Alex menginjak pedal gasnya dalam-dalam. Meninggalkan Anna yang hanya menatapnya dengan tatapan meremehkannya. Ia butuh pelampiasan! Kenapa hidupnya sangat berantakan akhir-akhir ini.
Dia butuh Bella. Hanya Bella yang mampu mengembalikan moodnya. Hanya Bella yang mengerti bagaimana perasaannya yang hanya datar-datar saja, tentunya sebelum bertemu Bella.
Gadis itu yang selalu mengganggu hari tenangnya, lalu merubah hidup hitam, putih, abu-abu miliknya menjadi pelangi seperti saat ini. Begitu berwarna. Dan indah?
**
"Aleeeex! Hei kau manusia tembok! Tunggu aku!" Teriak Bella. Mengejar Alex yang hanya menghiraukannya bagai angin lalu.
Sret.
"Tunggu tembok berjalan!" Sungut Bella. Memukul bahu Alex dan mengacungkan jari tengahnya.
"Dasar gadis tak tau malu!" Sungut Alex, lalu kembali berjalan meninggalkan Bella.
"Tungguu! Bagaimana tugas kelompok kita?! Kita ini partner!" Decak Bella bersungut-sungut. Menginjak-nginjak kaki Alex dengan gemas lalu menarik-narik lengannya tak terima. Sudah dihina, ditelantarkan lagi!
"Apa yang kau lakukan Belle?" Tanya Alex acuh. Berdecak kesal lalu memutarkan bola matanya kesal.
Brak.
Ugh.
Mata Bella membulat tak percaya, bagaimana bisa ia berakhir dengan menghimpit Alex seperti ini? Bahkan bibir Bella hampir saja akan bertemu dengan bibir Alex.
"Shh. Beranjaklah Belle!" Desis Alex menahan sakit pada punggungnya. Bagaimanapun, Bella itu tetap berat.
"Belle Belle kepalamu! Namaku Bella!" Sungut Bella tak terima. Menginjak kaki Alex lalu kembali bersedekap dada. Hilang sudah nafsunya untuk meminta maaf pada Alex. Manusia tembok itu menyebalkan sekali!
"Aku tak peduli. Lagi pula aku bisa membuatnya sendiri."
Bella meradang. Wajahnya memerah menahan malu. Tangannya terkepal erat agar ia tak melepaskan tinjunya pada manusia tak berekspresi di depannya ini.
Sret.
Dengan kekuatan penuh, Bella menarik serta menjambak rambut Alex yang baru akan melangkah untuk meninggalkannya. Rasanya ingin sekali Bella membunuh manusia di depannya ini.
"Bagaimana bisa kau bicara begitu?! Itu tugas kelompok. Aku tau kau pintar! Tapi jangan seenaknya! Kau dengar?! Ini kelompok! Jika kau tak suka berhenti saja menjadi manusia!!" Teriak Bella sekencang-kencangnya. Ia benar-benar kesal.
Manusia itu sulit dimengerti!Setelah selesai dengan urusannya menjambak Alex dan memaki pria itu. Bella mengacungkan lagi jari tengahnya, bahkan kiri kanan. Setelah itu menendang tulang kering Alex dan berlalu begitu saja.
Semenjak itu, pasangan Alex-Bella ini tak terpisahkan dari kampus, bukan dalam artian yang dekat dalam konten akrab. Tapi dalam artian dekat sebagai musuh bebuyutan. Dimana ada Bella di situ ada Alex.
Mereka benar-benar terlihat serasi jika saja mereka tak saling mengumpat, menyumpah serapahi, dan mencaci satu sama lain jika saling bertemu atau bahkan hanya terlihat sekilas saja.
"Apa kau lihat-lihat tembok?"
"Siapa yang melihatmu? Kau itu seperti kotoran!"
"Bedebah busuk!"
Kira-kira seperti itu, mereka benar-benar akan memaki tanpa kenal tempat. Bahkan suatu keajaiban terjadi. Alex yang aslinya tak pernah mau mengeluarkan sepatah kata pun bahkan hanya untuk menghela nafas saja, jadi cerewet sekali jika sudah bertemu Bella. Bukan lagi sepatah dua patah kata, melainkan berpatah-patah kata. Jelas saja ia tak mau kalah dalam beradu umpatan dengan Bella.
"Dasar gila!"
"Diam kai tembok berjalan."
**
Alex masih terdiam di dalam mobilnya, ia tak tau akan kemana. Ia ingin menemui Bella, tapi gadis bar-bar yang satu lagi itu mengawasinya. Ia yakin, bahkan sangat yakin.
"Kenapa harus seperti ini?!" Geram Alex. Memukul stir mobilnya lalu menjambak rambutnya frustasi.
"Aku hanya ingin Bella! Kenapa sulit sekali bersama anak rimba itu?!" Bathin Alex geram. Lagi, ia memukul stir mobil sekuat-kuatnya. Berharap emosinya yang sedang meradang dapat tersalurkan dengan ia seperti ini.
Alex heran, apa sesakit dan sesulit ini jika ia sudah berani mencintai seseorang? Jika ia tau, mungkin ia tidak akan mau mencintai Bella hingga sedalam ini. Jika bukan karena perusahaannya, Alex tak akan mau menyetujui persyaratan anak setan itu, Anna.
Alex tiba-tiba meraih ponselnya dengan kecepatan kilat, menekan beberapa digit angka yang sudah ia hafal lalu meletakannya tepat di samping telinga kirinya.
"Kumohon angkat Bella." Alex memohon dalam hatinya, berharap gadis yang akan menjadi pasangan hidupnya itu mengerti dengan keadaannya yang sekarang.
"Nomor yang anda tuju tidak b-"
Alex menggeram marah, membanting ponselnya ke jok belakang mobil lalu menginjak pedal gasnya dalam-dalam. Yang ia pikirkan hanya Bella, bagaimana jika gadis itu mendapatkan fotonya bersama Anna tadi. Ia tak akan mungkin kerumah Bella sekarang. Manusia bar-bar itu pasti akan menghancurkan perusahaannya.
"Bella, ku mohon. Jangan salah paham." Pinta Alex.
TBC.
Hi riders,,, VOMENT pls?
Saran jga di prlukan..Thank you
DAP.