Seorang gadis mendengus kesal. Kesekian kalinya ia masuk keruangan yang menurut murid murid lain sangat mistis untuk dimasuki. Hanya murid murid yang bermasalah yang mau masuk keruangan itu. Bukannya mau, tapi memang mereka di seret oleh pihak kesiswaan karena masalah yang diperbuat mereka.
Gadis itu memalingkan pandanganya saat seseorang didepannya menceramahinya.
"Dela! Dengarkan saya! Berapa kali lagi saya harus negur kamu?! Kamu pikir ini sekolah milik papa kamu?! Dateng pergi kesekolah seenaknya!" Teriak orang didepan gadis itu ketika menyadari bahwa gadis itu berusaha tidak mendengarkan.
Dela Arsinta. Kesan pertama mendengar namanya adalah mengira bahwa orangnya cantik, pintar, pendiam, tidak banyak masalah. Opsi pertama? ya benar ia cantik, namun selanjutnya?tidak bisa dipercaya. Dela memang cantik, bahkan saat ia kelas sepuluh banyak senior senior perempuan yang membencinya karena banyak cowok yang ingin menjadi pasangannya.
Dela menghela nafas. "Bu sebenarnya tadi pagi tuh saya udah sampai di sekolah, karena sekolah masih sepi jadilah saya pulang lagi." Ujar Dela santai.
"Alasan!" Bentak Bu Endang hingga membuat Dela tersentak.
"Bu saya nggak alasan. Salah murid murid lain lah bu yang datangnya nggak pagi banget."
"Dela! Kamu-"
Belum sempat bu Endang menyelesaikan kalimatnya, seseorang mengetuk pintu dan membuat kedua orang didalam ruangan tersebut menoleh ke sumber suara. Dan mungkin Dela selamat kali ini, tidak ada hukuman atau semacamnya. Mungkin.
Seseorang itu menyembulkan kepalanya bermaksud mengintip dari balik pintu yang sedikit terbuka. Dan kemudian menarik pintu lebih terbuka lagi. Hingga memperlihatkan seorang cowok berpakaian rapi selayaknya seorang murid, dengan mata dibalut kacamata."Permisi bu, saya disuruh Pak Dodi buat ngumpulin angket." Ucapnya dan di balas anggukan oleh bu Endang. Dan kemudian berjalan masuk keruangan.
Bu Endang kini berpaling kearah Dela. "Ngapain kamu masih disini cepat masuk kelas!"
"Saya kirain-" Dela berpikir sebentar. "nggak bu, permisi." Ia menundukkan kepalanya dan berjalan kearah pintu.
Bukan Dela namanya kalau hanya disuruh satu kali langsung menuruti. Benar saja bukan kembali ke kelas ia malah duduk di depan ruang BK.
Ia seketika berdiri saat mendengar derap langkah keluar dari ruangan itu. Dela tersenyum tepat saat cowok itu keluar dari pintu dan melihatnya. "Hai, makasih ya" ucap Dela.
Cowok itu menautkan kedua alisnya bingung. Dan kemudian memutuskan untuk tidak menghiraukan Dela.
Dela, gadis itu mengekori cowok itu. Langkah cowok itu yang lebih panjang daripada Dela membuat gadis itu sedikit berlari demi mensejajarkan posisinya. "Yah kok gitu sih, gue bicara sama lo kali bukan bicara sama pintu dibelakang lo tadi."
Gadis itu sedikit mempercepat larinya hingga berhasil menyusul cowok itu, bukan hanya menyusul tetapi mendahului dan berhenti didepan cowok itu hingga membuat cowok itu berhenti seketika. "Sekali lagi makasih banget."Ucap Dela sembari mengatur nafasnya yang sedikit memburu.
Cowok itu menautkan kedua alisnya kembali. "Makasih untuk?" akhirnya cowok itu bersuara.
"udah nyelametin dari hukuman, mungkin?"
Cowok itu memutarkan bola matanya. "Kebetulan."
"Kebetulan atau takdir? Ehm gue Dela Arsinta." Gadis itu mengulurkan tangannya. Bukan membalas uluran tangan yang Dela berikan, cowok itu lagi lagi hanya menautkan alisnya dan berlalu melewati Dela. Membiarkan tangan itu terambang diudara. Lantas Dela menarik tangannya kembali melirik kearah cowok itu yang semakin mejauhinya dengan tangannya bergantian dan mengangakat kedua bahunya acuh tak acuh. Ia pun memutuskan untuk berjalan menuju kelasnya.
0000
"Ya ampun Dela. Lo tuh cewek bukan cowok nggak pantes bandel bandel kek gitu tau nggak?!" Ketus seorang gadis yang duduk didepan Dela. Mendengar itu Dela hanya memutar bola matanya sembari mencomot siomay didihadapannya.
Melihat itu Rena –gadis yang duduk dihadapan Dela hanya menggelengkan kepala. "Del, lo tuh kapan sadar coba, untung bu Endang belum capek beneran ngurusin lo. Kalo udah, mampus lo dibalikin ke orang tua lo."
Lagi lagi respon yang diberikan Dela tidak lebih dari mencomot siomay atau memutarkan bola matanya.
"Del, orang temennya lagi bicara direspon kek. Ini juga si Acha nggak balik balik kemana lagi, nggak tau orang emosi itu pasti haus apa." Dengus Rena. Satu lagi, Acha adalah sahabat Dela yang satunya. Yang sangat hobi memesankan minum sampai mengantarkan minuman sendiri dimeja ketiganya selayaknya pelayan.
"Apa sih lo Ren ceramah mulu. urusin tuh jerawat lo!"
"Sialan!" umpat Rena sambil melemparkan snacks yang ada dihadapannya.
"Eh eh megang snacks bayar ya. Nih minuman datang!!!" Seru Acha tiba tiba sambil membawa tiga minuman. "Nih, Jus Jambu milik Rena. Jus Strawberry milik Dela dan Jus Melon punyaku." Lanjut Acha sembari menurunkan gelas gelas dari tempatnya.
"Lama lo!, eh eh gue pesennya milkshake coklat ya kenapa jadi jus strawberry gini?" protes Dela.
"Lo mah udah dipesenin sampe dibawain disini masih protes aja."
"Tau lo!"sahut Rena dilanjutkan dengan meminum jusnya.
Mendengar itu, mata Dela beralih kearah Rena. "Dendam ya lo sama gue?!" ucapnya dilanjutkan dengan meminum jus dihadapannya.
Beberapa detik kemudian bel berakhirnya istirahat dibunyikan. Ketiganya pun bangkit dari kursinya. Dan berniat untuk kembali kekelas.
"Cha lo ke kelas dulu aja, gue kebelet mau ke toilet bentar." Ucap Dela meminta Acha yang notabennya adalah teman sekelasnya itu mendahuluinya untuk kembali ke kelas. Sementara Rena? Dia beda kelas sekaligus beda jurusan dengan Dela dan Acha.
"Awas lo jangan bolos!" ucap Acha mewanti wanti.
Dela tersenyum simpul. "Nggaklah."
0000
Dela membuka kran wastafel, mencuci tangannya kemudian membasuh mukanya. Mengikat rambutnya yang sebelumnya tergerai menjadi pilihan Dela ketika rambutnya yang tergerai sudah mulai berantakan atau basah karena keringat. Messy Bun, kali ini Della menggulung rambutnya dengan gaya Messy Bun hingga menyisakan anak rambut yang terlalu pendek yang tidak bisa ikut terikat.
Ia keluar dari toilet sembari merapikan bajunya. Gadis itu mengedarkan pandangannya, dan menemukan seorang cowok sedang keluar dari toilet pria. Dela tersenyum. Lantas ia mendekati cowok yang kini masih membenahi seragamnya.
"Hai, takdir atau kebetulan?" Sapa Dela setelah sampai didepan cowok itu. Cowok itu hanya memasukan kedua tangannya di saku celananya lalu melenggang melewati Dela.
'coldest boy?' batin Della. Ia pun membalikkan badan. "Siapa nama lo? Gue cuman pengen tau nama lo siapa udah itu aja!!" Teriak Dela mengiringi cowok itu yang semakin berjalan menjauhi Dela.
===================
Buat first post aku langsung post 2 chapter ya! Chek next chapternya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
DeAr
Novela JuvenilDela Arsinta. Gadis keras kepala yang memiliki banyak rahasia. Pada awalnya hatinya sangat sulit ditaklukan oleh siapapun. Namun setelah bertemu dengan seseorang yang telah membiarkan dirinya menerima semua luka Dela, ia menjadi seseorang yang berub...