Semenjak kejadian di cafe kemarin, Bella nampaknya benar-benar menghindari Alex. Nyatanya, ia rela putar balik mengitari kampus agar tak bertemu dengan Alex yang sedang berkumpul dengan teman-temannya.
Bagaimanapun, ia tetap tak terima jika wanita menjijikan kemarin membuat Alexnya meninggalkannya. Itu sungguh menyakitkan.
"Bella!" Teriak seseoarang.
Bella berdecak kesal, membalikan badannya lalu menunjuk pria tampan lainnya yang sedang berlari kearahnya. "Bisakah kau tidak berteriak!" Sungut Bella, menghentakan kakinya kesal lalu membalikan badannya lagi.
"Hei, kenapa kau putar balik?" Tanya pria itu, mencekal pergelangan tangan Bella yang sedang bersusah payah untuk menepis tangannya.
"Aku sedang ingin berolah raga." Kilah Bella. Berjalan lagi, namun pria itu kembali mencekal tangannya. "Gio!!! Aku sedang malas berdebat denganmu!" Teriak Bella dengan wajah memerahnya.
"Hei hei.. tenang. Ada apa denganmu?" Tanya Gio, si pria pengganggu menurut Bella tadi.
"Lepas Gio. Aku sedang malas berdebat denganmu ok." Bujuk Bella, melepaskan tangannya lalu berbalik lagi.
"Lep-"
Sret.
Bruk.
Akh.
"Biarkan seperti ini." Bisik Gio. Memeluk erat tubuh Bella yang tak kunjung tenang. Malah semakin berontak.
"Lepaskan Gio! Kau ini kenapa?!" Tanya Bella, berusaha mendorong dada Gio yang jujur saja, ia juga nyaman berada di pelukan pria tampan itu.
"Kenapa? Kau takut Alex Alex itu melihatmu?" Tanya Gio. Mengeratkan pelukannya lalu mencium puncak kepala Bella.
"Lepaskan Gio." Pinta Bella dengan nada memohon.
"Tidak, aku akan seperti ini hingga Alex melihatmu dan me-"
"LEPASKAN AKU! KAU TAK DENGAR?! LEPASSS!" Teriak Bella dengan wajah memerah. Air matanya sudah menggenang, dadanya naik turun, menatap mata Gio yang saat ini terpaku pada mata sembabnya. "KAU PUAS?! KAU MENGANGGAPKU SEPERTI JALANG YANG BEBAS KAU PELUK SESUKAMU! KAU PUAS!!" Teriak Bella lagi, air matanya sudah berlinang. Ia teringat Alex, bagaimanapun Alex tak pernah memaksanya. Alex selalu meminta izin terlebih dahulu.
"Hiks." Itu isakan pertama Bella, ia benar-benar takut sekarang. Takut jila Alex melihatnya bersama Gio tadi, takut jika Alex meninggalkannya, dan takut jika Anna berhasil mengambil Alex darinya. Dia takut. Sungguh.
**
Bukan rahasia lagi jika hubungan Bella dan Alex sudah tersebar di seluruh penjuru kampus.
Dan bukan rahasia lagi jika Gio mengincarkan.
Dan bukan rahasia juga jika semua anak di kampus tau jika kedua mahasiswa dari jurusan Management business yang terkenal tampan dan pintarnya itu mengejar-ngejar cinta Bella.
"Hei hei, apa Alex sudah mengakhiri hubungannya dengan Bella?"
"Apa sekarang Alex menjalin hubungan dengan Anna?"
"Woah. Alex pangeran kampus itu beruntung."
Telinga Bella memanas. Semenjak ia keluar dari kelas tadi, semua manusia itu selalu menggosipkan hubungannya dengan Alex, memang mereka siapa? Apa untungnya untuk mereka?
"Kenapa mereka begitu tertarik pada hubunganku dan semua jalan kisah hidupku?" Gumam Bella. Menyandang tasnya lalu bergegas menuju parkiran, kelasnya sudah bubar dan waktunya ia untuk pulang.
"Bella. Kau sudah berakhir dengan Alex?"
"Pertanyaan terkutuk macam apa ini?!" Bathin Bella, berusaha tersenyum ramah dan membalikan badannya. "Lebih baik kalian tanyakan langsung pada Alex, karena aku. Tak ingin ada salah paham di sini." Jawab Bella.
Tatapan tak bersahabat miliknya menjadi lebih tak bersahabat saat melihat Alex di depannya. Berjalan bersama Anna, si wanita abstrak pengganggu bagaikan benalu.
"Aku tau dia itu dingin, datar, tak berekspresi, dan tak punya perasaan." Sungut Bella, menghentakan kakinya lalu berjalan begitu saja melewati Alex. "Tapi tidak perlu sebegini kurang ajarnya. Memang dia pikir dia siapa?!" Bella kembali bersungut-sungut. Membanting pintu mobil jemputannya dan tak lagi melirik Alex yang sedang menatapnya.
**
"Apalagi maumu Anna. Sudah puas bukan. Jadi pergilah dari hidupku." Ujar Alex, berjalan menuju mobil sport miliknya lalu masuk. Tentunya sebelum Anna mencekal tangannya.
"Belum Alex." Bantah Anna. Menggenggam tangan Alex dan menariknya keluar. Bagaimanapun, rencanya tak boleh gagal.
Cup.
Alex kaget, tentu saja. Bagaimana ia tak kaget jika Anna tiba-tiba saja mengecup bibirnya. Ingat! Ini masih di parkiran. Dan sialnya banyak dan sangat banyak kamera yang memperhatikan mereka.
"Apa yang kau lakukan Anna?!" Desis Alex, bagaimana jika Bella tau? Gadis itu pasti akan salah paham padanya.
"Tentunya menjalankan rencana kita." Bisik Anna. Tak lupa dengan kecupan singkat di pipi Alex.
**
"Kau ingin perusahaan selamat bukan?" Tanya Anna dengan senyum misteriusnya.
Anggukan Alex berikan. Menatap keluar Jendela dan berharap jika Bella akan baik-baik saja. Permintaan konyol memang. Tapi Alex masih sangat berharap.
"Kau harus menjadi kekasihku." Ujar Anna.
Rahang Alex mengeras, tangannya mengepal, bagaimana bisa ini bisa terjadi?! "Apa maksudmu." Nada rendah Alex memang lembut, tapi tersimpan begitu banyak racun di dalamnya.
"Aku tau kau tak akan mau, jadi aku akan memberi penawaran. Maksudku berperan sebagai kekasihmu." Bisik Anna.
"Tidak. Bag-"
"Kau menolak maka perusahaanmu akan hancur dalam hitungan detik." Ancam Anna. Mengusap bahu Alex lalu tersenyum kecil. Menjijikan.
"Berperan menjadi kekasihku. Jangan pedulikan Bella. Dan perlahan-lahan.." Anna menjeda kalimatnya. Mengusap dagu Alex dan membisikan sesuatu kesana.
"Jadilah milikku. Seutuhnya."
TBC.
GIMANA? VOMENT boleh dong ya.
Apa ada yang kurang? Mohon saran ya,
See u next chap.
DAP.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsundere
Novela JuvenilKau terlalu banyak bicara. Dan kau, terlalu banyak diam.