Kishi turun dari tandu, dia tersenyum senang melihat rumah kecil di hadapannya. “Tolong tunggu disini, aku akan segera kembali,” ucap Kishi kepada pengawalnya, dia bergegas berjalan mendekati rumah itu. Kishi celingukan, dia heran rumah terlihat sepi. Sepertinya Kirara dan ayahnya belum pulang. Kishi menghela napas, dia baru akan kembali saat melihat Tuan Kawazoe berjalan dari arah ladang. Melihat itu, Kishi langsung berlari mendekatinya. “Paman,” panggil Kishi tersenyum. Tuan Kawazoe terkejut, dia menurunkan bawaannya dan memberi salam penuh hormat kepada Kishi. “Yang Mulia, apa yang Anda lakukan disini?” tanya Tuan Kawazoe sopan.
“Paman, jangan seperti itu,” Kishi membantu Tuan Kawazoe berdiri, “jangan bersikap seakan aku ini pangeran.”
“Berita menyebar sangat cepat, Yang Mulia,” ucap Tuan Kawazoe, “semua orang sudah mendengar berita tentang penobatan ibu Yang Mulia menjadi permaisuri.”
Mendengar itu, Kishi menyadari Kirara pasti sudah mendengar semua ini. “Paman, bisakah aku bertemu dengan Kirara?” tanya Kishi, “aku ingin bicara dengannya.”
Tuan Kawazoe terdiam, entah ekspresi apa yang ditunjukkannya. Kishi menatap Tuan Kawazoe, dia diam menunggu jawaban pria itu. “Maafkan saya, Yang Mulia,” Tuan Kawazoe membungkuk, “tapi Kirara belum kembali sejak tadi. Setelah membantu merapikan rumah, dia pergi dan sampai sekarang belum kembali.”
Kishi termangu, dia merasa sangat kecewa tidak bertemu dengan Kirara. Kishi tersenyum kecil, dia berkata, “Baiklah, terimakasih atas pemberitahuannya. Aku permisi.” Kishi berbalik, dia melangkah kembali ke tandunya. Kishi menghela napas, dia menunduk dan masuk ke tandunya. Kishi sangat kecewa, dia merasa ada yang mengganjal di dirinya. Apa Kirara tidak mau lagi menemuinya? Apa Kirara sengaja tidak pulang untuk menghindarinya? Kishi membuka sedikit tirai tandunya, dia menatap keluar berharap melihat Kirara.
Kirara berjalan pelan sambil memainkan rumput di tangannya, dia berhenti kala melihat rombongan kerajaan melintas di dekatnya. Terlihat sebuah tandu dibawa oleh beberapa orang, Kirara terkesiap melihat Kishi ada di dalamnya sedang melihat kearah lain. Kirara menoleh, dia menyadari rombongan itu berjalan dari arah rumahnya. Kirara kembali menatap tandu itu, dia menghela napas sedih. Ingin sekali Kirara mengejar dan memanggil Kishi, tapi dia sadar betul itu tidak pantas. Kishi sekarang adalah seorang pangeran, Kirara harus memberi hormat kepadanya. Tidak bisa seperti dulu lagi.
“Apa maksudmu menambah pasukan?”
Kirara menoleh, dia mengerutkan dahi menatap kearah dua petani muda yang berjalan tak jauh darinya. “Kudengar kerajaan kita sedang berselisih dengan Kerajaan Kurojima. Kau tahu sendiri pasukan mereka sangat banyak dan kuat, kerajaan kita membutuhkan pasukan tambahan.,” ucap seorang petani, “mereka akan mengambil satu pria dari setiap rumah untuk menjadi pasukan tambahan untuk melindungi istana.”
Kirara berhenti mendadak, dia menahan napas tegang. Satu pria di setiap rumah, itu artinya ayahnya juga akan ikut. Kirara seketika menemukan harapan, dia tersenyum senang dan menoleh kearah jalan yang tadi dilalui rombongan kerajaan. Kirara masih bisa menemui Kishi, dia tidak akan kehilangan pemuda itu. Kirara memekik senang, dia bergegas berlari menemui ayahnya.
*
Sho berhenti, dia menoleh dan membenahi pakaiannya. Kaito yang berdiri di dekatnya bertanya, “Yang Mulia, apa ada masalah?”Sho menoleh, dia tersenyum dan menggeleng. “Pakaian ini agak kebesaran,” ucap Sho, “aku sedikit tidak nyaman memakainya.”
Kaito menahan tawa, dia menatap lucu Sho. “Maafkan aku, Kakak,” ucap Kaito, “seharusnya aku meminjamkan pakaianku. Kukira pakaianku tidak akan muat di tubuhmu.” Mereka berdua tertawa, lalu kembali berjalan. Ini pertama kalinya Sho keluar istana tanpa pengawalan ketat. Saat ini, Sho hanya ditemani oleh Kaito. Dia jengah terus berada di istana, dan dia tidak tahan lagi mendengar banyak orang membicarakan soal Selir Kishi. Jauh di dalam hatinya, Sho merasa tidak nyaman. Dia tidak bisa menerima Selir Kishi menggantikan posisi ibunya. Sho tahu, selir itu hanya membantu Raja menjalankan roda pemerintahan. Tapi tetap saja Sho tidak nyaman. Seperti kata Kaito, perasaan bisa berubah. Sebagian dari diri Sho tidak ingin suatu saat nanti posisi ibunya akan benar-benar tergeser, baik di kursi pemerintahan maupun di hati Raja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Palace
FanfictionDari luar, istana tampak begitu indah dan mengagumkan. Tapi keindahan itu hanyalah sebuah tabir untuk menutupi berbagai kisah di dalamnya. Ambisi, cinta, benci, kesetiaan... Semua bersembunyi dibalik kemegahan istana... * Title : The Palace Author :...