TENGIL

23 3 0
                                    

TRRRIIINGGG!!!!

Akhirnya bell istirahatpun berbunyi—setelah terjadinya kesunyian beberapa saat di meja Reva, yang disebabkan adanya sesosok makhluk yang tidak ia kenal, bersikukuh untuk duduk tepat disamping dirinya—Dengan santai lelaki itu pergi meninggalkan kelasnya, yang masih dalam suasana ramai.

"AHHH REVAAA GUE PINDAHHH!!!MASA GUE MUSTI DUDUK SAMA SI JAMET GENTA???EWEWEW" Teriak Renata sambil duduk ditempatnya yang terdahulu.

Reva tidak mendengar ucapan 'mantan' chairmatenya itu, karena terlalu fokus kepada perkataan Jecho yang terkesan menantang.

" Ih Reva lo mah sekarang bolot," Cibir Renata yang sama sekali tidak digubris oleh Reva.

"Harus gue kasih pelajaran," Ucap Reva singkat, sambil berdiri dan langsung pergi meninggalkan Renata. Dan ia keluar kelas untuk mencari lelaki itu, lelaki yang mengucapkan hal terbodoh yang mampu menohok dirinya.

Reva mencoba mencari lelaki itu dikantin, namun ia tidak menemukannya, dan ia pun berusaha mencari lelaki itu ke seluruh pelosok penjuru sekolah.
Dan akhirnya ia menemukan lelaki itu, dibelakang sekolah. Namun tunggu, ia merasakan bahwa Jecho tidak sendirian karena ia seperti sedang berbicara atau lebih tepatnya mengancam seseorang—karena sangat dapat terdengar suara kasarnya. Pelan-pelan Reva mendekat, dan mencari tahu siapa yang sedang di ancam oleh Jecho.

"Denger ini baik-baik, gue sama sekali ga tertarik dan gamau tau lagi tentang lo! Atau tentang kehidupan keluarga itu lagi! " Ujar Jecho kasar kepada lawan bicaranya sambil menarik kerah sang lawan bicara.

" Satu hal yang perlu lo tau, tanpa lo pinta, gue juga gaada itikad untuk berbuat baik ke elo. Anggap kita gapernah ketemu!" Jelas sang lawan bicara dengan nada emosi. Jecho seperti tidak dapat menahan amarahnya sehingga ia hampir saja melukai sang lawan bicara lebih parah lagi, namun sebelum semua itu terjadi Reva sudah terlebih dulu menahan pukulan dari tangan Jecho.

" Apa? Apa lo liat liat? Gue kasih tau ya sama lo, lo hanya sekedar murid baru yang gajelas asal-usulnya dan menyulitkan banyak orang! Jangan lo pikir dengan lo ganteng dan lo baik atau ramah kesemua orang, semua orang bakal suka sama lo! Karena bagi gue lo sampah!" Bentak Reva kepada Jecho dengan posisi tangan kirinya menahan tangan kanan Jecho yang hampir saja memukul lawan bicaranya itu. Dan tidak lama kemudian Reva menarik lawan bicara Jecho yang sudah banyak lebam didaerah wajahnya, dan ternyata itu adalah Revan.

Reva menggenggam tangan Revan dengan erat, dan dengan langkah yang terburu-buru ia membawa Revan ke ruang uks. Semua rasa sakit yang ia alami hari ini rasanya tidak sebanding dengan yang dirasakan Revan, Karena terlihat jelas luka lebam diwajahnya itu cukup membuatnya menderita. Raut wajah yang memendam banyak penderitaan sangat terpancar dari wajah Revan. Dan banyak pertanyaan diotak Reva yang harus dijawab Revan ataupun Jecho, namun tak satupun diantara mereka yang akrab dengan Reva. Dan bagi Reva sekarang, yang terpenting adalah mengobati Revan.

***
" Apa ada yang lebih sakit? Bentar ya gue ambil kotak P3K dulu " Ujar Reva kepada Revan —yang duduk diatas kasur uks— Sambil mencari kotak P3K yang ada dilemari ruang UKS.

" Gue bener bener kaget dia berantem sama lo" Lanjut Reva bercerita sambil mengeluarkan kapas dan beberapa cairan untuk dioleskan ke wajah Revan. Namun, Reva sama sekali tidak merespon apapun.

" Sini biar gue obatin luka lo," Ujar Reva sambil berusaha mendekati wajah revan yang penuh dengan lebam. Namun, kejadian tak terduga datang. Revan dengan tiba-tiba Revan memundurkan wajahnya dan menahan tangan Reva yang hampir menyentuh wajahnya itu.

" Gue gabutuh bantuan lo, gue bisa obatin ini sendiri," Acuh Revan sambil melepaskan tangannya yang menahan tangan Reva. Reva yang mendengar ucapan Revan, seketika jengkel dan gondok disaat yang bersamaan, dengan raut wajah mengerutkan dahi serta kedua alisnya.

Me Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang