BAB 5

1.1K 67 1
                                    

Hai readersss 😄 aku kembali bawa Althaf Maira Bab 5 nih..
Happy reading 😄
*
*
*
*
    Tangan Althaf terkepal, sesekali melayang ke udara. Ia membayangkan wajah seseorang di sana, sayangnya hanya ada angin berembus bebas. Menerpa wajahnya yang tampak kaku dengan rahang mengeras.

"Kenapa harus Maira?" teriaknya. Tak peduli ada puluhan pasang mata menatap iba padanya. Sungguh, kejadian tempo hari yang merenggut kegadisan Maira, telak membuat relung hatinya ikut hancur.

Maira bukanlah perempuan yang ia kenal sejak lama, juga bukan perempuan yang merebut tempat di hatinya. Tetapi, gadis itu ... ia berusaha untuk menjaganya walau ia sendiri tak tahu apa alasan yang jelas. Namun, langkahnya yang bisa dikatakan awal ini gagal.

Lantas Althaf berdiri. Dengan bola api meletup-letup di dadanya, ia mencari sosok yang harus bertanggung jawab atas kehancuran Maira.

***

    Sosok itu berada di luar gedung bekas penyimpanan alat-alat kegiatan mahasiswa. Ia terdiam dan tampak memikirkan sesuatu dengan serius. Hingga tak sadar ada seseorang yang tengah mengamatinya. Saat kedua kaki Althaf berada tepat di depannya, ia mendongak, dengan wajah datar.

"Mau apa lo ke sini?" Jihan tak berusaha berdiri. Ia masih duduk seperti semula.

"Berapa kali saya peringatkan kamu? Jangan dekati Maira kalau hanya untuk merusaknya!" Kedua tangannya mengepal. Rahangnya mengeras. Sungguh ia menahan rasa sakit di hatinya itu mati-matian.
Jihan meraih tangan Althaf dan dibawanya menuju pipinya, lalu ia berdiri. "Pukul gue! Habisi gue!" Maranya berkaca-kaca. Hampir saja air mata itu mengalir.

"Aarrghhh!!!"

Althaf menjambak rambutnya sendiri. Air matanya mengalir deras, begitu pun Jihan. Keduanya sama-sama merasakan sakit yang amat dalam.

Jihan terhuyung ke lantai. Kakinya tak sanggup menopang tubuhnya yang melemas. Isakan terus ke luar lewat mulutnya. "Gue khilaf, gue khilaf."

"Khilaf katamu?" Althaf meraih kerah baju Jihan hingga laki-laki itu berdiri kembali.

"Ada banyak yang nggak lo tau dari gue," kata Jihan. Tapi Althaf nggak peduli. Kesalahan tetap lah kesalahan. Dan masalahnya, kesalahan yang telah diperbuat Jihan adalah fatal.

"Kalau saya mau, saya sudah menghabisi kamu dari tadi." Althaf menghela napas berat. "Namun, semua terlanjur terjadi. Saya ingin kamu menebus kesalahanmu di penjara."

***

    Zahira meringkuk di sudut kamarnya. Musibah yang dialami putrinya membuat jiwanya terguncang. Putrinya masih terlalu muda untuk mendapat cobaan ini.

"Umi, sudah jangan menangis lagi." Azzam merengkuh tubuh Zahira yang menggigil. Wanita itu terisak dalam dekapan Azzam. Rasanya tak sanggup menerima cobaan ini.

"Apa ini ... karma untuk kita, Bi?" Zahira menerawang pada kejadian beberapa tahun silam. Saat ia tanpa sengaja merebut Azzam dari sahabatnya.

"Mi, jangan mengungkit masa lalu. Ini hanya cobaan dari Allah, seberapa kuat kita menghadapinya. Allah hanya ingin kita lebih mendekat pada-Nya." Ia mengusap-usap pundak Zahira yang bergetar.

"Bi, Umi mau ketemu Khalela. Umi mau minta maaf."

"Umi, kita sudah pernah melakukannya, dan Khalela sudah memafkan kita, Mi."

"Pokoknya Umi mau ke sana, Bi. Umi bisa datang sendiri kalau Abi nggak mau." Wanita itu menyeka air matanya lalu berdiri. Ia melangkah lebar-lebar ke luar kamar.

"Baik. Abi ikut Umi. Tapi jangan marah dong, Mi."

***

    Zahira memeluk Khalela erat. Ia minta maaf pada sahabat lamanya itu, lalu menceritakan apa yang terjadi pada putrinya. Khalela terkejut mendengarnya, bahkan matanya berkaca-kaca.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Yaa, ZaujatiyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang