Epilog

11.4K 784 42
                                    

"Seorang putri, Sir Axel!"

Axel akhirnya mengangkat wajahnya. Ia baru menyadari bahwa sedari tadi sementara menunggu kelahiran anak pertamanya, ia bergelung, menyembunyikan wajahnya di antara kedua tangannya, dan menyurukkan diri di sudut ruangan.

"Oh, Axel, selamat!"

Lucy tersenyum, setulus hati ikut bahagia atas kelahiran pertama keponakan tirinya. Melihat Axel ragu-ragu, ia tertawa dan menyodorkan bayi dalam gendongannya ke tangan Axel. "Bangunlah dan lihat putrimu, astaga dia secantik Ibunya."

Anthony menyodorkan tangannya, membantu Axel bangkit berdiri dari tempatnya di pojok ruangan. Sebelumnya ia hampir gila dan menghabiskan waktu berjam-jam mondar-mandir di sepanjang koridor, membuat Anthony mendesah kesal.

"Kau membuatku ikut gila," protes Anthony.

"Baiklah, aku akan mencoba tenang..." sahut Axel. Ia duduk di sebelah Lucy, tetapi kakinya tetap bergerak-gerak gelisah.

"Aku akan ke dalam dan melihat kondisi istrimu, apakah kau mau aku meminta pelayan mengambilkan minum untukmu? Wajahmu kacau, Axel..."

"Benarkah?" Axel menggosok wajahnya, terasa agak kasar, mungkin ia lupa bercukur. "Anthony kelihatannya lebih parah daripada ini tahun lalu."

Yang dijawab dengan dengusan oleh Anthony. "Dan sekarang kau tahu persis bagaimana rasanya, jadi berhenti menggerakkan kakimu dan mencemoohku. Akan lebih berguna kalau kau mendoakan keselamatan istrimu, kau tahu..."

Lucy memutar bola matanya. "Kau tidak lebih baik, jadi jangan memojokkannya, Tony..."

Tony tersenyum pada Lucy tetapi mendelik pada Axel.

"Apa kau tidak bisa tenang sedikit, Axel?"

Lucy tertawa. "Oh, hentikan, Tony... kau juga seperti itu dulu... Reaksimu membuat Higgins semakin pucat dari waktu ke waktu..."

Terdengar jeritan Loretta dari dalam, membuat Lucy bangkit dari duduknya dan berlari masuk. Axel memasang wajah seperti mau mati sebelum akhirnya berjalan ke sudut dan menjatuhkan diri di sana. "Apakah memang semengerikan ini? Aku tidak tahan mendengarnya."

"Well, Lucy tidak menjerit," jawab Anthony tenang. "Tetapi itu malah membuatku lebih takut lagi. Paling tidak ketika mendengar suaranya, kau bisa memastikan Retta masih berjuang dengan teguh di dalam."

"Sial, ini sungguh siksaan..." keluh Axel. Ia meringkuk dan bergelung, mencoba menutup telinga dan berhenti membayangkan semua kemungkinan terburuk yang sedari tadi melintas silih berganti di kepalanya.

"Tepat seperti itulah yang kurasakan dulu..." senyum Anthony sambil kembali duduk dan melipat kedua tangannya di depan dada.


-0000-


Arletta Moreau memandang kertas di tangan Leonard Westfield, putra dari Lucille dan Anthony Westfield. Sementara wajah Leonard terlihat yakin, wajah Arletta justru menampakkan ekspresi sebaliknya.

"Nah, seharusnya, di sini letak harta karun itu!"

"Salah, salah! Seharusnya di ruang baca kakek! Kau salah, Lion"

"Leon. Kenapa kau selalu salah memanggilku!" gerutu Leonard sambil menarik hidung mungil Arletta gemas. "Dan kau yang salah karena ucapanmu tidak berdasar."

"Aku yakin! Karena kakek selalu bilang ini adalah peta ruang duduknya. Kau yang tidak punya dasar..."

"Aku punya dasar yang kuat, dasar bocah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chasing the Daydream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang