Part 9

134 9 0
                                    

"Princess kamu sakit ?" Tanya Abra dengan raut kawatir karena wajah adiknya itu terlihat pucat. Semua menengok kearah Zafa saat Abra mengatakan itu.

"Nggak kok bang, Fafa nggak papa. Jangan kawatir" ucap Zafa menenangkan abangnya. Sebenarnya hari ini dia merasa sedikit pusing tetapi dia tetap menahannya.

"Sayang, kamu beneran nggak papa ? Wajah kamu terlihat pucat hari ini" ucap Aura a.k.a Momy nya yang juga terlihat kawatir.

"Princess sebaiknya hari ini kamu tidak usah berangkat dulu kesekolah, nanti biar abang-abangmu yang mengizinkan ke pihak sekolah" ucap Fikri a.k.a Dady nya.

"Aku nggak papa kok Mom...Dad...Bang" ucap Zafa tersenyum kepada semuanya.

"Mom...Dad...Bang...Fafa berangkat dulu ya"

"Tunggu" ucap Abri tiba-tiba.

"Kenapa Bang ?" Tanya Zafa bingung.

"Kamu hari ini berangkat sama aku dan Bang Abra. Nggak ada bantahan" ucapnya dengan tegas tak ingin ada bantahan.

Zafa hanya bisa menggangguk pasrah, karena abangnya itu terlihat sangat serius saat mengatakan itu. Dan juga karena tubuhnya sedikit tidak fit hari ini jadi Zafa memilih untuk ikut saja.

"Dad...Mom...kita berangkat dulu ya" setelah berpamitan, mereka bertiga masuk kedalam mobil dan mobil pun berjalan meninggalkan halaman rumah.

Selama perjalanan hanya keheningan yang terjadi. Tak ada satu pun yang berbicara. Abra fokus dengan menyetir, sedangkan Abri dan Zafa tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Princess maafin Abang ya" ucap Abri memecah keheningan. Zafa menoleh dengan raut wajah bingung.

"Maaf kalau tadi Abang memaksa kamu" ucap Abri merasa bersalah.

"Kenapa abang harus minta maaf ke Fafa. Abang nggak buat salah kok ke Fafa. Aku tau kalau tadi abang ngelakuin itu karena kawatirkan sama aku. Jadi abang nggak usah merasa bersalah begitu sama aku" ucap Zafa dengan tersenyum lembut kearah abangnya itu.

Setelah itu Abri menarik Zafa kedalam pelukannya. Dia begitu bahagia mempunyai adik seperti Zafa. Dia berjanji pada dirinya sendiri, akan selalu menjaga Zafa dan tak akan membuatnya menangis ataupun membuatnya terluka. Itu janjinya.

Abra tersenyum melihat kedua adiknya yang sangat dia sayang begitu akur.

Akhirnya mereka sampai di Internasional High School.

Dalam perjalan menuju kelasnya, Zafa diantar oleh kedua abangnya. Sebenarnya tadi Zafa sudah menolaknya tetapi abang-abangnya itu tetep kekeh ingin mengantarkan Zafa. Katanya mereka takut terjadi apa-apa kepada Zafa padahal Zafa sudah bilang kalau dia baik-baik saja dan mereka tak usah kawatir kepadanya. Tetapi Abang-abangnya itu tetap keras kepala, jadi mau tak mau Zafa diantarkan sampai kekelasnya.

Selama perjalanan menuju kekelasnya tadi. Semua mata menatap tajam kearah Zafa, karena berani-berani nya cewek nerd yang kampungan sepertinya berjalan dengan dua anak fomous IHS apalagi mereka berdua itu adalah anak pemilik sekolah. Sedangkan Zafa sendiri tidak memperdulikan tatapan tajam mereka semua. Dia hanya menampilkan wajah datar dan dingin seperti biasa.

Mereka bertiga berhenti didepan kelas Zafa.

"Belajar yang bener, kalau ada apa-apa bilang sama kita" ucap Abra kepada Zafa sambil mengacak rambut Zafa dengan lembut. Kemudian Abra berbalik berjalan menuju kekelasnya.

"Kalau gitu abang kekelas dulu ya princess" sebelum pergi, Abri terlebih dahulu mencium pipi adiknya itu. Kemudian dia berlari menyusul Abra yang sudah terlebih dahulu pergi tadi.

THE SECRET GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang