"Kau!" Tunjuk Bella mengarah pada wanita yang sedang duduk manis dengan baju berbelahan dada rendah itu. Tatapannya menyorotkan rasa benci dan ketidak sukaan. Bahkan tangannya sudah mengepal pertanda ia tak suka pada wanita di depannya ini.
"Oh hi,, Bellatrix Swan. Perempuan aneh yang sesuai dengan namanya." Cerca wanita tadi, menyesap green tea yang tadi ia pesan lalu berdiri dari duduknya. Berjalan mendekati Bella dan menarik ujung rambutnya, "kenapa kau masih di sini? Tak ingin pergi? Ingin menjadi pengganggu?" Sinis wanita yang saat ini hanya menyeringai tipis padanya. Mengusap pipi kanan Bella lalu mencengkram dagunya.
"Lepaskan! Dasar menjijikan!" Bella berontak, menepis tangan dengan kuku-kuku bercat merah terang itu lalu mendorong bahunya. "Jangan pernah menyentuhku dengan tangan kotormu!" Desis Bella. Berbalik badan dan hendak pergi sebelum Alex menghentikannya.
"Diam di sana." Bisik Alex. Menggenggam pergelangan tangan Bella walau ia tak melirik si gadis barang sedikit pun.
"Jangan harap." Menepis tangan Alex, namun sia-sia. Kekuatan pria itu terlalu besar jika bandingkan dengannya. Apalah daya gadis selemah dirinya?
"Aku bilang tetap di sana." Ulang Alex, suaranya memang tenang. Hanya saja penuh dengan penekanan.
"Kenapa aku harus menurutimu? Untuk menjadi penonton adeganmu dengan dia?! Maaf saja! Terima kasih." Desis Bella. Menarik tangannya lalu hendak kembali beranjak.
Sret.
"Apa lagi mau pria ini?!" Bathin Bella. Berusaha menarik tangannya namun percuma, semakin ia berusaha maka semakin kencang pula cengkraman pada lengannya.
"Mau apa kau?" Tanya Alex. Berusaha tenang meski saat ini ia sangat ingin pergi dari sana, ia jengah dengan wanita ini.
"Santai Alex, apa kau tidak mau duduk dulu?" Tawar Anna, wanita tadi.
"Tidak terima kasih." Jawab Alex.
"Apa kau lupa kenapa kita kesini?" Anna beranjak dari duduknya, memutari Alex dan membawa pemuda itu agar duduk bersamanya.
"Katakan saja, aku ingin segera pulang." Tolak Alex, berusaha sabar meski ia sangat ingin membanting wanita ini.
"Aku tidak ingin perempuan di sampingmu itu tau, sayang." Ujar Anna, menarik tangan Alex untuk duduk di sampingnya hingga membuat tautan Alex dengan Bella terlepas begitu saja.
"Sialan!" Maki Bella. Berjalan cepat keluar dari cafe lalu duduk di halte. "Tau begini aku tak akan menerimanya dulu!" Sungut Bella. Mengayunkan kakinya yang menggantung lalu mulai memutar memorinya dengan Alex pada tiga bulan yang lalu.
**
Bella hanya menatap Alex yang juga sedang menatapnya, tentunya masih tetap dengan wajah datar tak berekspresi milik pria itu.
Jujur saja Bella sudah merasakan kesemutan pada bokongnya, lelah pada matanya yang tak henti memperhatikan pria yang hanya duduk diam di depannya ini.
"Hhhh." Bella menghela nafas, menumpukan tangannya di atas meja lalu mendengus kesal. Berharap pria di depannya ini meliriknya walau hanya sesaat.
"Kau mengajakku bertemu hanya untuk diam-diam seperti ini?" Tanya Bella jengah. Menunjuk-nunjuk Alex dengan jemari lentiknya dan bibir yang mengerucut kesal.
"Aku ingin kau menjadi tunanganku." Sangat to the point. Pria sekali memang.
Bella melongo. Demi apa?! Pria di depannya ini sedang latihan drama? Tapi untuk apa? Setau dan seingat Bella, pria itu anak dari jurusan management business. Lalu apa hubungannya dengan drama. Lucu sekali..!
"UHAHAHAHAHAHAHAHAH." Bella tertawa terbahak-bahak, menepuk kecil bahu Alex lalu menggelengkan kepalanya tak percaya.
"Kau kenapa? Latihan drama?" Tanya Bella, masih pada mode tawa besarnya.
Wajah Alex yang datar menjadi semakin datar, ia merogoh sakunya. Mengambil cincin berwarna silver lalu menarik tangan Bella, memasangkan cincin tadi kejari manisnya Bella tanpa persetujuan si pemilik tangan.
Tawa Bella spontan berhenti, menatap jarinya lalu menunjuk Alex, lagi. "Apa yang kau lakukan? Aku bahkan tak menjawa ia!" Histeris Bella.
"Dan kau juga tak menjawab tidak." Balas Alex.
Bella termangu, ini pelamaran paling konyol, paling tak romantis, dan paling gila!
"Aku juga tau kau menyukaiku." Suara Alex membuat rona merah menjalari pipi hingga telinga Bella.
"Bagaimana mungkin! Dan bagaimana bisa?!" Bathin Bella.
"Mau tetap kau pakai dan menerima lamaranku, atau kau lepas. Otimatis kau menolakku." Ujar Alex santai.
"Ini manusia melamarku atau mengajak perang?" Gumam Bella tak percaya. Tapi tetap saja ia tak melepas cincin pemberian Alex.
"Baiklah. Ku terima." Ujar Bella. "Dengan terpaksa." Makin ke ujung suaranya makin tak terdengar. Ia akui jika jantungnya memang berdegup kencang tak menentu. "Dengan senang hati akan aku pakai,, horrrrrrraa!" Bathin Bella.
**
"Oh tuhan! Lupakan aku tentang momen bersama manusia sialan itu!" Sungut Bella frustasi.
.
.
.
.
.
.
.
"Yang sialnya dia makin membuatku jatuh cinta!" Cicit Bella.
TBC.
Voment pls?
DAP.