"Aku kenal dia jauh sebelum kita ketemu. Jadi aku harap kamu gak usah terlalu berlebihan mencemburuiku. Kamu kan tau aku cuma sayang sama kamu, Dan dia... Dia cuma sahabatku. Sahabatku sejak SMA dulu. Please, tidak usah seperti ini."
Firzan menarik napasnya berat. Dia tidak menyangka, Wizi, tunangannya ini begitu mencemburuinya dengan berlebihan. Pertengkarannya tadi siang membuat mereka harus memberi sedikit jarak. Introspeksi diri. Mungkin itu yang terbaik bagi keduanya untuk saat ini. Jujur saja Firzan tidak menyangka. Wizi yang selama ini dia kenal hampir dua tahun sangatlah berbeda dari yang sebelumnya. Wizi yang selalu sabar dan pengertian. Tapi entah mengapa akhir-akhir ini Wizi menjadi aneh. Entah apa yang dirasakan tunangannya itu, yang membuat Wizi menjadi posesif berlebihan.
*********
Wizi's POV
Kamu pernah merasa kalau kamu punya banyak teman tapi gak ada satupun yang bisa nemenin? Atau kamu pernah gak merasa kalau kamu seperti ditinggalkan begitu saja tanpa alasan? Rasa-rasanya kamu gak punya salah tapi seperti kamu yang bersalah. Itu yang aku rasakan sekarang. Teman-temanku entah dimana. Sahabatku? Sibuk.. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Oke aku maklumi. Karna mereka gak melulu untuk mengurusi setiap masalahku. Seperti Tika, dia sudah punya suami bahkan dua anak. Gak mungkin aku bebani lagi dengan masalahku. Hara? Aku maklum kalau Hara jarang menghubungiku sekarang. Karna kini dia baru diangkat menjadi kepala cabang sebuah bank ternama.
Dan sekarang Firzan. Kemana dia? Bukannya malah mempersiapkan pernikahan kami yang tinggal hitungan minggu, dia malah semakin dekat dengan perempuan itu. Entah siapa namanya, yang pasti aku tidak suka. Firzan bilang mereka hanya sahabat. But, hey dude.. Aku ini perempuan. aku tau mana tatapan sahabat sebagai sahabat atau tatapan sahabat yang mengharapkan sahabatnya menjadi pasangannya.
Aku sudah lama curiga melihat gelagatnya yang tidak ku sukai. Seperti wanita polos yang baik hati, tetapi di belakangnya menusuk dengan perlahan. Salah kalau aku cemburu? Salah kalau aku takut kehilangan firzan? Coba pikir, tunangan mana yang bisa melihat ada orang lain yang menyukai tunangannya dengan sangat, yang berkedok sahabat? Ya, sahabat. Cuih! Sahabat macam apa yang tidak bisa merelakan sahabatnya bahagia dengan pilihannya?
Entahlah, kadang aku merasa ingin menyerah untuk menjaga hatiku. Menyerah untuk menang. Tapi kenyataannya apa? Firzan juga gak sedikitpun membelaku. Bahkan dia lebih percaya sahabatnya dari pada aku. Apa jadinya jika kami menikah nanti? Tidak ada rasa percaya. Tidak ada rasa saling menjaga. Percuma kalau aku menjaga sementara dia tidak. Percuma.
Ya Tuhan... Apa yang harus aku perbuat? Haruskah aku meninggalkannya? Tapi jujur, aku sangat mencintai firzan. Dia satu-satunya di hatiku saat ini. Tidak ada yang lain. Mungkin untuk meninggalkannya saat ini aku gak mampu. Aku gak peduli di cap bodoh atau apapun itu. Tapi memang cinta membuat orang menjadi bodohkan? Rela melakukan apapun asal yang dicintainya bahagia. Bahkan Bandung Bondowoso saja rela membuatkan 1000 candi dalam semalam untuk pujaan hatinya.
Jadi sekarang aku harus gimana? Tinggalkan atau lanjutkan?
************
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend In Comfort Zone
ChickLit"Aku kenal dia jauh sebelum kita ketemu. Jadi aku harap kamu gak usah terlalu berlebihan mencemburuiku."-Firzan "Kadang aku merasa ingin menyerah untuk menjaga hatiku. Menyerah untuk menang."-Wizi "Aku menyukaimu tanpa kamu perlu tahu."-Kira #2 - ch...