Biarkan Kami Berjuang

5 2 0
                                    

.

Hening.

Nafasku kembali tersengal. Tanganku masih mencengkram kerah jaket Railey kuat - kuat. Railey menatapku hati - hati. Bersiap kembali atas teriakanku.

"Kau merasa hebat hah??!!! KAU MERASA HEBAT HAH??!!" Teriakku kembali. Air mataku kembali menetes tak terbendung.

Ya Tuhan... aku... aku...

Aku bahkan tak pernah lagi mau berharap jika tahu cewek brengsek di hadapankulah yang membuat harapanku menjadi nyata.

"Kau dengan bangganya berkata bahwa kaulah yang mewujudkan mimpi - mimpi. Kau tanpa rasa malu sedikitpun berkata bahwa manusia itu menyedihkan."

"Ya, manusia memang menyedihkan. Mereka bahkan tak pernah bersedia membiarkan hati mereka merangkai sebuah mimpi sederhana. Saking kejamnya realita. Saking kejamnya diri mereka." Nafasku makin tersengal. Angin semakin berkesiur kencang.

Railey tersenyum penuh kemenangan.

"Aku benar bukan?? Manusia itu pengecut." Ketus Railey. Tanganku kembali bergetar.

"Ya.. manusia memang pengecut. Tapi bukan berarti semua manusia sama."

Senyum Railey terhapus. Aku menatap matanya dalam.

Kolam dibawah kami semakin bercahaya. Kejadian - kejadian sang pemilik mimpi terukir jelas di permukaan kolam.

Melihatnya membuat hatiku sesak.

"Ada... ada segelintir manusia yang bisa merangkai mimpi - mimpi yang hebat. Mereka tanpa malu menyerukan mimpi mereka pada siapapun. Mereka tak akan berubah meski semuanya mencaci maki. Karena mereka yakin, semua caci maki itu takkan ada artinya bila mimpi mereka menjadi nyata."

"Mereka berusaha sekuat mungkin untuk membuat mimpi mereka menjadi nyata. Mereka berani mengambil keputusan di luar realita demi mimpi mereka. Mereka tak melihat realita. Tapi melihat ekspetasi. Dan mereka yakin, ekspetasi itu akan menjadi realita." Desisku. Ku tunjuk kolam itu kuat - kuat.

"LIHAT!! Lihat wajah - wajah para pemimpi itu!! Merekalah segelintir manusia itu. Mereka akan melakukan apapun demi mimpi mereka!!" Seruku. Railey semakin terdiam.

Kenangan membawaku kembali ke masa TK.

Ketika teman - teman lainnya dengan bangga menyerukan mimpi mereka satu sama lain. Aku hanya bisa diam di pojok ruangan. Aku tak bisa ikut mereka meski Zaya mengajakku untuk bergabung.

Ketika di SD, teman - teman dengan berani mengacungkan tangannya, dan berkata lantang tentang mimpi mereka, aku hanya bisa diam tak berkutik di depan mejaku.

Dan sekarang, justru orang yang baru kutemui yang membuatku berani mencari mimpi.

Ya.... aku harus berani.

Semua teman - temanku sudah berani bermimpi. Mereka semua sudah berani bertekad untuk mewujudkan mimpi mereka. Aku tak tahu apa sekarang mereka berusaha membuat mimpi mereka menjadi nyata, tapi melihat senyuman mereka dulu, hatiku rasanya semakin teriris.

"Dengan kau berusaha mewujudkan mimpi - mimpi itu, kau justru berlaku kejam!! Mereka sudah melakukan apapun demi mimpi mereka, dan apabila mereka mengetahui kalau kaulah yang membuat mimpi mereka menjadi nyata, mereka akan sangat kecewa!!" Jeritku sambil menangis. Tatapan mata Railey semakin berang.

"Berhentilah melakukan itu semua Railey... berhentilah...." suaraku melunak. Semakin bergetar. Aku mengendurkan cengkramanku, jatuh terduduk.

"Berhentilah Railey... kumohon.... aku tak bisa membayangkan, semua mimpi teman - temanku terwujud karenamu.... aku tak bisa berhenti menangis melihat senyum mereka ketika menyerukan mimpi mereka, aku takkan bisa berhenti menangis melihat mereka jatuh bangun demi mimpi mereka...." suaraku sudah serak sedemikian rupa. Suaraku sudah bergetar tak terkendali. Tanganku mencengkram tangan Railey kuat - kuat. Tetesan air mataku membasahi kolam yang semakin bercahaya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 03, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ImaginationWhere stories live. Discover now