Pagi yang cerah…
Karui berjalan pelan, dia berhenti dan membungkuk hormat kepada Jinguji. “Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mengantar, Yang Mulia,” ucap Karui, “saya sangat senang. Semoga kita bisa bertemu lagi.” “Aku berharap hari pernikahan kita akan segera datang,” ucap Jinguji tersenyum, “setelah itu, aku tidak perlu lagi berpisah denganmu.”
Karui tersipu malu, dia menunduk. Jinguji menoleh, dia menatap Kirara yang berdiri di belakang Karui. “Kau jaga Kirihara-San dengan baik,” ucapnya, “aku tidak akan memaafkanmu kalau terjadi hal buruk kepadanya.” Kirara membungkuk kecil tanda dia memahami perintah Jinguji. Karui tersenyum, dia memberi salam dan berjalan menuju tandunya didampingi Kirara. “Kawazoe-San, kau bisa naik ke tandu bersamaku,” ucap Karui.
“Apa?” Kirara terdengar kaget, “ah, tidak Tuan Putri. Saya akan berjalan bersama pelayan lainnya.”
Karui menggeleng, dia memegang tangan Kirara. “Kumohon,” ucapnya, “aku kesepian berada di tandu sendirian. Setidaknya kau bisa menemaniku mengobrol.”
“Tapi Tuan Putri tidak akan bisa bergerak bebas nanti,” sahut Kirara.
“Tidak masalah,” ucap Karui.
“Sayang sekali, tapi Kawazoe-San tidak akan berangkat bersama Tuan Putri Kirihara.”
Karui, Jinguji, dan Kirara menoleh. Kaito berjalan didampingi Hiromitsu kearah mereka, dia melirik Kirara yang terlihat kebingungan. “Maafkan aku, Tuan Putri, tapi Kawazoe-San harus tetap tinggal di istana,” ucap Kaito, “awalnya, dia ingin menjadi bagian dari pasukan istana, kan? Maka, dia harus berada di istana ini.” Kaito menatap Kirara yang tercengang, dia berkata, “Lagipula, disini dia bisa merawat bunga-bunga kesayangan Tuan Putri Kirihara. Jadi saat Tuan Putri kembali kemari, bunga-bunga itu masih tumbuh dengan baik.”
“Saya…”
“Kau benar, Pangeran Takahashi,” sela Karui tersenyum, dia beralih menatap Kirara yang melongo, “Kawazoe-San, aku memberimu tugas. Kau harus merawat tanaman kesayanganku disini. Saat aku kembali kemari, tanaman-tanaman itu masih harus tetap terawat, kau mengerti?”
“B… baiklah,” ucap Kirara, dia menghela napas pasrah. Kirara sudah menyerah, dia ingin kembali ke kampung halamannya di Barat, tapi kenapa dia malah tertahan disini? Karui tersenyum, dia memasuki tandunya. Iring-iringan Karui perlahan menjauhi istana. Jinguji menghela napas, dia berbalik dan berjalan kembali ke istana bersama Kaito. Kirara juga menghela napas lesu, dia berbalik mengikuti Kaito.
Eh?
Kirara berhenti, dia seketika berbalik dan menatap kearah iring-iringan pengawal Karui. Mata Kirara terpaku kepada seseorang yang menunggangi kuda, dia tampak menjaga jaraknya dengan rombongan Karui. Kirara diam sejenak, dia lantas berlari mengejar rombongan. ‘Kalau terjadi sesuatu yang buruk kepada Tuan Putri, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri,’ batin Kirara. Dia terus berlari mengejar, perasaannya terasa risau. Dia tidak pernah melihat orang itu sebelumnya. Dia bahkan tidak pernah ada di rombongan, lalu kenapa tiba-tiba dia muncul? Kirara berhenti, dia bersembunyi dibalik pohon dan mengamati. ‘Pakaiannya juga tidak sama, dia juga memakai topeng,’ batin Kirara, ‘dia pasti orang jahat yang ingin melukai Tuan Putri. Lihat saja, akan kubuat kau menyesal sudah menuruti perintah tuanmu.’
Grep!
Kirara memekik tertahan, tapi mulutnya dibekap oleh seorang laki-laki. “Tenang, aku tidak akan melukaimu,” bisik laki-laki itu melepaskan bekapannya. Kirara menghela napas, dia mengerutkan dahi melihat Hiromitsu. “Apa yang kau lakukan disini?” tanya Kirara. Hiromitsu menatap Kirara, dia menjawab, “Harusnya aku yang menanyakan itu kepadamu. Pangeran Takahashi melihatmu meninggalkan istana tiba-tiba, jadi dia memintaku mengikutimu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Palace
FanfictionDari luar, istana tampak begitu indah dan mengagumkan. Tapi keindahan itu hanyalah sebuah tabir untuk menutupi berbagai kisah di dalamnya. Ambisi, cinta, benci, kesetiaan... Semua bersembunyi dibalik kemegahan istana... * Title : The Palace Author :...