Memulai

1K 52 8
                                    

Beberapa hari setelah kejadian tak sengaja bertemu dengan Iqbal, aku jadi memikirkan ucapannya. Tentang bantuannya menjadi Mak Comblang. Rasanya tak salah kan jika aku ingin mengenal Mika lebih jauh?
Tak salah kan jika aku ingin lebih dekat dengannya?

"Bil, beberapa hari yang lalu gue ketemu sama Iqbal. Lo tau dia kan?" tanya ku saat berjalan menuju kantin bersama Bila.

"Iya, gue tau. Temen SMP lo kan? Yang sekarang sekelas sama Mika?" tanya Bila memastikan.

Aku mengangguk. "Dia bilang mau bantuin gue biar bisa deket sama Mika."

"Serius lo?" Bila agak kurang percaya dengan apa yang baru saja aku katakan. "Eh, sebentar deh, sejak kapan dia tau lo suka Mika?"

"Entah, kayanya gara-gara gue ketahuan suka merhatiin gerombolannya. Dan Iqbal nebak gue suka sama Mika. Emang gue ketara banget suka liatin mereka ya, Bil?"

"Sebentar, gue mau beli soto. Lo mau beli apaan, De?" tanya Bila ketika kita berdiri tak jauh dari penjual soto.

"Samain aja deh."

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tak jauh dari tempat aku berdiri, di sana terlihat seorang laki-laki sedang menunggu temannya sambil memegang susu kotak. Merasa seperti sedang diperhatikan, laki-laki itu menoleh ke arah ku. Melihat pergerakan itu, aku refleks membuang muka ke arah lain.

"Kenapa lo?" tanya Bila sambil membawa 2 mangkuk yang berisi soto.

Aku menggeleng.

Seperti tak yakin dengan jawabanku, Bila melihat ke arah sekeliling. "Mika ya! Ada Mika."

Aku tak menjawabnya dan malah membawa salah satu mangkuk yang ada ditangan Bila. Lalu pergi mencari meja kosong.

● ● ●

Sepulang sekolah Bila mampir sebentar ke rumahku. Katanya masih penasaran dengan cerita yang belum tuntas ku ceritakan saat di kantin.

"Terus lo mau gimana, De?" tanyanya.

Sejujurnya aku sendiri pun bingung. Di satu sisi, aku ingin mengenal Mika lebih jauh. Dekat dengannya. Namun, di sisi lain aku ragu dengan apa yang ditawarkan oleh Iqbal.

"Kalo menurut gue nih ya De, lo coba terima aja tawaran Iqbal." ucap Bila saat tak ada jawaban dari pertanyaannya tadi. "Masalah hasilnya baik atau buruk, itu belakangan. Kita gak akan tau juga kalo gak mencoba."

Iya, apa yang Bila katakan ada benarnya. Selama beberapa bulan ini, aku selalu memperhatikan Mika dari jauh, tanpa berani untuk melalukan hal lain. Jika aku terus diam, maka Mika pun tak akan pernah tahu aku.

"Iya, lo bener Bil. Gue harus coba buat sedikit berani."

Saat itu juga, aku membuka aplikasi chat. Mencari salah satu nama.

Dean : Bal, buat tawaran lo beberapa hari yang lalu. Gue terima. Gue mau lo bantuin gue.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang