintu dan cepat-cepat melontarkan jawaban. "Terimakasih Jefferson, saya akan turun sebentar lagi."

"Baik, Miss."

Loretta bisa mendengar Jefferson yang berlalu pergi dengan langkahnya yang panjang dan teratur. Loretta menyibak jendela dan menatap keluar. Ia terkejut menyadari langit sepenuhnya berubah gelap, tidak ada jejak senja, nyaris seolah apa yang terjadi dengan Axel bagaikan mimpi buruk yang telah berlalu. Tidak nyata, hanya sebatas ilusi, dan betapa senangnya Loretta kalau memang ini semua bukanlah kenyataan.

-0000-

"Loretta," sapa suara itu dengan nada serak dan geram.

Loretta kaget, sadar dengan sepenuhnya bahwa ini kedua kalinya lututnya goyah hari ini. Ayahnya, Earl of Cotswolds tampak marah. Berdiri dengan penuh wibawa, tongkat safir di pegangan tangannya seolah menguatkan statusnya sebagai bangsawan terhormat.

"Ayah..."

Loretta ketakutan. Setahunya, tidak ada seorangpun yang bisa menebak kemana ia pergi melarikan diri.

"Axel datang dan menjemputku."

Ya, pikir Loretta sedih. Kecuali Axel. Dia tahu. Dia selalu tahu. Dan dia selalu membuat Loretta pulang ke rumah. Bukan bersamanya, bukan berada dalam pelukannya.

"Sekarang juga, ikut denganku, dan selesaikan urusan pernikahanmu. Kau sudah dewasa, astaga, ya Tuhan..." pria itu menghela nafas. "Kau sudah cukup umur. Kenapa tidak memenuhi permintaanku dan kemudian membiarkanku hidup tenang?"

"Ayah..."

"Skinner! Segera persiapkan barang Lady Loretta dan angkut ke kereta!" Earl of Cotswold memerintahkan dengan galak. "Loretta! Naik ke kereta sekarang juga! Bukankah kau sudah cukup membuat lelucon? Apa-apaan ini... seorang lady bekerja sebagai sekretaris..."

"Selamat malam, Lord Cotswold..." sapa sebuah suara dari ujung tangga. Leopold bergerak menuruni undakan tangga. Langkah kakinya tegas dan percaya diri. Loretta nyaris menangis berterimakasih karena Tuannya terlihat sangat terhormat, membuat Ayahnya mendadak bisu. "Saya percaya, kita bisa mempersilahkan Lady Loretta mengemasi barangnya sendiri?"

"Marquis de Lister..." sapa Ayah Loretta kaku. Ia tidak menyangka si pemilik rumah masih sangat muda, namun karisma yang ditunjukkannya tidak main-main.

"Boleh saya meminta kesempatan untuk menjamu Anda dengan wine terbaik kami?" tawar Leopold ramah. "Dan Leopold saja, tidak perlu terlalu sungkan. Lady Loretta bagaikan bagian dari keluarga besar kami di sini, ayahnya tentu saja akan disambut dengan tangan terbuka."

"Jefferson?" Leo menoleh ke arah kepala pelayannya. Jefferson dengan sigap menyanggupi, sementara Leo menuntun Earl of Cotswold yang salah tingkah ke ruang tamunya yang mewah.

Chasing the Daydream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang