Pengajian

3.3K 110 7
                                    

Desember, 2010.

"Pengajian hari ini jadi, yuk! Kita udah ditungguin sama kelas IPA 3." ucap ketua kelas, Gifari.

Hari ini kelas ku memang berencana untuk melakukan pengajian. Tapi tak ku sangka ternyata pengajian kali ini digabungkan dengan kelas lain.

Namun aku tetap harus mengikuti kegiatan ini. Karena bagaimanapun kegiatan ini memang sangat penting. Pengajian dan juga kegiatan do'a bersama untuk kelancaran ulangan akhir semester ini.

"Dean, kita duduk di ujung aja yuk!" ajak Bila saat tiba di kelas X-IPA 3.

Aku mengangguk, mengiyakan ajakan Bila. Anak-anak kelas IPA 3 menyambut kelas ku dengan ramah. Mungkin salah satu keuntungan lainnya adalah agar kita bisa bersosialisasi untuk menambah teman.

Kegiatan pengajian dimulai. Sambutan dari ketua kelas masing-masing, pembacaan Al-Quran, ceramah dari Pak Damar, hingga do'a bersama untuk kelancaran ulangan akhir semester, berjalan dengan khidmat.

Disisa waktu kami gunakan untuk berbincang dan bergurau. Ku edarkan pandangan ke sekeliling kelas ini. Pandangan ku terhenti pada satu hal yang membuat ku tertarik dan tanpa sadar aku jadi memperhatikannya.

Di ujung kanan kelas, seseorang itu hanya terdiam. Terdiam disaat orang-orang tertawa karena gurauan dan candaan. Aku berpikir mungkin level humornya tinggi, makanya dia tak tertawa.

"Dean!"

Aku mengalihkan pandanganku dari laki-laki itu. "Kenapa, Bil?"

"Kok ngelamun? Mikirin apaan sih?" tanya Bil.

Ah, memperhatikan laki-laki itu, membuatku lupa akan sekitar.
"Gak mikirin apa-apa kok."

Lima menit kemudian bel pergantian pelajaran berbunyi. Yang artinya kelas ku harus kembali ke kelas untuk pelajaran selanjutnya.

"Lain waktu pengajian bareng lagi ya! Biar nambah akrab juga!" itu sahutan dari ketua kelas IPA 3.

Sebelum aku keluar dari kelas IPA 3, pandanganku tak sengaja kembali melihat ke arah laki-laki itu. Masih sama. Laki-laki itu terdiam dengan ekspresi datarnya.

"De, ayo!" tanganku ditarik oleh Bila. Sebab pelajaran selanjutnya adalah guru killer. Maka dari itu kita tak mau dimarahi karena terlambat masuk kelas.

DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang