Reva yang sudah bangun dari waktu shubuh pagi tadi, langsung mempersiapkan diri untuk berangkat menuju sekolah seperti biasanya. Setelah siap, ia langsung menuju meja makan untuk sarapan.
" Ko buru-buru banget Re, engga kaya biasanya?" tanya Linda— selaku Ibu Reva— yang melihat kelakuan anaknya yang tidak seperti biasanya.
" Ada yang perlu diselesain pagi ini," ucap Reva sambil menyendok nasi beserta lauk pauknya.
" Apa itu? Kamu mau ribut lagi? Atau belum ngerjain tugas? Re, kamu itu cewe lho, kamu emang ga malu keluar-masuk ruang BP mulu?" jelas Bu Linda panjang lebar sambil menyuap beberapa makanan yang ada dipiringnya itu.
Reva yang mendengar nasihat pagi itu hanya menganggukan kepalanya, seperti acuh tak acuh.
Setelah sekitar 15 menit berlalu dengan tenang, Reva lalu bangkit dari tempat duduknya itu.
" Nakalnya Reva itu berkualitas bu, lagipula ibu gasering dipanggil karena Reva kena kasus diruang BP kan?" Putus bicara Reva sambil mengikat tali sepatu.
"Yaudah Reva pamit bu mau berangkat, Assalamu'alaikum," lanjut Reva sambil bersalaman dengan ibunya itu.
" Wa'alaikumussalam " jawab bu Linda sambil menggelengkan kepalanya.
Reva memang kurang dekat dengan ibunya, entahlah semenjak ayah dan ibunya memutuskan untuk berpisah, ia tidak pernah terlihat nyaman berada dirumah ibu maupun ayahnya. Dulu Reva periang sangat suka bermanja-manja dengan orang tuanya. Namun sekarang ia dingin, dengan orang orang yang ada dirumahnya. Buatnya sekarang sekolah adalah rumah utamanya, karena dengan bersekolah ia dapat bertemu dengan kawan kawannya. Atau lebih tepatnya bertemu dengan kebahagiaannya.
****
" Reva!!! " panggil beberapa orang secara bersamaan dari arah belakang Reva.Karena ia tahu ada yang memanggilnya dari belakang Revapun hanya menoleh ke arah belakang.
" Eh kalian! Ko bisa ada disini? Ngapain?" tanya Reva sambil bersalaman dengan para sahabat karibnya yang sekarang sudah jalan beriringan dengannya.
" Lo kan tuan putri, masa harus jalan sendirian mulu,mending sama kita kita ya kan?" Jawab Geri sambil merangkul tubuh mungil Reva yang kalau dibandingkan dengan tubuhnya hanya setara sampai pundak.
" Ehhhh apa apaan lu rangkul rangkul, dia milik gue tau!" Omel Riko sambil menarik tangan Geri yang berada dipundak Reva, sehingga menjadikan Geri dan Reva berjauhan karena Riko menyempil diantara mereka.
" Paan si lo, 3L banget sih!" respon Reva dengan mimik wajah yang terkesan seperti ada yang menjijikan dihadapan wajahnya saat ini.
" 3L? Apaan lagi tuh? Kebanyakan maen pacebok sih lu, bahasanye jadi kaga karuan!" Ceplos Riko.
" YE LU AJE NORAK RIK! " jawab Kemal membela Reva.
" Emang apaan?? Coba gua pengen denger dari mulut lu?" tantang Riko, Kemal yang sebenarnya tidak tahu arti sesungguhnyapun terdiam sejenak lalu menyikuti perut Reva.
" 3L apaan Re? " bisik Kemal kepada Reva,
" Apaan si lu, lu juga sama aje tijel!" Jawab Reva dongkol.
" Ih reva jahat malesin, niat guekan bantuin.." jawab Kemal seakan akan menirukan gaya perempuan cengeng yang habis dibentak.
" Idiiiihhh maniisss banget si banci thailand, " Hina Reno sambil melayangkan satu kepalan ibu jari ke arah kepala Kemal, sehingga lima sekawan itu dengan serentak tertawa terbahak-bahak.
" 3L itu artinya, Lo lagi, Lo mulu, Lo terus, " Jelas Reva sambil tertawa yang menjadikan lubang dipipinya begitu nampak jelas.
Dan sampai pada akhirnya mereka berjalan bersama menuju sekolah, sepanjang perjalanan hanya ada gurauan semata yang tercipta, tanpa adanya pengklarifikasian dari teman-teman Reva—yang tiba-tiba bisa bertemu Reva diarah jalan yang tidak seperti biasanya—dan dari Reva—yang tiba-tiba dengan sigap bangun dan berangkat lebih awal dari biasanya.
****
Sesampainya di sekolah Reva dan ke empat sahabatnya langsung masuk ke kelasnya masing-masing. Celakanya saat Reva memasuki ruang kelas, seisi kelas menatapnya penuh tanda tanya. Reva yang tak mengetahui apa yang terjadipun hanya bisa mengerutkan dahi sebagai pertanda bahwa ia tidak tahu apa-apa. Ia pun berjalan santai seperti tidak peduli dengan tatapan teman-temannya itu,lalu medekat ke tempat duduknya, dan dengan raut wajah penuh tanda tanya ia sangat terkejut melihat setangkai bunga mawar putih tepat berada diatas mejanya.
" Ih, punya siapa nih? Siapa naro ginian diatas meja gue?! " tanyanya kepada seisi kelas dengan nada tinggi.
Tak ada satupun yang berani menjawab atau mungkin lebih tepatnya tidak mau menjawab. Masih dengan tatapan penuh tanda tanya ia coba perlahan-lahan memutar otak dan mencari tahu siapa sebenarnya yang menaruh barang yang menurutnya itu menjijikan.
Reva tipe cewe yang super duper tomboy, tapi bukan berarti ia tidak mempunyai kode etik sebagai perempuan. Hanya disaat saat tertentu ia betul betul menjadi cewe tullen. Pink, bunga, dan boneka bukanlah bagian dari hidupnya.
" Revaaa!!!!!?" teriak Renata dari arah pintu kelas, yang sontak membuat Reva terkejut. Dengan lari kecil Renata menghampiri Reva yang sedang kebingungan.
" Lu senang banget kenapa? Kaya abis ditembak aja," ucap Reva menutupi kebingungannya sambil memegangi bunga yang ia dapatkan tadi.
" Gue balikan lagi dong, sama si anu!!!" Ucap Renata kegirangan.
" Anu siapa? Lu sama sahabat sendiri aja masih nyembunyiin pacar,"
" Anu anjir mantan gue, "
" Iye bego anunya itu siapa? "
" Ih lo mah bego, lengotan banget jadi orang, anu mantan gue dikelas 10!!"
" OH SI ANUGERAH! ngomong dong, si anu si anu mana gue ngerti, "
" Eh sayton, yang ngasih panggilan anu ke dia itu elo ye! "
" Emang iya apa? Gapernah ah ngada ngada aje lu, "
" Serah lu pa, ohiye dari tadi gue liatin lu megangin bunga mulu, sejak kapan lu suka bunga?emang ada praktek suruh bawa bunga hari ini? OH ATAU JANGAN-JANGAN LU ABIS DITEMBAK SAMA JECHO?!!!! ANJIR LU PA, NIKUNG GUE, GA NYANGKA GUE PA SAMA LO, SETEGA ITU LU YA SAMA GUE, OKE FIX PA PERTEMANAN KITA SAMPE SINI! " cerocos Renata dengan nada tinggi yang menjadikan mereka pusat perhatian kelas.
" Ish bacot bat dah tuh mulut, lama lama gue sumpel juga tuh mulut, kebiasaan lu kalo ngomong volume gapernah diatur. Asal lu tau ya pas gue dateng, tuh bunga udah ada diatas meja gue, dan si jepri juga belum nongol, masa iya dia? Yang jelas jelas orangnya belum keliatan batang idungnya? " cerita Reva penasaran.
" Ohiya ya, lu udah coba nanya anak-anak? "
" Udah, tapi ya lo tau sendiri anak anak gimana ke gue,"
" Iya juga ya, coba nanti kalo jecho dateng lu tanyain, " ucap Renata menutup pembicaraan dan langsung duduk dibangkunya.
" Males jiwa nanya dia, " respon Reva.
" Ya terserah lu daripada mati penasaran, "
Reva pun terdiam mendengar ucapan sahabatnya itu, terbesat dipikirannya bahwa apa yang dibicarakan sahabatnya itu ada benarnya juga.
Tak perlu waktu lama untuk menunggu sesosok cowo tampan itu datang. Karena dapat dikategorikan bahwa cowo itu termasuk disiplin, atau mungkin bagi Reva itu hanya sebagai pencitraan.
******************************
OKE HALLO GUYS!! SORRY FOR SUPER LATE UPDATE, KARENA BEBERAPA MINGGU LALU SAYA DISIBUKKAN DENGAN UJIAN. SAYA HARAP KALIAN SUKA DENGAN PART INI YA!! SEPERTI BIASA JANGAN LUPA VOTE//COMMENT//SHARE YA!! DOAKAN SAYA JUGA SEMOGA HASIL UJIAN SAYA MEMUASKAN! THANK YOU!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Of You
Teen FictionBermula dari keterlambatan sekolah, yang dikarenakan pembullyan oleh para kakak kelasnya, Reva Amalia Wulandari yang biasa disapa Reva itu akhirnya terpaksa memanjat tembok belakang agar tetap dapat masuk ke kelas. Keterburu-buruan yang ia lakukan m...