nam

1.8K 397 246
                                    

"Udah selesai, 'kan?" tanya Calum. Gue hanya mengangguk kemudian menyambar ponsel gue di atas meja.

Gue sempet denger Calum menghela napas entahlah, mungkin karena gue tiba-tiba males bicara.

Saat keluar dari resto, tiba-tiba seorang cewek kelihatan kaget gitu lihat Calum. Gue lihat Calum sama kagetnya kayak cewek di depan kita.

"Eh, Calum?" sapa cewek berambut panjang yang sama kayak gue.

"Hai, Stev?"

Stev?

Calum gak pernah cerita sama gue soal Stev. Bukan Stevan William 'kan? Yakali dia transgender.

Gue lihat Stev senyum-senyum gitu. Gue lihat Calum juga malu-malu kambing. Ah, tai. Jangan-jangan dia cewek yang ditaksir Calum?

"Kamu habis makan?" tanya Stev.

"Eh, iya nih. Oh iya, kamu ngapain disini?"

Kamu.

KAMU!

"Mau makan juga nih," jawab Stev sambil senyum. Jijik gue.

"Sendirian?"

Menurut lo? Apa lo mau nemenin dia, nyet?

Stev cuma mengangguk.

Mereka berdua asik ngobrol tanpa peduli ada gue yang berdiri dikerubungin lalat. Udah kayak bangke aja.

Gue gak terlalu memerhatikan mereka berdua ngobrolin apa yang pasti gue bener-bener pengen pergi dari sini.

"Eh iya, ini Bila, temen gue."

Temen. TEMEN BANGSTA.

Gue senyum kecil ke arah Stev, "Hai."

"Hai, Bila. I'm Stevy, Calum's closest friend."

TERUS GUE APA SU, YANG DARI BROJOL BARENG SAMA DIA?

"Oh, oke. Gue temen Calum, gak lebih kok." Ok, Bil sekarang lo ngaco.

"Yaudah, aku mau makan dulu ya. Have fun you two." Stev memeluk Calum singkat kemudian masuk ke dalam resto.

"Emm, Bil?"

"Hm."

"Dia itu―"

"Fuck."

Gue ninggalin Calum gitu aja. Gue berlari dan terus berlari hingga gak sadar air mata turun. Emosi gue semakin memuncak saat lewat depan kios VCD bajakan yang lagi muter lagu bunda Elvi ft. Bang Haji Rhoma Irama berjudul Mandul.

Gerakan gue seketika slowmotion sambil sesekali mengusap air mata yang mengalir tanpa henti ciptakan banjir.

"Bi! Bila!"

Gue merasakan tangan Calum memegang tangan gue. Gue berbalik dan lihat ekspresi dia yang merasa bersalah.

"Cukup, Cal! Cukup! Gue tuh udah lelah dengan semua ini!"

"Bila! Apa yang lo pikirin tuh gak kayak kenyataan," kata Calum, berusaha membuat gue percaya.

"Cukup! Gue gak mau denger penjelasan lo! Apa yang lo lakuin ke gue itu. JAHAT!"

Berharap gue sama Calum beradegan kayak film Korea seperti tadi? Mending minum Sepirit yang nyatanya nyegerin.

Gak, gue sama Calum gak beradegan kayak tadi. Nyatanya gue cuma jalan secepat mungkin ninggalin Calum di belakang. Bodo amat dia kerepotan bawa motornya, gue mah ayem-ayem aja jalan kali.

Eh, tanpa sadar daku sudah sampai di taman aja. Pegel juga nih kaki. Gue pun istirahat di bangku panjang yang ada di sini.

"Bi! Lo kenapa sih, main ninggal gitu aja!"

Gue diam gak mempedulikan teriakan Calum. Dia keliatan ngos-ngosan kayak habis olahraga malem dan suaranya itu serak-serak becek yang bikin gue panas dingin.

"Bi, lo kenapa sih? Bilang dong," bujuk Calum menarik-narik lengan gue.

"Au ah elap."

"Panas-panas gini, Bi. Lo gak buta 'kan?"

Anjir! Wajah Calum tiba-tiba ada di depan gue dan jaraknya deket banget! Mana beleknya banyak lagi!

Gue mendelik tapi gak merubah posisi sama sekali. Nikmat Tuhan mana yang kau dustakan?

"Bi, are you okay?"

"Oke."

Calum menghela napas. "Plis jangan bikin gue bingung. Lo kenapa sih?"

"Gpp."

"Buset, itu mulut apa keypad singkat bener?"

"Tau."

"Yaelah, Bi."

"Cal, udah ya jangan ganggu gue. Mending lo urusin Stevy aja," mohon gue. Tapi sejujurnya hati udah hancur berkepiting-kepiting!

"Gue gak ngerti," kata Calum mengangkat sebelah alisnya.

"Udah deh, dia itu cewek yang lo suka 'kan?"

Ekspresi Calum berubah jadi datar macem papan triplek. "Apa lo masih bingung sama siapa cewek yang gue suka?"

"Gak. Cewek yang lo suka itu Stevy. Yakin gue."

"Fuck, bego banget ya!!!"

Allahuakbar.

Gue kaget banget.

Baru pertama Calum ngebentak gue dengan serius kayak gini sampe air liurnya nyiprat kemana-mana. Gue udah gak kuat, help.

Gue sakit hati banget dia ngebentak gue. Gue kayak udah gak mengenal siapa cowok di depan gue ini.

Malaikat telah beralih menjadi setan ganteng.

"Bi? Bila, g-gue gak maksud-"

"Bangsat lo karduz!"

Akhirnya tangis gue pun pecah. Gue nangis tersedu-sedu, termehek-mehek, ter ter lah pokoknya.

Calum cuma diem sambil menundukkan kepala. Tai emang ya.

"Andai lo tahu yang sebeneranya, Bi."









Note:
Jalan2 yeyy *tabur bunga*

teka-teki • cth ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang