Pertemuan(1)

3 0 0
                                    

Perlahan, mataku terbuka.

Aku menatap sekitar setengah sadar. Mataku berusaha menyesuaikan dengan gelapnya malam. Aku berusaha bangkit dari berbaring.

Aku meringis. Meski sakitnya tidak sesakit tadi, sekujur tubuhku masih terasa sakit.  Kakiku perlahan mulai kembali terasa. Meski rasanya sakit sekali, tetapi rasa senang tetap menyelinap. Setidaknya aku merasakan adanya kakiku.

Aku tak mengenali hutan bagian ini. Setahuku, kami tinggal di hutan bagian atas dekat pantai. Tak pernah terpikirkan olehku ada tebing disini. Dan sialnya diriku, terjebak di tengah hutan belantara yang tidak terjamah siapapun.

Perlahan, rasa takut menyelinap. Tubuhku bergetar. Suara - suara hewan liar terdengar mengerikan di telingaku. Perlahan aku menangis lagi.

Ya Tuhan... apakah ini semua karena kesalahanku....??

Aku menangis terisak. Rambutku sudah semerawut tidak karuan. Bajuku sudah robek sana sini. Seluruh badanku lebam menyedihkan.

Aku merasa takut. Kalah. Tak berdaya.

Sekelebat cahaya ungu muncul di hadapanku.

Aku mendongak. Wajahku sudah basah kuyup dengan air mata. Cahaya ungu itu sangat indah. Ia seperti menari. Aku menatap cahaya itu sedikit was was.

Ting.....

Tiba - tiba terdengar jelas di telingaku suara denting yang menenangkan. Aku menolehkan kepalaku kesana kemari. Denting itu kembali terdengar. Kali ini lebih jelas dan lebih sering. Mendadak aku sadar.

Hutan ini tidak gelap. Hutan ini remang - remang. Aku masih bisa melihat dengan jelas.

Terkalahkan oleh rasa penasaran, aku berusaha berdiri. Ajaibnya aku bisa. Meski masih terasa sakit. Aku berusaha melangkah mencari sesuatu.

Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi hatiku menyuruhku untuk mencari sesuatu.

Denting itu mendadak terhenti. Aku menoleh lagi kesana kemari. Kulangkahkan kaki meski sedikit ragu. Tiba - tiba tanganku dicengkram. Aku menoleh kaget.

Seorang gadis yang bercahaya melayang di sampingku. Senyum terkembang di wajahnya. Aku ingin berteriak, tapi entah kenapa teriakan itu tertahan.

Rambut ungunya yang dikucir dua tampak berkibar mengesankan. Tubuh tingginya hanya dibalut jaket hitam dan celana pendek. Tatapan matanya membuatku tak bisa mengalihkan pandangan.

Mata ungunya menatapku dalam.

"Ikut aku." Katanya tiba - tiba. Lagi - lagi aku ingin berseru, tapi tertahan. Tanpa banyak tanya, gadis itu membawaku bersamanya. Gadis itu dengan mudahnya membuatku ikut melayang. Dengan gerakan cepat, kami melewati pepohonan.

Aku menatapnya bingung. Namun gadis itu tidak melakukan apapun selain membawaku. Dalam sekejap mata, kami sudah berada di atas sebuah kolam. Dengan santainya ia justru turun tepat ke tengah kolam itu. Aku menjerit panik.

Gadis itu sempurna berdiri di atas kolam.

Aku terduduk di atas kolam.

Kolam itu seolah tak berdasar. Kolam itu hanya bisa memantulkan sosokku. Tampak jelas wajahku memandang kolam itu dengan raut wajah penasaran.

Gadis yang tadi membawaku seketika tersenyum. Di sampingnya sudah ada tongkat kayu yang terlihat rapuh. Dengan lembut, diketuknya permukaan kolam itu.

Gelombang kecil datang bersamaan dengan dentingan lembut.

Perlahan - lahan, sesuatu yang bercahaya terlihat dari balik permukaan air. Aku terkesiap. Seolah benda bercahaya itu menularkan sesuatu, seketika seisi kolam bercahaya.

ImaginationWhere stories live. Discover now