8

28 4 0
                                    

Pagi hari seperti hari senin sebelumnya, Kannya berangkat sekolah dengan Hanif-kakak Kannya. Pagi ini Kanya bangun lebih 15 menit lebih dari waktu biasanya. Membuatnya tergesah-gesah saat berangkat sekolah.

Membuat Hanif harus menggunakan mobil, padahal lebih cocok naik motor karna waktu yang minim. Bundanya menyuruhnya naik mobil. Agar kanya bisa sarapan terlebih dahulu. Tidak hanya sarapan, nemakai kaos kaki dan sepatu, memakai dasi, dan merapikan rambut. Semua dilakukan di dalam mobil. Membuat Hanif menatap Kannya kesal.

"semalem lo tidur jam berapa?"Ucap Hanif, matanya melirik spion sebelah kiri.

"nggak tau, lupa"Kanya memasukan roti isi kedalam mulutnya kembali setelah menjawab.

"dari mana semalem? Gue pulang, lo belum pulang"Matanya masih fokus menatap jalan raya yang padat di pagi hari

"terus tadi, enggak sholat shubuh pasti"Hanif melirik kannya yang menatapnya dengan mulut penuh

Kannya mengunyah makanan yang berada dalam mulutnya, mata berputar-putar mencari jawaban yang ada di otaknya.

"lo pulang barang siapa kemarin? Cowo pakek motor minjemin jaket segala, alay."

Hanif di hadiahkan tatapan melotot dari adiknya. Setelah pertanyaan terakhir, dengan lebih cepat dari biasanya ia mengunyah makanan dan langsung menelannya ketika dirasa layak untuk ditelan karna masih terasa sakit di tenggorokannya.

"lo kak, yang alay" Kannya menatap Hanif garang

"kalo enggak ada dia, gua bisa aja nggak selamat sampe rumah."

"lo belom jawab pertanyaan gua yang sebelumnya ya, dan gua bakal nanya lagi tentang siapa yang nganter lo"Hanif memutar bola matanya.

"dan, lo enggak sopan. Gua laporin bunda."

Kannya mendengus sebal kearah Hanif "oke fine! Maaf"

"jadi, lo semalem kemana?"Hanif tersenyum ke arah kearah Kannya

"ke rumah Neta, orang tuanya meninggal karna kecelakaan, dan iya tadi enggak sholat shubu, kebablasan" Kanya menatap Hanif dengan cengiran lebar di wajahnya saat akhir kalimat.

Setelahnya Hanif memberi nasihat serta patuah akan pentingnya sholat. Kannya mendengarkannya dengan sabar. Hanif ini orang yang mengutamakan sholatnya. Walaupun sesibuknya dia pasti akan menyempatkan untuk ibadah. Beda banget sama adiknya Kannya.

"ka, keadaan Neta gimana ya sekarang?" Kannya menatap Hanif sayu.

"udah hubungi?" hanif menatap adiknya sepenuhnya setelah dia menghentikan mobilnya di depan gerbang sekolah adiknya. Kannya melihat sekilas kearah jendela memastikan bahwa dia sudah sampai. "annya nggak mau hubungi dia dulu, dia butuh waktu sendiri"

"yaudah, masuk sana udah mau ditutup gerbangnya."menghela nafas. Hanif mengusap kepala adiknya dengan sayang.

"hati-hati ka nyetirnya"kannya bergerak keluar dari mobil yang di tumpanginya. Setelah menutup pintunya kembali. Hanif membuka kaca jendelanya

"jangan jadi adik yang bandel, jangan tinggalin sholat. Dan jangan deket-deket sama orang jahat."Hanif mengenipkan sebelah matanya. Yang dibalas kannya dengan tatapan malas.

Setelah menekan klakson sebanyak dua kali, Hanif meninggalkan kannya yang masih berdiri di tempat.

TIN....

Kannya melonjak kaget mendengar klakson yang di tuju untuknya, sebuah motor ninja hitam berhenti dihadapannya. Agam yang mengendarai motornya membuka kaca helm miliknya.

"jangan di depan jalan kalo ngelamun, ngehalangi orang jalan, minggir."serunya

Kannya menatap Agam tajam, lalu menghela nafas lelah. Ia sedang malas berdebat, berdebat dengan orang semacam 'Agam' hanya akan membuang waktunya.

RASA DAN MASA (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang