4

45 6 1
                                    

sebelumnya di mohon untuk memberi komentar :" karna saya masih penulis baru, sudah lama di wattpad dan baru memberanikan diri untuk menulis cerita tanpa plot ini, jadi maafkan saya jika banyak kesalahan. dan bab awal juga banyak yang harus di revisi. jadi nanti akan saya revisi, oke. :')

_____________________________________________________________________

Sudah pukul 01.30 tapi Agam belum juga dateng, sudah 30 menit aku nunggu dia di perpus, bahkan aku sampai mengantuk saat ini, aku baru merangkum 5 halaman dari buku biologi yang halaman buku nya sampai 500.

Lihat? Siapa yang lari dari kesalahan, yang salah kan aku, kenapa dia yang tidak kelihatan dari tadi? Jangan salahkan aku menyalahkannya. Sekolah sudah di bubarkan dari 30 menit lalu.

10 menit kemudian Agam datang dengan muka kusut, entah kenapa mungkin dia-Agam sedang kesal.

Aku gak perduli

"katanya gak boleh telat ya? Udah jamberapa ya?" ucapku sarkasme

"tadi gua bilang jangan lari dari kesalahan, bukan gak boleh telat."

"yaya seterah, yang pasti lo itu udah buang waktu gua."

Tidak mau disalahkan.

"yaudah ke administrasi sekarang." Agam meninggalkan ku dibelakang

Ortoriter.

Aku ikut mengekorinya di belakang, aku berdiri agar jauh dari Agam dikarnakan harus membereskan buku yang ada di tanganku, Agam menunjuk-nunjuku, serta bu Tika melihat ke arahku. Entah apa yang sedang mereka bicarakan.

Bu Tika datang menghampiri dan Agam mengikutinya dibelakang, masih dengan ekspresi datarnya. Entah apa yang dibicarakan mereka berdua barusan.

"sekaran kalian berdua tolong masukin buku yang ada di pojok rak sana, ke dalam rak buku, setelah itu, bersihkan debu yang ada pada setiap buku di lantai dua."

Setelah selesai memberi perintah, bu Tika langsung meninggalkan aku yang masih bingung. Apa maksudnya menyuruhku untuk memasukan dan membereskan buku yang ada.

"ayo, sebelum bu Tika berubah jadi macan."

Agam beranjak dari tempat dia berdiri menuju buku-buku yang masih di dalam kardus.

"loh, kok jadi gua yang kena? Jadi, lo ngajak gua karna lo minta bantuan?" aku melotot kearahnya, Agam hanya menganggap omonganku seperti angin lalu.

"gua lagi ngomong ya, tolong." Aku berdecak pinggang di hadapannya, tanganya yang sedang memasukan buku terhenti, dia menghadap ke arahku "dan, tolong jangan berisik. Karna ini semua sebab lo ngilangin kartu gua."

Apa katanya?

Aku hanya misuh-misuh dan membantunya memasukan buku, mimpi apa aku semalam karna dalam waktu dua hari ini selalu berhadapan dengan orang yang masuk dalam list nama yang harusku hindari.

*****

Jam di tanganku menunjukan pukul lima sore, cuaca memang sangan mendukung untuk tidur, tapi aku? Bahkan masih di depan halte bus untuk pulang, setelah selesai membereskan tugas di perpus tadi aku langsung bergegas pulang untuk menghindari Agam. Rasanya tuh, mau ngomong di depan mukanya sambil teriak LO SIAPA NYURUH NYURUH GUE.

Sudah berapa kali aku menghembuskan nafas lelah, kejadian hari ini, benar benar membuat aku lelah entah dikantin, di perpus, sampai di halte. Bus yang aku tumpangi belum juga melintas.

Dari sisi kanan aku dapat melihat Agam yang berjalan menuju halte, headset yang menyumpal telinganya dengann tangan dimasuki ke kantong celana.

Aku langsung buang muka, hatiku masih kesal padanya, setelah pekerjaan di perpus selesai-pun ia tidak bersuara sama sekali, walau hanya basa-basi mengucapkan 'thanks' saja tidak.

Seseorang berhenti tepat di depanku, membuka kaca helm hitamnya "Anya, mau bareng?"

"udah sore loh" orang itu melanjutkan ucapannya.

Aku sempat berfikir, melihat ke sisi kanan, Agam semakin dekat dengan halte. Aku mengangguk menyetujui ajakannya. Dari pada harus satu bus dengan Agam.

Setelah hening cukup lama aku baru buka suara "thanks Win." Tak ada respon dari Windu, mungkin karna suaraku yang kecil terbawa angin sore yang cukup kencang karna awan hitam yang menggumpal di atas.

"kalo lo butuh gua, gua selalu siap Any" setelah lima menit Windu baru merespon ucapanku. Aku tersenyum samar mungkin Windu gak akan bisa melihat ekspresiku sekarang. Windu selalu seperti itu, tidak berubah.

Bersambung.

don't forget to coment dan vote :)

RASA DAN MASA (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang