Selesai kami makan dan membereskan barang kami dari penginapan, oh, juga meminta maaf, dan membayar biaya penggantian kaca jendela yang pecah juga pintu kamarku yang bolong, kami pun pergi meninggalkan kota pelabuhan terkutuk itu. Sebenarnya senang sih bisa ke kota pelabuhan seindah itu, tapi, gara-gara manusia berambut jingga, semua jadi menyebalkan.
Beberapa jam sudah berlalu, dan kota pelabuhan itu sudah tidak terlihat, karena kami telah memasuki hutan yang memisahkan kota pelabuhan itu dengan kota selanjutnya yang akan kami datangi, kotanya... "Hey, Albert, apa nama kota selanjutnya?"
"Kalau tidak salah... Grandis?"
"PRAEGRANDIS!!" tiba-tiba Melvin menjawabnya dengan sangat keras dan penuh bangga dengan semangat 45'.
"Praegrandis?" tanyaku.
"Iya! Praegrandis! Itu adalah kota tempat asalku!"
"Kotanya itu seperti apa?" tanya Albert.
Melvin langsung mendekati Albert, memegang tangan Albert sambil memberikan wajah dan mata yang penuh sinar. "Tempat yang luas, indah, besar, banyak sekali orangnya, dan juga, ADA MENARA JAM YANG SANGAT BESAR!!!"
"Oke..." jawab Albert. Lalu Melvin terus melanjutkan deskripsinya tentang kotanya ke Albert, bla bla bla....
Aku, yang hanya bisa melihat dengan tatapan kasihan ke Albert, lalu mendekati Ray dan Kyo, "Kalian berdua pernah ke kota Pre... Praegrandis ini?"
"Sayang sekali gak pernah, aku dan Kyo baru keluar kota kali ini."
"Jadi, kalian ini burung dalam sangkar, ya?"
"Via, kata-katamu terlalu kejam." Tanggap Kyo.
"Maaf ya, Ray..."
"Hanya Ray!?"
"Aku masih belum maafin kamu, Panci."
"VIAAAA..."
Tiba-tiba, aku mendengar ada suara dari semak-semak. "Hey, kalian dengar itu!?" tanyaku langsung menoleh belakang.
"Hah!?" mereka semua terdiam penuh dengan tanda tanya.
Tiba-tiba, lagi, ada orang yang muncul dari balik pohon, muncul dari semak-semak, muncul dari batang pohon yang tinggi... mungkin mereka ninja, mengepung kami, dan salah satu diantara mereka, teriak, "SEKARANG!!! TANGKAP MEREKA!!" Aku, yang gak punya senjata sama sekali, otomatis langsung tertangkap. Orang yang muncul dari semak-semak belakangku langsung menahan tanganku di punggungku, dan mengikatnya dengan tali. Kyo, Ray, Melvin, maupun Albert sibuk dengan apa yang mereka hadapi.
"Boss! Kita sudah dapat targetnya!" teriak orang dibelakangku, yang tadi ngikat aku. Lho? Aku targetnya? Lalu orang itu bawa aku bagaikan karung beras. Tau orang yang di pasar bawa karung beras yang ditaruh pundak? Gitu.
"Via!!" teriak Kyo sambil menahan serangan dari bandit.
"NONA VIA!!" teriak Melvin, tang merupakan teriakan paling keras dibanding Kyo.
Normalnya, kalau dalam otome game, karakter utama bakal teriak minta tolong ke orang yang disukai, atau bahkan bakal muncul pilihan:
1. "Kyooo!!"
2. "Ray!!"
3. "Tolong aku, Melvin!!"
4. "Albert, tolong!!"
Tapi, untukku, aku beneran gak tahan sama semua ini. "KALIAN KARAKTER GAK GUNAAAAAAAA!!!!!" teriakku sambil dibawa pergi sama bandit tadi. Dasar para upil di timbunan debu!***
Aku, yang ditahan di dalam sebuah gubuk, cukup manusiawi, hanya bisa diam, pasrah, hening, gak tau mau apalagi kecuali mbatin. Karena, pada dasarnya, kalau aku mau kabur pun, tanganku masih diikat, kalau bicara, pasti ntar disuruh diam sambil dibentakkin, kalau berontak gak jelas pasti bakal dipukul... atau itu semua cuma asumsiku karena kebanyakan mainan game RPG.
KAMU SEDANG MEMBACA
(not really) An Otome Story [On Hold]
Fantasía[Arkaviea; A Light Novel Fantasy] Tiba-tiba masuk game otome, siapa yang gak bahagia? Pasti ketemu cowok tampan dan sebagainya, iya kan? TIDAK. ITU SEMUA HANYA DELUSI. Bayangkan, kamu tiba-tiba masuk ke dalam game otome, DENGAN CARA JATUH DARI LANGI...