2

31.6K 1.7K 32
                                    

Marsya Pov

Aku memandang keluar jendela mobil. Tidak ada yang kupandang sebenarnya karena aku sedang memikirkan Aldrian. Hanya di dalam pikiranku aku berani memikirkan Aldrian. Tidak ada yang akan mengangguku saat aku memikirkannya berbeda jika ini kenyataan. Aldrian tidak akan memandangku, dia akan memalingkan wajahnya. Aku bingung dengan perasaanku. Aku mencintai Aldrian tapi aku juga sakit saat dia tidak memandangku. Lebih baik dia memarahiku, memakiku daripada dia diam seribu bahasa dan tidak sudi memandangku. Lebih sakit rasanya saat merasa bahwa aku tidak diinginkan.

Sekarang hanya anakku ini yang bisa membuatku bertahan. Hanya kenangan Aldrian yang aku bawa. Bagaimana pun anakku tidak akan kehilangan kenangan ayahnya.

Tiba-tiba mataku melihat warung sate kambing di tepi jalan.

"Berhenti" kataku tiba-tiba

"Ada apa nak?" tanya ibuku

"Marsya ingin makan sate kambing itu" kataku

"Ya sudah pak, kita berhenti" kata ibuku

Mobil kami berhenti di depan warung sate kambing. Aku segera turun dan memesan sate kambing itu. Sebenarnya aku tidak terlalu suka sate kambing tapi alasan aku berhenti di warung ini adalah karena ini makanan kesukaan Aldrian.

Menunggu beberapa menit akhirnya satu porsi sate kambing sudah ada di hadapanku. Baru melihatnya saja aku sudah menangis.

Ya Tuhan, aku benar-benar rindu Aldrian tapi rasa rindu ini sudah tidak pantas.

"Dimakan nak" ibuku menyuruhku makan

Aku mengambil satu tusuk sate dan memakannya. Muncul bayang Aldrian saat aku mulai memakan sate ini.  Bayangan dirinya saat selalu membawaku ke warung sate kambing. Bayangan dirinya saat dia makan dan menyuapkannya padaku. Bayangan saat dia bilang mau buka restoran tapi menu spesialnya sate kambing dan itu membuat aku tertawa mengejeknya. Aku tidak kuat lagi dan aku tinggalkan makananku masuk kembali ke dalam mobil.

"Sya mau kemana nak" kata ibuku

Tidak lama kemudian ibuku masuk ke dalam mobil dan kami melanjutkan perjalanan kami kembali.

"Kenapa gak di habisin tadi makanannya"

"Marsya tiba-tiba kenyang bu" aku berbohong.

Ibuku hanya diam saja tidak bertanya lebih lanjut.

##

Author Pov

Perjalanan yang tidak terlalu jauh itu akhirnya sampai.  Mulai sekarang dia akan tinggal disini. Memulai hidup barunya bersama anaknya.

Marsya turun dari mobil dan masuk ke dalam sebuah rumah yang cukup besar dan terkesan asri karena halaman rumah di penuhi tanaman dan bunga. Ini adalah rumah ibu angkatnya yang sekarang di berikan kepada Marsya.

"Sya, ibu tidak bisa tinggal bersamamu karena Aldrian pasti akan curiga jika melihat ibu menghilang begitu saja. Ibu akan mengunjungimu nak. Disini kamu akan di temani pak Slamet tukang kebun kita sekalian merangkap menjadi supir dan bik Ijah"

"Marsya mengerti bu, terima kasih bu sudah menolong Marsya" Marsya memeluk ibunya.

"Lupakan Aldrian, dia hanya bisa menyakitimu. Fokuslah ke anakmu yaitu cucu ibu. Ibu mau dia lahir dengan sehat" ibu angkat Marsya memeluk Marsya.

Dia sebenarnya tidak ingin meninggalkan Marsya sendiri tapi ini harus dia lakukan supaya Aldrian tidak curiga dan datang kemari lalu menyakiti Marsya lagi.

##

Aldrian Pov

Aku mengacak rambutku kasar saat aku mengetahui Marsya sudah tidak ada di rumah sakit lagi. Kata dokter yang merawatnya, ibu angkatnya sudah memindahkan Marsya ke rumah sakit lain.

CINTA SEJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang