Eight

42 8 19
                                    

"Pangeran. Yang Mulia Permaisuri datang."

Kishi menoleh, dia segera beranjak dari tempat duduknya. "Biarkan dia masuk," ucap Kishi, dia tersenyum senang. Tak lama, Permaisuri berjalan masuk kamarnya. Seketika Kishi menghambur ke pelukan wanita itu, dia tidak bisa membendung kebahagiaannya. Permaisuri tersenyum, dia mendekap erat putranya itu. "Sudah lama sekali aku tidak memeluk Ibu," ucap Kishi, dia menggiring Permaisuri duduk dan segera Kishi membaringkan dirinya di pangkuan Permaisuri. "Aku sangat merindukan Ibu," ucap Kishi, "sejak kau menjadi permaisuri, kau tidak pernah lagi datang kemari."

"Maafkan aku, anakku," ucap Permaisuri seraya membelai rambut Kishi, "aku terus mendampingi Yang Mulia mengurus kerajaan. Bagaimana denganmu? Kau sudah bisa menjalin hubungan baik dengan Pangeran Hirano dan yang lainnya? Kau pasti senang bisa dekat dengan saudara-saudaramu."

Kishi menghela napas, dia bangun dan menunduk sedih. Permaisuri mengerti, pasti ada sesuatu yang dirasakan putranya, dan itu bukan hal yang baik. "Kishi, kau baik-baik saja?" tanya Permaisuri, tangannya terulur membelai pipi Kishi. Kishi mengangguk, dia berucap, "Sebenarnya aku sedih karena mereka masih memandangku sebagai anak selir. Aku sangat ingin dekat dengan mereka, tapi mereka seakan tidak menerima keberadaanku diantara mereka." Kishi menatap Permaisuri yang menatapnya iba, dia berkata, "Kumohon bujuk Yang Mulia agar mengembalikan tahta kepada Pangeran Hirano."

"Kishi..."

"Aku mohon, Yang Mulia," Kishi bersujud, Permaisuri terkejut dan langsung meminta putranya berdiri namun Kishi menolaknya. Permaisuri gusar, dia bingung harus berbuat apa. Permaisuri diam sejenak, dia lantas teringat sesuatu dan tersenyum. "Ah, Pangeran Kishi," ucap Permaisuri, "seorang pengawal mengatakan kalau kau terlihat bahagia beberapa hari ini. Dia memberitahuku kalau kau selalu bersenandung, kau mau menceritakannya?" Permaisuri menghela napas, dia berharap bisa mengalihkan perhatian Kishi dengan hal ini. Bukan apa-apa, Permaisuri tidak bisa langsung mengiyakan permintaan putranya. Akan menjadi masalah besar kalau dia tidak menuruti titah Raja.

Kishi bangun, dia menatap ibunya dan tersenyum. "Ibu, aku sangat bahagia karena aku bertemu dengan seseorang yang sangat berharga untukku," ucapnya, "Ibu tahu dia siapa?"

Permaisuri tersenyum, dia menggeleng. Kishi menghela napas, dia mendekat dan berbisik, "Aku bertemu Kawazoe Kirara. Dia disini, dia ada di istana ini."

Permaisuri terkejut mendengar ucapan Kishi. "Kawazoe? Astaga, anak petani itu?" tanya Permaisuri, dan Kishi menjawab dengan anggukan dan senyum mengembang. Permaisuri tersenyum, dia ingat gadis kecil yang selalu mengajak Kishi bermain di ladang hingga lupa waktu itu. "Apa yang dia lakukan disini?" tanya Permaisuri.

"Dia sekarang menjadi pelayan untuk Tuan Putri Kirihara," ucap Kishi, "aku bertemu dengannya dua kali."

Permaisuri tersenyum, senang hatinya melihat Kishi kembali ceria seperti semula. Sebagai seorang ibu, Permaisuri begitu paham bahwa Kishi tidak akan bisa menjauh dari Kirara. Dia tahu sejak kecil mereka bersama, dan akan terus berlangsung entah sampai kapan. "Yang Mulia," ucap Kishi pelan, "aku sekarang adalah seorang pangeran, betul, kan?"

Permaisuri mengangguk. "Kudengar seorang pangeran tidak diijinkan memilih pasangannya sendiri," ucap Kishi, nada suaranya terdengar ragu dan khawatir, "apakah aku... boleh memilih pasanganku sendiri nanti?"

Permaisuri mengerutkan dahinya. "Kenapa kau tiba-tiba mengatakan hal itu?" tanyanya, "apa terjadi sesuatu?"

"Aku..." Kishi menarik napas dalam-dalam, "aku ingin Kirara menjadi permaisuriku."
*
Kirara memasangkan hiasan rambut di kepala Karui pelan-pelan, dia benar-benar takjub dengan kecantikan gadis itu. "Tuan Putri, kau benar-benar cantik," puji Kirara, "kau terlihat seperti seorang Dewi." Kirara merapikan hiasan rambut itu, Karui yang mendengarnya tersenyum dan membalas, "Semua perempuan di dunia ini diciptakan secantik Dewi, Kawazoe-San. Kau juga cantik, bahkan di beberapa kesempatan kau lebih cantik dariku."

The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang