DILARANG KERAS MENJIPLAK KARYA TILLY D; MENGUTIP SEBAGIAN, MENYALIN, MENGAMBIL INSPIRASI PENUH, MENGGANTI JUDUL; NAMA TOKOH, ALUR. BAIK DISENGAJA MAUPUN TIDAK DISENGAJA. CERITA INI MEMILIKI HAK CIPTA.
***
Aku tak peduli lagi jika mobilku terlihat mengerikan saat ini. Yang kuinginkan adalah segera masuk ke sana. Melaju sejauh mungkin menghindari si berengsek Alarico Bianchi.
Ini bukan saatnya yang tepat untuk bertengkar. Apa lagi membahas masa lalu, yang jelas-jelas menjadi momok mengerikan bagiku.
Tapi, ketika aku bergerak untuk mengabaikan godaannya; yang sialan lebih panas dari sebelumnya; Alarico mencekal pergelangan tanganku. Menahanku tetap di tempat dan menatapku dengan pandangan yang sama. Sensual dan menggoda.
Sentuhannya masih terasa sama. Jemari-jemari panjangnya melingkari lenganku yang ramping. Membuatku hanyut dalam kilasan tujuh tahun lalu. Di mana ketika bibir itu terlepas dari bibirku, dia mencekal pergelangan tanganku dan menamparnya.
"Hei, mobilmu rusak," tunjuknya pada bagian depan mobilku yang lecet. Suaranya serak. Lebih berat dibandingkan dulu.
"Aku akan memperbaikinya sendiri." Aku berusaha menjaga nada suaraku agar tetap dingin. Sayang sekali, suaraku terdengar bergetar ketakutan dibandingkan menusuk.
Sialan kau Florentina. Batinku menjerit keras dalam hati.
Aku tak bisa menghilangkan hidung mancungnya yang mengendus pelipisku. Jemari panjangnya yang menekan tengkukku ... dan lidahnya yang memainkan lidahku. Kepalaku merekamnya dengan jelas. Dan terus terngiang-ngiang sampai saat ini.
Tujuh tahun yang lalu, aku masih terlalu muda. Remaja. Aku selalu menekannya pada diriku sendiri. Aku mungkin terlalu pening karena sampanye yang diberikan Edgard. Bukan karena aku menikmati ciuman itu, lantas melakukan hal memalukan; terdiam menikmati, hingga tersadar dan menamparnya.
Walau begitu, benakku sulit menampik kenyataan yang sebenarnya. Aku tak bisa melupakan tekstur bibir Alarico di atas bibirku. Ciumannya terasa dingin diiringi dengan hembusan napasnya yang panas.
"Lalu bagaimana dengan mobilku?" Alarico menunjuk bagian mobilnya yang lecet.
Aku menghela napas gusar. Menahan diri untuk tak berkata lagi dan membuat Alarico merasa menang. Aku merasa dipermalukan ketika aku mengadu pada Ayahku; bahwa Alarico menciumku dengan paksa. Laporanku untuk membawanya ke ranah hukum ditolak.
Mereka semua mengira aku menikmati ciuman itu. Ah ya, dan memang benar ... Ciuman Alarico adalah pengalaman baru bagiku. Hal yang seharusnya kuberikan pada Edgard bukan dirinya.
"Florentina..."
Aku menoleh. Menatapnya tepat di kedua matanya. Ya Tuhan, tidak ada yang salah ketika mereka menjerit melihat Alarico. Dia tampan bak dewa Yunani. Wajah khas aristokrat campuran Italia dan Spanyol yang kentalnya...
Rahangnya terpahat sempurna. Dihiasi cambang halus yang membuat para wanita tertarik untuk menyentuhnya. Jangan lupakan otot yang tercetak di kemejanya, Alarico seperti khayalan. Siapapun pasti berpikir pria sesempurna itu tidak nyata.
"Kau bisa memperbaiki mobilmu sendiri, bukan?" Aku menyela ucapannya. "Kirimkan tagihannya padaku--"
"Tuan Alarico." Supir bodoh yang mengendarai mobilnya menyela. Alarico mengangguk paham. Supir itu kembali masuk ke dalam mobil.
Tiba-tiba Alarico melangkah mendekat. Membuatku melangkah mundur seperti kelinci kecil yang diincar mangsanya.
"Kau yakin tak membutuhkan bantuanku?" tanyanya yang langsung kujawab dengan tegas;
KAMU SEDANG MEMBACA
Playing Her Heart
RomanceDILARANG KERAS MENJIPLAK KARYA TILLY D; MENGUTIP SEBAGIAN, MENYALIN, MENGAMBIL INSPIRASI PENUH, MENGGANTI JUDUL; NAMA TOKOH, ALUR. BAIK DISENGAJA MAUPUN TIDAK DISENGAJA. CERITA INI MEMILIKI HAK CIPTA. 21+ Roman - Action - dewasa "Kau penggoda yang n...