Thirteen

41 5 12
                                    

Pagi ini suara cerah…

Jinguji menghela napas, dia meletakkan gelas di meja dan menoleh kearah Karui. Jinguji mengerutkan dahi, dia menyadari sejak tadi Karui hanya diam dan menundukkan kepalanya. Tidak ada satu katapun keluar dari mulut Karui, padahal biasanya Karui akan menceritakan banyak hal setiap kali bertemu dengan Jinguji. Jinguji menatap kearah Kirara, gadis itu juga diam sejak tadi. “Astaga, kenapa jadi sepi?” Jinguji berusaha mencairkan suasana, “ah, Tuan Putri, bagaimana pertemuan pertamamu dengan Tuan Putri Hanzawa? Kau belum menceritakannya kepadaku.”

Karui menatap Jinguji, dia tersenyum kecil dan menjawab, “Tuan Putri Hanzawa sangat cantik dan baik. Saya benar-benar mengagumi kecantikan dan keramahannya.”

Jinguji diam, dia tahu persis Karui berbohong. Jinguji menoleh, dia berucap, “Katakan, Kawazoe-San, seperti apa Tuan Putri Hanzawa itu?”

Kirara menoleh, dia menatap kaget Jinguji. Jinguji diam, dia melihat Kirara melirik sekilas kearah Karui yang juga menatap Kirara. “Tuan Putri Hanzawa sangat cantik,” ucap Kirara pelan, Jinguji menangkap keraguan di suara gadis itu, “dan cara bicaranya sangat halus.”

Jinguji menghela napas, dia mengangguk saja. Jinguji tahu Karui pasti menyuruh Kirara menutupi sesuatu. “Kawazoe-San,” ucap Jinguji, “aku meminta pendapatmu, bukan pendapat Tuan Putri Kirihara. Menurutmu, seperti apa Tuan Putri Hanzawa?”

Kirara terdiam, dia menunduk dan tampak berpikir. Jinguji menangkap raut muka kesal di wajah Kirara, dia melirik dan melihat ekspresi kekhawatiran di wajah Karui. Karui seakan khawatir Kirara akan mengucapkan hal yang disembunyikannya. Jinguji menghela napas, dia menatap Kirara dan berucap tegas, “Aku bertanya kepadamu, jawab pertanyaanku atau…”

“Aku tidak menyukai perempuan itu,” ucap Kirara tanpa menatap Jinguji dan Karui.

Jinguji menatap Kirara, Karui menghela napas panjang dan menunduk. “Kenapa kau tidak menyukainya?” tanya Jinguji.

Kirara menatap Jinguji, dia menjawab, “Tuan Putri Hanzawa memang sangat cantik, tapi bicaranya sangat menusuk. Dia membuat Tuan Putri Kirihara sedih dengan mengatakan bahwa Tuan Putri Kirihara dan dia berbeda status meskipun mereka akan menjadi keluarga.”

“Kawazoe-San, kau berbicara terlalu banyak,” ucap Karui.

“Teruskan,” sahut Jinguji, “apa maksud berbeda status yang kau katakan?”

“Tuan Putri Hanzawa mengatakan bahwa dia adalah permaisuri dan Tuan Putri Kirihara hanya istri seorang pangeran,” ucap Kirara.

“Kawazoe-San, kumohon hentikan,” ucap Karui, suaranya meninggi.

“Kenapa kau tidak mengatakan hal yang sebenarnya, Tuan Putri?” Jinguji menatap Karui. Karui menunduk, dia tidak menjawab pertanyaan itu. Karui menghela napas, dia tersenyum dan berkata, “Saya tidak menganggap itu sebagai hal yang serius. Mungkin saja saat itu dia sedang bercanda. Tidak perlu khawatir, Yang Mulia.”

“Kalau begitu, seharusnya kau tidak memasang wajah sedih seperti itu,” ucap Jinguji.

Karui terdiam, dia menunduk. “Maafkan saya, Yang Mulia,” ucap Karui pelan. Dia menyesal sudah membuat Jinguji marah, dan merutuki kebodohannya yang tidak bisa menyembunyikan kesedihannya dengan baik. Jinguji menghela napas, dia perlahan mengusap pipi Karui dan tersenyum. “Aku tidak suka melihatmu bersedih,” ucapnya pelan, “aku suka melihatmu tersenyum dan bercerita banyak hal. Kumohon, jangan menunjukkan wajah murung itu di depanku.”

Karui menatap Jinguji, dia tersenyum dan mengangguk pelan. Jinguji ikut tersenyum, lega hatinya melihat Karui tidak lagi bersedih. Mungkin, dan pasti masih ada kesedihan yang mengendap di hati Karui, tapi setidaknya itu tidak akan mengganggu pikirannya lagi.

The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang