Menuju Pantai!!

21 4 7
                                    

"Yu-chan...."

"Ya??"

"Kenapa kita memakai pakaian seperti ini??"

Zaya dengan sedikit risih memegang ujung roknya. "Tentu saja. Kau tidak mau diseret pulang oleh kakakmu kan??" Aku mendengus balik. Aku sendiri memegang kerah jaketku yang kebesaran.

Yap, karena aku sudah mengetahui ini akan terjadi. Maka aku membawa pakaian samaran. Aku menyamar sebagai seorang anak lelaki kurasa... Zaya sendiri menyamar sebagai kakak perempuan yang genit... yah...

"Oyyy!!!" Tiba - tiba terdengar suara dari kejauhan. Kami menoleh.

"Elise???!!" Kami serempak berteriak. Gadis berambut coklat panjang itu tersenyum. "Yu-chan, Zaya, apa yang kalian lakukan dengan pakaian seperti itu??" Elise tertawa pelan.

"Shht!! Diam. Ntar kita ketahuan!!" Zaya langsung kapiran. Aku tertawa. "Yu-chan, crossdressing skillmu lumayan juga." Komentar Elise.

Elise adalah teman sekelas kami yang paling kaya di seluruh angkatan. Elise berkulit putih, rambutnya coklat panjang, matanya berwarna merah cerah. Tak heran, dia jadi idola di sekolah kami.

"Elise, apa yang kamu lakukan di pinggir jalan begini??" Tanyaku. "Aku baru saja mau ke bandara. Aku akan pergi ke pantai untuk liburan!! Tapi aku hanya sendiri saja...." jelasnya. Kuperhatikan pakaiannya dari ujung kepala sampai kaki.

"Nah?? Apa yang kalian lakukan sambil membawa ransel besar itu??" Tanyanya. Kami saling menoleh. "Err.... itu...."

Akhirnya, setelah berdiskusi di balik tukang bengkel, kami akhirnya menceritakan semuanya pada Elise. Mendengar kami, Elise hanya manggut - manggut.

"Pantes, tadi Kakakmu tampak mencarimu kemana - mana. Tak heran..." komentar Elise.

"Aku punya Ide!!" Seru Elise tiba - tiba.

~~~

"Elise...??"

"Ya??"

"Kenapa kita ada disini??"

Sekarang Aku dan Zaya sedang terikat di kursi bagian belakang bus. Masih dengan pakaian samaran tadi.

"Well.. karena kalian sedang kabur, kubawa saja. Bukankah kau bilang ke orangtuamu kau mau liburan?? Nah, kalian akan menemaniku liburan!!" Jelas Elise. Kami tercengang.

Akhirnya setelah berdebat selama 5 jam, Elise bersedia melepas ikatan kami. Senja sudah datang. Zaya yang risih akhirnya mengganti pakaiannya. Aku menatap matahari terbenam lewat jendela bus.

"Elise.." "Ya??" Jawab Elise. "Kemana sebenarnya kita akan pergi??" Aku bertanya.

"Ke Pantai bukan??" Jawabnya. "Ya, aku tau, tapi pantai mana??" Elise tersenyum.

"Oh... Yu-chan... kuharap kau mengerti...."

"Kita ke pulau pribadiku!! Yes!!" Serunya riang.

"BRLF!!" seketika jus yang sedang kuminum membasahi wajah Zaya yang tertidur.

~~~

Keesokan harinya...

"Morning!! My dear friend~~~!!!" Seru Elise dengan toa-nya.

"Unh...." gumam Zaya. "Zaya, kau harus segera bangun!! Kita sudah sampai di bandara!! Oh Yes!!" Seru Elise lagi.

"Elise, bisakah kau pelankan suaramu. Apalagi dengan toa-mu itu. Kuyakin suaramu tanpa toa sudah bisa memenuhi bandara..." komentarku. "Sorry!! Hanya sedikit semangat.." jawabnya.

Kami pun turun dari bus. Elise sudah menjelaskan, bahwa Ia akan bertemu dengan seseorang dulu. Kami memasuki bandara.

"Elise.. bukankah kau bilang, kau sendirian liburan kali ini??" Tanyaku. Keramaian di bandara tak surut sedikit pun. Zaya sedang membeli minuman.

"Aku juga baru mendapat pesannya tadi malam. Kuharap kalian mengerti. Dan bukankah akan lebih menyenangkan jika tambah ramai??" Jelasnya.

Tiba - tiba..

"ELISE!! YOKATTA!!!" seru seseorang sambil berlari. Seluruh mata menatap pada gadis si empunya suara. Gadis itu langsung memeluk Elise sampai mereka terjengkang.

"Elise.. ureshiiku tte..." desahnya sambil mengusap air matanya. Gadis berambut putih dan bermata biru itu memeluk Elise sekali lagi.

Aku yang berdiri di samping mereka tak tahu harus apa. Zaya yang baru saja kembali bahkan menumpahkan minumannya.

"Yu-chan..." tanyanya. "Ya??" "Apa Elise Yur-" PLAK!!

"Nggak kok, dia masih lurus." Jelasku. Zaya memegang pipinya yang baru saja kena darah bekas nyamuk yang tadi kutepok.

"Alisa... akhirnya kita bertemu kembali ya.." jawab Elise. Gadis yang dipanggil Alisa itu mengangguk bahagia.

"Ano.." sergahku. Mereka berdua menoleh. "Ada apa sebenarnya yah??" Tanyaku.

1 detik.








15 detik.




Setengah menit..






15 abad//plak

"Ah, Yu-chan, Zaya, kenalkan, ini kembaranku. Alisa. Mirip kan??" Jawab Elise sembari merangkul Alisa.  Alisa tersenyum.

"Ke.."

"Ke, ke-"

"KEMBARAN!!??" Teriakku dan Zaya serempak. Seluruh orang yang menonton Alisa dan Elise kini berpindah menatap kami.

"Yaah.... bagaimana.. ya??..." kata Elise terbata - bata. Aku dan Zaya masih terpaku. Orang -orang masih menonton kami, bahkan pilot yang lewat pun tidak mengindahkan omelan pramugarinya yang tepat waktu itu.

~~~

"Jadi begitu...." seru Zaya tenang.

Sekarang kami sedang berada di dalam pesawat. Setelah melewati berbagai macam keributan di bandara, 6 jam kemudian akhirnya kami diperbolehkan naik pesawat. Untuk tidak bilang pesawat pribadi nya keluarga Elise dan Alisa.

Elise baru saja menceritakan mengapa ia tidak bercerita bahwa Ia punya kembaran.

"Ne... Zaya, Elise, Alisa..." kataku. Mereka bertiga menoleh.

"Lebih baik kita nikmati perjalanan ini yuk. Lihat, matahari terbenamnya indah sekali bukan??" Aku menunjuk jendela pesawat. Terlihat siluet matahari terbenam yang indah. Kami berempat tersenyum, menikmati indahnya sore ini.

"Kuharap kita bisa menjadi teman yang baik ya..." kata Alisa. Kami semua menikmati keheningan.

~~~

Malam sudah datang. Untuk kedua kalinya.

Elise sudah tertidur dengan lelapnya di kursi pesawat yang luas itu. Alisa disebelahnya juga sudah tertidur pulas.

Aku, yang memang belum waktu nya bagiku untuk tidur, memutuskan untuk membaca buku yang kubawa.

Zaya, yang entah kenapa, belum tertidur, masih asyik menatap gelapnya malam. Padahal, diluar sana kan gelap, apa yang mau dilihat coba??

"Yu-chan..."

"Aku tak menyesal.... pergi dari rumahku..."

-To be Continued-

ImaginationWhere stories live. Discover now