“Permisi, bolehkah aku meminta api untuk merebus air?” tanya seorang wanita tua pada seorang remaja laki-laki yang sedari tadi berteriak kesal karena tidak kunjung menemukan sebelah alas kakinya yang hilang di semak-semak.
Remaja itu mengernyit setengah kesal. Wanita tersebut menggeram. “Turunkan alismu sewaktu orang lain bicara! Tidakkah kau tahu di mana harus menerapkan sopan santun?”
“Di surga tidak ada sopan santun. Tuhan membuat umur kita sama rata,” sahut remaja itu dengan santai, terkesan menggurui. Tak lama ia tampak berpikir, kemudian melanjutkan, “dan ... bukankah kau sudah tahu, bahwa kita sedang berada di surga?”
Wanita itu mengangguk. “Ya aku tahu. Lantas?”
“Di surga tidak ada api. Toh, kita bisa dapat apa pun tanpa perlu repot-repot berusaha, bukan?”
Wanita itu terkejut menyadari sesuatu, lalu mengangkat dagunya tinggi-tinggi. “Lalu bagaimana dengan sebelah alas kaki yang masih kau cari?”
Remaja itu menggaruk-garuk kepalanya sambil berupaya berpikir lagi. Tak lama kemudian ia menajamkan tatapannya. “Dan bagaimana dengan usiamu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Manusia di Balik Kaca Jendela
ContoTahu kau hal apa yang paling tidak adil di dunia ini? Ya, itu dia. Tuhan menulis naskah komedi. Setiap orang adalah pemeran utama bagi dunianya sendiri: meronta, membuat orang lain tertawa. [KUMPULAN CERPEN] ©2017