One

193 12 21
                                    

Hari ini cuaca sangat cerah...

Seorang pelayan paruh baya berjalan membukakan pintu gerbang didampingi seorang pelayan muda, dia membungkuk memberi salam kepada sebuah tandu yang berhenti di depan rumah itu. Tak lama, seorang pemuda keluar dari tandu, dia berjalan didampingi dua orang pengawal. "Selamat datang di kediaman Tuan Kirihara, Pangeran Jinguji," ucap wanita itu, "Nona Kirihara sudah menunggu di dalam." Pelayan itu sedikit mundur. Jinguji tersenyum, dia berjalan masuk rumah itu diikuti dua pengawalnya dan dua pelayan itu. Jinguji berjalan melewati taman kecil, dia tersenyum melihat bunga-bunga yang tampak cantik menghiasi taman itu. Jinguji melangkah masuk ke sebuah ruangan, matanya terpaku menatap seorang gadis yang berdiri dan membungkuk hormat kepadanya. "Selamat datang, Yang Mulia," ucap gadis itu dengan suara pelan, "maafkan saya, saya tidak menyiapkan jamuan yang pantas untuk menyambut Yang Mulia."

Jinguji tersenyum, dia menjawab, "Tidak usah merepotkan dirimu, Kirihara Karui. Duduklah, temani aku mengobrol."

Karui mengangguk, dia mempersilahkan Jinguji duduk. Karui duduk di hadapan Jinguji, kepalanya terus menunduk. "Jangan menyembunyikan wajahmu begitu," ucap Jinguji, "kalau kita mengobrol, kau harus menatap wajah lawan bicaramu."

Perlahan, Karui mendongakkan kepalanya memberanikan diri menatap Jinguji. Jinguji tersenyum, dia paling senang memperhatikan wajah Karui yang terlihat malu-malu. Kirihara Karui, putri Gubernur Kirihara yang akan menjadi istrinya sebentar lagi. "Aku yakin kau pasti sudah mendengar soal pengangkatan Selir Kishi menjadi permaisuri," ucap Jinguji, "aku tidak mengerti apa yang dipikirkan Yang Mulia Raja, tapi aku yakin dia memikirkan semua keputusannya matang-matang."

"Saya rasa, Yang Mulia memilih Selir Kishi dengan banyak pertimbangan," jawab Karui, "saya dengar dia adalah selir yang cukup disayang oleh Yang Mulia. Pasti ada nilai lebih yang membuat Yang Mulia menyukainya."

"Kau benar," jawab Jinguji, "yang aku tahu, dia adalah wanita yang sangat lembut dan penyayang, seperti Permaisuri. Tapi ada banyak pihak yang menentang keputusan Yang Mulia. Kau tahu sendiri, dia adalah seorang selir. Rakyat juga tidak akan setuju kalau seorang selir menjadi permaisuri. Ini sangat jarang... ah, tidak pernah ada kisah seperti ini."

Karui menghela napas. "Yang Mulia, kau mau minum teh?" tanyanya. Jinguji mengangguk. Karui segera menuangkan teh kedalam gelas dan menyajikannya untuk Jinguji. "Kita akan tahu apakah rakyat setuju atau tidak dari Pangeran Nagase," ucap Karui, "bukankah dia selalu mendengar dan menyampaikan pendapat rakyat ke istana?"

"Ah, anak itu," ucap Jinguji, "kau benar sekali. Dia akan muncul di istana dan menyampaikan pendapat rakyat sebentar lagi. Kurasa dia sangat cocok menjadi pejabat istana, dia sangat dekat dengan rakyat." Jinguji menghela napas, dia lalu beranjak diikuti Karui. "Ayo, temani aku jalan-jalan di taman," ucap Jinguji, "kudengar kau menanam pohon sakura di halaman belakang. Aku ingin melihatnya."

Karui membungkuk kecil mengiyakan, dia dan Jinguji berjalan keluar ruangan. Jinguji menoleh, dia melambaikan tangannya meminta Karui berjalan di sampingnya. "Kau sebentar lagi akan menjadi istriku, jadi biasakan dirimu berjalan di sampingku," ucap Jinguji. Karui yang mendengarnya tersenyum kecil, rona bahagia terpancar jelas di wajahnya mendengar ucapan Jinguji.
*
Brak!

Seorang pelayan sedikit berjengit mendengar suara pintu terbanting. Seorang wanita berjalan mondar mandir di sebuah ruangan, wajahnya terlihat sangat gelisah. "Ini tidak mungkin terjadi," ucap wanita itu, "ini tidak mungkin terjadi! Bagaimana bisa dia diangkat menjadi permaisuri?! Kenapa Yang Mulia memilihnya?!" Wanita itu menoleh, dia semakin gusar melihat seorang pemuda terlihat bersantai sambil membaca buku. "Genki!" sentak wanita itu, "kenapa kau malah bersantai?! Lakukan sesuatu!"

"Diamlah, Selir Iwahashi," ucap Genki santai sambil membalik halaman buku, "tidak akan ada yang berubah sekalipun kau mondar mandir sampai kakimu patah."

The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang